Chereads / Hans, Penyihir Buta Aksara / Chapter 37 - Aksara 22b, Perselisihan

Chapter 37 - Aksara 22b, Perselisihan

"Serahkan saja padaku,"

"aku akan melindungi kalian berdua!" Ujar Hans kemudian merangkul keduanya dan memaksa mereka berjalan mengikutinya. Tubuhnya jauh lebih kuat dari David dan Marc, sehingga Hans dapat dengan mudah menarik keduanya. Ucapan Hans itu terkesan sombong, namun ia benar-benar tulus ketika mengucapkannya.

"Hah, aku tidak butuh perlindungan dari mu?!"

"Hei Hans, mau mencoba bertarung sekarang?!" Marc terlihat jengkel ketika Hans berlagak sok kuat.

"Hei, Hei Marc.."

"Jangan berlagak, kau tidak ingat siapa yang menolongmu ketika ujian masuk dulu!" David mengejek sambil tertawa, ia kemudian merangkul Hans hendak lanjut berjalan pergi.

"Justru karena itu! Semenjak saat itu aku selalu merasa gagal, sehingga aku berlatih sangat keras! Sekarang aku percaya aku dapat mengalahkannya sekarang!" Marc mengejar keduanya membawa buku catatan di tangan kirinya.

"Hanya dengan mengalahkan aku bisa terbebas dari penyesalanku ini.." Marc bersikukuh. Hal itu bukan tanpa alasan, karena semenjak menjadi murid kepala departemen, Dyson, ia berlatih sekuat mungkin. Rasa gagal kadang lebih berat dari rasa sakit, March terus membawa perasaan ini dan mengubahnya menjadi motivasi untuk menjadi lebih kuat.

"Tak perlu pertarungan Marc, kau jauh lebih kuat,"

"ayo kita harus bergegas." Hans hanya tersenyum dan mengalah, ia sendiri tidak begitu tertarik berduel dengan Marc dan merasa malas untuk melakukan perdebatan yang tidak menguntungkan.

Ketiganya sampai di kelas, yaitu mata pelajaran pengenalan jiha. Ketiganya sepakat untuk mengambil kelas yang sama. Berbeda dengan kelas sebelumnya, kelas kali ini di lakukan di luar ruangan, lebih tepatnya di sebuah monumen berbentuk jajar genjang yang semakin kecil ke puncaknya hingga meruncing.

Di permukaannya terdapat nama-nama yang bersinar.

Siswa terkuat

#1 Alice Skybearer

#2 Hector Scott

...

#4 Medias de Arches

Anak baru terkuat

#1 –

#2 –

#3 –

#4 –

Hans terlihat begitu tertarik dengan tulisan-tulisan bercahaya yang ia sendiri tak bisa baca,"Hei Marc, apa yang tertulis di sana? Ayo cepat jelaskan!" Ia menoleh dan memaksa Marc menjelaskan tulisan yang terdapat di sana karena ia tak bisa membaca.

"Eh.. Halo kita seperti pernah berjumpa sebelumnya? Kenalkan aku Marc!" Marc lagi-lagi kehilangan ingatannya. Hans hanya menggeleng dan hendak bertanya pada David, namun kemudian ia terhenti, dan mendekati Marc. Ia mendekatkan wajahnya ke arah wajah Marc menelitinya dengan seksama.

"Plak!"

Hans menyentil kening Marc dengan telunjuknya,"Haha, bagus kau sekarang mencoba berbohong dan memanfaatkan kekuranganmu menjadi sebuah keuntungan!"

Marc ternyata berpura-pura lupa, Hans pun hampir saja tertipu. Ia mengingat bahwa jeda ingatan Marc kurang lebih satu jam, Hans mengingat betul bahwa ia baru berjalan beberapa puluh menit.

"Kau cukup baik, tapi ini saja tidak cukup untuk menipuku!"

"Ayo cepat bacakan!"

"Eh Marc? Kau berbohong?!" David terkejut, ia memegangi wajah Marc mencoba mengetahui dari mana Hans bisa tahu bahwa Marc berbohong.

"Hei Hans bagaimana kau melakukannya?!" Tanya David heran.

