Mentari datang, kadang ia di sapa dengan panggilan pagi. Meski begitu, cahayanya tak terlihat, bahkan embun pagi yang biasanya menemaninya pun tak mampu menembus penjara bawah tanah; Hanya kegelapan dan bau kotoran hewan buas yang memenuhi lorong-lorong penjara. Tempat itu gelap, pandangan pun terbatas.
Di lingkupi kegelapan dan udara lembab, seorang pemuda tertidur beralaskan lantai batu yang dingin. Beruntung bulu-bulu emas menyelimuti tubuhnya dan memberi kehangatan.
Hans tersadar, ia mengusap matanya dengan tangan kanannya, menyibakkan bulu-bulu emas yang menutupi pipi dan keningnya. Domba kecil berbaring di sebelahnya, masih tertidur pulas.
Pagi itu rasanya ia sangat segar dan bertenaga, ia berdiri dengan sigap, pakaian, sepatu dan jubahnya di penuhi bercak darah; ia mengernyitkan dahinya, bau amis lantai penjara membuatnya mual. Ingatan semalam membanjiri benaknya, perasaan sedih yang mendalam seketika memenuhi hati kecilnya.
Matanya dengan sigap mencari-cari sosok Yu'da. Meski keadaan gelap, ia dapat melihat dengan jelas, hal ini pun membuatnya bingung. Awalnya ia mengira semua orang yang bisa menggunakan jiha akan mendapatkan kemampuan melihat dalam gelap, nyatanya, tidak.
Ia mengalirkan jihanya ke jubah miliknya, dan seketika itu pula jubah itu seakan menghempaskan debu dan noda darah ke udara. Ini salah satu keuntungan jubah yang di berikan akademi, dengan sedikit jiha dari tubuhnya ia dapat membuatnya seketika bersih.
Ia dapat melihat dengan jelas singa besar yang terbaring di depannya, tubuh besarnya menutup Hans dan domba kecil, sehingga bila orang melihat dari luar sel tak akan menyadari keberadaan dua makhluk kecil yang bersembunyi di balik bulu-bulu emas tebalnya.
Melihat Yu'da masih tertidur ia berpikir untuk pergi kembali ke asrama karena hari ini ada jadwal kelas yang harus ia ambil. Ia berbalik dan hendak berjalan keluar, namun penjara kosong itu seakan memutar kembali kejadian semalam, tanpa sadar ia mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Aku harus menjadi lebih kuat!
Bunyi tulang-tulang beradu terdengar, Hans terkejut. Ia meregangkan kepalan tangannya, menatap kedua tangannya.
Ini..? Apa yang terjadi?!
Hans bertanya-tanya dalam hatinya, ia merasakan tubuhnya mengalami perubahan, tapi ia sendiri tidak mengerti apa yang berubah.
"Ada jang berbeda?" Tanya suara yang mengagetkan Hans.
"Eh, tuan!" Ia terkejut dan menarik kedua tangannya ke belakang tubuhnya, menyembunyikannya.
"Aku bingung, entah mengapa aku merasa lebih kuat dari sebelumnya." Ia menunduk, menghitung dengan jari-jarinya, sembari mengingat-ngingat apa yang terjadi sebenarnya.
Otaknya bergerak dengan cepat, tiba-tiba jari-jarinya berhenti bergerak,"Eh?! Tuan, apakah ini karena aksara yang kau tuliskan di punggungku kemarin tuan?!"
"Bukan, apa jang terjadi padamu bukan karena aksara yang ku berikan padamu."
"Nak, coba rasaken jiha jang ada dalam uma-mu." Yu'da menerangkan.
Hans mengikuti dengan patuh, ia mengambil kuda-kuda, membuka benang-benang jiha yang ada di tubuhnya. Ketika uma-nya terbuka ia terkejut, ia merasakan terdapat lebih dari empat tetes jiha di dalamnya.
"Enam?!"
"Tttu.. Tuan?! Apa yang terjadi?" Hans berbalik, sedikit berteriak melihat ke arah Yu'da.
"Nak, panggil aku pak atau bapa. Terlalu aneh mendengarmu memanggilku tuan terus menerus."
"Bukan hanya jiha-mu yang bertambah, coba alirken jiha itu ke seluruh tubuhmu!" Yu'da menerangkan.
"Baik pak!" Seperti pasukan ia menjawab dengan tegas, dan dengan sigap ia mengalirkan seluruh jiha ke seluruh tubuhnya.
Ia bergetar, tubuhnya berguncang kuat. Benang-benang jiha dan pembuluh darahnya menjadi lebih besar dan seluruh otot, syaraf, sendi dan tulangnya berubah seketika.
"Ini! Ini!"