"Nanti akan ku beri tahu bila Marc selesai menjelaskan tentang tulisan-tulisan itu!" Hans tersenyum kecil, memberi umpan yang akan mengadu domba kawannya sendiri.

"Hei Marc! Kau dengar, cepat jelaskan!" Tekan David.

"Baik-baik, tidak perlu ngotot begitu!" Marc menjawab sedikit kesal. Ia kemudian memanggil buku ajaib miliknya, kemudian berbisik-bisik pada peri buku miliknya.

Ia menutup bukunya, mengencangkan kerah pakaiannya, berlagak seperti seorang ahli. Ia kemudian berujar,"Monumen ini berisi peringkat siswa yang paling kuat dari seluruh departemen."

"Terdapat dua jenis peringkat, peringkat pertama adalah peringkat siswa terkuat lintas departemen dan semua angkatan, berlaku untuk semua siswa baik siswa baru atau lama."

"Peringkat kedua adalah peringkat untuk siswa baru, untuk sementara ini daftarnya masih kosong karena kompetisi untuk siswa baru baru akan di mulai pada akhir semester."

"Daftarnya dimulai dari angka satu hingga seratus, jadi ini bisa juga di katakan sebagai daftar seratus siswa terkuat." Marc menghela nafas setelah menjelaskan semuanya dalam satu nafas.

"Keren..."

"Aku harap suatu hari aku bisa menuliskan namaku di sana!" David memegangi dagunya, sambil menatap daftar nama di monumen besar itu.

"Luar biasa! Marc coba bacakan peringkat satu hingga sepuluh, aku ingin tahu siapa saja mereka!" Hans mengepalkan tangannya karena merasa antusias.

"Haih.. Baiklah!" Marc terlihat malas, namun setuju untuk membacakan.

"Biarkan aku saja Hans, dia malas sekali padahal hanya membacakan tulisan saja!" Ujar David kesal melihat tingkah Marc yang ogah-ogahan.

"Peringkat pertama, Alice Skybearer!" David membacakan dengan jelas.

"Alice? Dia itu anak perempuan?!" Tanya Hans terkejut sambil menoleh ke arah David dan kemudian melihat Marc.

David mengangguk,"Yang aku dengar dia ini sangat cantik, rambutnya berwarna putih ke biruan seperti warna langit cerah, tak ubahnya para elf dari dataran suci! Belum lagi ia berasal dari keluarga kerajaan, hanya saja kerajaan ia berasal kini telah hancur, meski begitu keluarga kerajaan masih selamat dan saat ini berubah menjadi sebuah keluarga bangsawan."

"Keluarga kerajaan?" Hans makin terkejut.

"Betul, aku juga mengenalnya! Ia berasal dari daratan yang dekat degan tempat kami. Meski aku dan David berada cukup jauh, tapi seperti anak-anak bangsawan pada umumnya, orang tua kami memaksa kami mengingat nama-nama kerajaan dan bangsawan yang lain terutama yang berada di satu daratan," Marc yang sebelumnya bermasalah dengan David tanpa sadar bergabung dalam percakapan.

"Yang mengejutkan adalah ukuran keluarganya mampu menandingi sebuah kerajaan kecil Hans,"

"intinya latar belakangnya tidak bisa di remehkan sama sekali!"

"Keluarga kami berdua tidak dapat di bandingkan dengannya,"

"eh tunggu!"

"Si gendut ini juga berasal dari keluarga kerajaan! Lihat saja ukuran tubuhnya menjelaskan semuanya!" Ejek Marc, ia memandang David dengan tatapan sinis masih marah karena kejadian sebelumnya. Ketiganya masih anak-anak dengan karakter yang penuh dengan ego.

"Wah Vid! Kau ternyata anak orang kaya!"

"Kenapa kau tidak bilang!"

"Sepertinya aku harus meminta ganti rugi biaya operasi pada orang tuamu nanti!" Hans memandang David dengan tatapan jahat yang dibuat-buat.

"ahahahaha!" ketiganya kemudian tertawa lepas. Tempat duduk yang mengelilingi monumen mampu menampung setidaknya seribu orang, terlihat sekeliling tempat itu dipenuhi siswa-siswi yang duduk untuk mengikuti kelas hari itu.

"Berisik!" Bentak seseorang dari belakang mereka, suaranya sangat kuat hingga membuat seluruh siswa yang hadir melihat ke arah Hans dan teman-temannya. Para peserta kelas mulai berbisik satu sama lain, suara bisik mereka semakin lama semakin kuat menyerupai riuh hujan deras di bulan Desember.

Wajah David dan Marc yang sebelumnya tersenyum kini menjadi marah, keduanya adalah murid profesor, di tambah lagi mereka adalah genius dengan nilai bakat yang luar biasa. Terlebih keduanya adalah anak-anak bangsawan, yang menikmati dilayani dan dimanjakan semenjak kecil. Amarah mereka tersulut, mata mereka mencari sumber suara yang membuat rusak suasana hati mereka, mencari sosok yang telah mempermalukan mereka.

Hans hanya diam, meski ia juga murid profesor, namun latar belakangnya jauh berbeda dengan Marc dan David yang berasal dari keluarga bangsawan.

David menggeser tubuh Hans dan berjalan maju dengan amarah, beberapa Minggu di akademi membuat dia belajar. Di tempat ini orang yang baik justru di anggap lemah, sehingga kejadian sebelumnya tanpa sadar membuat sifatnya berubah.

"Berani-beraninya kau!" Ujar David kesal, ketika ia melewati tubuh Hans, mendapati sosok pemuda dengan rambut putih dan bulu mata yang juga seputih salju tersenyum dingin ke arahnya dengan mata penuh kesombongan.

"Orion.." Bisiknya pelan.

"Minggir kau gendut bodoh!" Orion berucap kasar, David terdiam. Bukan karena Orion, namun sosok di belakangnya, Lanika. Gadis itu kemudian mendekati telinga Orion dan berbisik, tak seorang pun menyadari ketika ia berkata begitu, matanya memancarkan cahaya.

Ketika Orion menghina David, cahaya terbesit di mata Marc. Ia menarik David dan menatap wajah Orion, menempatkan tubuhnya di depan tubuh David, ia dan Orion berhadapan. Keduanya sangat dekat, Marc penuh amarah memandang pemuda berambut putih itu.

Hans melihat kedua sahabatnya bersikap tidak biasa, ia pun bisa dengan jelas menganalisa ekspresi Marc, yang murni menunjukkan amarah. Sementara wajah David masih terpaku pada sosok Lanika, pelipisnya terangkat, matanya menunjukkan harap namun kadang menunjukkan kesedihan.

Sedang wajah Orion, dahi dan sudut pipinya terangkat, senyum menghina terlihat di wajahnya.

"Minggir! Kau mau ku kirim ke ruang perawatan juga seperti babi gendut itu?!" Orion semakin berani, ia mendorong tubuh Marc.

Marc tidak tinggal diam, jihanya berkecamuk. Mendorong tubuh Orion satu langkah ke belakang.

"Oh? Jangan salahkan aku! Kau yang memulai!" Orion tersenyum makin lebar, jihanya pun meledak dari tubuhnya. Sosok beruang putih besar muncul di belakang tubuhnya, totem beruang putih miliknya kini bertambah besar, setidaknya berukuran delapan meter dari ketika mereka melihatnya di ujian masuk dulu.

"Cukup!" Ujar Hans, kemudian menarik tubuh Marc ke belakang.

Marc mengalah dan menurut, namun Orion justru melepaskan serangan ke arahnya.

Tangan dan cakar beruang kutub besar mengarah ke arahnya, aura dingin dapat terasa di udara sekitar tubuh Hans.

"Hans!" Marc berteriak, ia mengerti Hans tidak dapat membaca sehingga mustahil baginya mengetahui aksara, yang lebih parah Marc tahu umanya belum penuh sepenuhnya. Satu serangan dari Orion bisa menghancurkan tubuh Hans berkeping-keping.

Teriakan Marc menyadarkan David, wajahnya kemudian berubah menjadi panik!

"Hans!!!" Ia berteriak keras.