"Tuan bagaimana mungkin tubuhku berubah seperti ini?! Ini.. ini.. Transformasi fisik sempurna..." Hans yang memiliki pemahaman cukup baik dalam pengobatan, khususnya struktur tubuh manusia, tercengang.
Sejauh yang ia tahu, pembagian tingkat kesatria dibagi menjadi lima. Tingkatnya di mulai dengan kesatria bintang satu hingga bintang lima. Masing-masing bintang dibagi menjadi empat tingkat yaitu: rendah, menenang, tinggi, puncak. Tingkat rendah ketika seorang kesatria berhasil membentuk dua tetes jiha; tingkat menengah ketika kesatria berhasil membentuk tiga hingga enam tetes jiha; tingkat tinggi ketika seorang kesatria berhasil membentuk tujuh hingga delapan tetes jiha; tingkat puncak di raih ketika seorang kesatria mencapai satu siklus sempurna dari umanya, ketika ia berhasil menghubungkan delapan tetes jiha menjadi satu kesatuan.
Namun yang Hans maksud dengan transformasi raga yang ia alami tidak termasuk ke dalam pembagian ke lima tingkatan kesatria, namun sebuah transformasi fisik yang amat langka.
"Nak, kadang ada hal jang baru bisa kau ketahui di kemudian hari.." Yu'da tidak menjawab, ia mengalihkan pembicaraan.
"Hans, aku akan memberiken satu pelajaran sebelum kau kembali ke akademi."
"Apa jang di lakuken oleh mereka yang berhasil mencapai satu siklus jiha sempurna?" Hans yang masih menunggu jawaban tersentak oleh pertanyaan, ia otomatis mencari jawaban dari pertanyaan itu dan melupakan pertanyaannya sendiri.
"Tentu saja membentuk aksara pertama mereka tuan!" Jawab Hans dengan cepat.
"Benar, tapi tahukan engkau, bahwa meski uma sudah memiliki delapan tetes jiha dan terhubung sempurna menjadi satu siklus jang mampu menampung satu aksara, tapi bila begitu, satu uma hanya bisa menampung satu aksara, terlebih aksara jang ia bisa bentuk hanya aksara biasa!"
"Uma bisa menampung lebih dari satu aksara Hans!" Ujar Yu'da. Perkataan itu mengejutkan Hans, matanya menatap Yu'da. Meski begitu ia menahan dirinya, dan menunggu Yu'da menerangkan lebih jauh.
"Kau akan mempelajarinya nanti, guru-guru mu akan mengajarimu tentang ini nanti. Hal ini bukanlah rahasia, karena satu kata semesta bisa terbentuk dari beberapa aksara."
"Namun!" Yu'da berhenti berucap dan memandang Hans.
"Manusia hanya tahu bahwa mereka bisa memurnikan uma mereka sebanyak tiga kali, sehingga jumlah aksara yang mampu ia tampung adalah tiga aksara untuk setiap uma yang ia miliki."
"Tiga sudah batas maksimal mereka, membentuk satu aksara saja sudah merupaken hal yang amat sulit bagi kalian para manusia! Manusia-manusia yang ku temui menggunakan berbagai tanaman langka untuk berhasil memurnikan uma mereka lebih dari satu kali."
"Jang ingin aku sampaiken adalah jangan terburu-buru membentuk aksaramu. Aku akan memberi tahumu rahasia memurnikannya satu siklus penuh, depalan kali!!" Yu'da berucap kemudian menutup matanya, membuat Hans benar-benar terkejut, namun jauh di dalam dirinya terdapat ekspektasi yang amat besar.
**

- Departemen Penelitian Serangan -
"Hei Marc, Hans tidak kembali ke asrama semalam?!" David duduk di kursi kayu yang berbaris rapi di sisi jalan. Marc berdiri di depannya, memandang ke kanan dan kiri, seperti tengah mencari seseorang di tengah kerumunan orang yang begitu ramai.
"Entahlah Vid, ia sering kali seperti ini. Aku ragu ingin bertanya, karena kau tahu, semua orang punya rahasia mereka sendiri!" Marc melempar tubuhnya bersandar ke tubuh besar David, duduk di sebelahnya menggunakan kedua tangannya sebagai bantalan penahan.
"Hei Marc! Aku baru sembuh! Kau pikir aku ini matras!" David kesal mendorong Marc dengan pundaknya.
"Baiklah kau angkat barangmu sendiri nanti!" Masih bersandar dengan malas Marc menjawab kesal.
"Eh?! Baiklah, baiklah!" Ujar David sambil membuka roti yang masih terbungkus kertas, kemudian mengunyahnya sambil menutup mata, menikmati rasa dan teksturnya.
Meski bersender malas, mata Marc masih menelusur kerumunan orang yang berdatangan ke Departemen Penelitian Serangan,"Vid.. Vid.. Itu Hans!"
David menelan roti dalam mulutnya, kemudian melemparkan semua yang masih di tangannya kemudian berdiri, membuat tubuh Marc terjatuh menghantam pinggiran bangku kayu.
Pak!
"Aw! David!!!" Marc memekik karena terbentur.
"AHAHAHAHA! Rasakan!" Bocah gempal itu berlari ke arah Hans sambil tertawa meninggalkan Marc, lipatan lemaknya melompat-lompat mengikuti gerak tubuhnya.
"Hei Hans! Dari mana saja kau? Marc bilang kau tidak pulang semalaman?" David bertanya sambil berlari ke arah Hans, kerumunan yang melihatnya otomatis mundur menghindari tubuh besarnya.
"Hei gendut, kau sudah sembuh?!" Hans tersenyum kecil kemudian menyongsong dan merangkulnya.
"Tentu saja, tidak kau lihat tubuhku sekuat baja? Hahaha!" David melepaskan rangkulan Hans kemudian mengangkat dua lengannya berusaha menunjukkan otot yang tidak berbentuk sama sekali.
"Dasar sombong, kau tidak ingat siapa yang semalaman menjagamu ketika kau tak sadarkan diri!"
"Ah! Sakit Marc!" Marc datang dari belakang dan mencubit tubuh David, ia melompat kesakitan. Hans menggeleng dan tersenyum sambil merangkul keduanya.
"Haissh kalian berdua ini, aku ada urusan jadi aku tidak bisa kembali ke asrama!"
"Ayo kelas hampir mulai kita harus bergegas!" Hans mengajak kedua temannya, sebelum bertemu teman-temannya ia terlebih dahulu mengganti pakaian dan mencuci kasutnya. Meski tidak terlihat bercak darah, namun bila seorang mempunyai penciuman yang tajam ia masih dapat mencium bau amis di kasutnya.
Ketiganya berjalan sambil bercanda, namun tiba-tiba Marc berhenti, David dan Hans pun berhenti dan melihat temannya itu. Marc selalu membawa buku saku kecil di balik jubahnya, ia terhenti sambil membaca buku tersebut.
"Ada apa Marc?" Tanya Hans singkat.
"David, orang yang hampir membunuhmu kemarin itu Medias bukan?" Marc menunjukkan buku saku kecil dari kantung jubahnya.
"Kita harus berhati-hati Viid, aku mencari tahu informasi tentangnya. Ia bahkan pernah membunuh salah seorang pengajar!" Marc memandang David dengan tatapan khawatir.
"Medias? Membunuh guru? Bagaimana mungkin?! Apakah akademi diam saja ketika ia melakukan hal itu?!" Hans memegang pundak Marc yang tengah memandang David memaksa Marc melihat ke arah Hans.
Hans dapat melihat pelipisnya turun, sedang kedua pipi Marc menjadi kaku. Ujung alis matanya yang bagian dalam turun.
"Hans, Akademi tidak melakukan apapun. Kematian pengajar itu seakan hanya percikkan kembang api yang memancarkan kegaduhan dan tak lama hilang tak bersisa bahkan ceritanya! Guru-guru yang lain justru menghukum siswa yang membicarakannya. Kejadian terjadi ini satu tahun lalu ketika ia masih siswa baru!" Marc menjelaskan, kali ini dengan suara yang pelan—berbisik.
"Bagaimana bisa?!" Hans menekan pundak Marc lebih kuat.
"Tentu saja bisa! Ia-"
"Anak Kepala Akademi!"
Marc hendak menyelesaikan ucapannya, namun terlebih dahulu di potong oleh David.
"Jenius yang hanya muncul sepuluh ribu tahun sekali!"
"Ia mampu menyalakan delapan pilar cahaya!"
"Ayahnya adalah orang paling kuat di daratan utara!"
"Ibunya adalah anak tertua dari bangsawan Himewald, yang merupakan keturunan para peri!"
"Pada saat masih pertama kali masuk akademi, ia memiliki kekuatan untuk membunuh seorang guru!"
"Marc, bila ia benar-benar ingin membunuhku ia dapat melakukannya dengan mudah! Aku tidak bisa membayangkan kekuatannya bila ia benar-benar menggunakan semua kemampuannya!" Ujar David, wajahnya menunduk. Tubuhnya bergetar karena menahan amarah dan rasa malu.
Hans melihat kedua temannya, mengerti betul tekanan yang mereka rasakan. Namun entah mengapa Hans tidak memiliki sedikit pun rasa takut, ia kemudian merangkul keduanya.
"Akuakan melindungi kalian berdua! Tenang saja!" Ujar Hans kemudian memaksa keduabocah dalam rangkulannya berjalan mengikutinya. Tubuhnya jauh lebih kuat darikeduanya, dengan mudah ia menarik keduanya.