Kedua temannya memandangnya dengan penuh rasa khawatir dan takut, namun Hans hanya terkejut sedikit saja. Ia dengan sigap merespons, mengalirkan jiha ke tangan, lengan dan kedua kakinya. Kedua tangan dan kakinya di penuhi cahaya, ia membungkuk seperti mengambil kuda-kuda. Mengangkat tangan kirinya melindungi tubuhnya dengan punggung lengannya, hingga tangannya membentuk 'L' di udara.

Cakar dan lengan bertemu, semua orang menahan nafas. Lanika tersenyum melihat kejadian itu, menunggu tubuh Hans tertebas oleh cakar tajam berukuran tiga meter.

Clang!

Suara dentuman benda tajam terdengar, seperti pedang yang beradu, cakar beruang itu berbunyi keras ketika beradu dengan tangan Hans. Totem beruang besar dan tubuh kecil Hans beradu, bocah itu mundur hingga empat langkah, Marc yang berada di belakangnya membantu menahan tubuh Hans.

Ia begitu khawatir, dengan Tergesa-gesa melihat tubuh Hans, mencari luka, namun ia justru terkejut melihat Hans berdiri dengan sendirinya. Marc tidak menemukan luka, hanya goresan putih yang bahkan tidak mengeluarkan darah.

"Tenang Marc, aku tidak apa-apa!" Hans berjalan meninggalkan Marc yang terkejut, ia memandang ke arah Orion yang wajahnya kini berubah.

"Bagaimana mungkin?!" Ia berujar cukup kuat, hingga menyadarkan orang-orang sekitarnya.

Marc pun tersadar, kemudian membentuk panah dengan aksara tunggal miliknya. Memusatkan separuh jiha dalam umanya dan membentuk sebuah panah raksasa berukuran dua meter!

Melihat hal itu gerombolan yang berada di belakang Orion tidak tinggal diam,"Boss!" Mereka mengeluarkan totem mereka dan bersiap melawan Hans dan teman-temannya.

"Cukup!" Suara tegas terdengar, membuat kedua belah pihak menahan diri. Seorang pria dengan tubuh tinggi berjalan dari balik monumen.

Tingginya setidaknya dua meter lebih, dengan telinga panjang ciri khas para elf, lengkap dengan dua anting di ujung telinganya; Rambutnya bergelombang, berwarna merah kecokelatan yang memanjang hingga ke dagunya. Ia mengenakan rompi kulit cokelat, lengkap dengan sepatu boots dan kemeja katun berwarna gading.

"Tuan Vare!" Marc membungkuk memberi salam dengan hormat, ia tentu mengenal dengan baik pria di hadapannya. Vare le Verdour, salah satu pemimpin pasukan kerajaan elf sebelum ia mengikut Dyson, sang kepala departemen bergabung dengan akademi. Tapi bukan hanya itu yang membuatnya menghormati Vare, ia kagum terhadap sosok elf di hadapannya karena ia memiliki julukan lain.

Panah Api!

Vare menggunakan senjata yang sama dengan Marc, yaitu panah. Dyson pernah bercerita tentang salah satu teknik yang dimiliki Vare, ia berhasil menggabungkan aksara tanah dan api. Sehingga ia mampu membuat meteor yang ia tembakkan ke musuh yang berada beberapa kilometer dari posisinya.

"Tuan Vare!" Suara semua siswa menggema ketika mereka memberi hormat secara bersamaan, Vare hanya mengangkat tangan kanannya memberi isyarat agar yang lain diam. Melihat hal itu semua siswa diam dan membuat suasana seketika hening.

Ia mengangguk ke arah Marc, kemudian menghadap ke arah Hans dan Orion yang sebelumnya bertarung,"Aku tidak suka hal-hal yang menyusahkan, apalagi masalah yang dibuat oleh orang lain. Aku harap kalian tidak membuat masalah di kelasku, atau jangan pernah berharap untuk bisa lulus di kelas ini!"

Ia melambaikan telapak tangannya, menyuruh mereka kembali duduk.

Hans, David dan Marc memilih salah satu bagian yang kosong di barisan depan. Namun Orion mencari masalah dan terlebih dahulu duduk di sana, wajah David memerah karena amarah, Marc pun tak jauh berbeda.

"Sial!" Umpat David, kesal ia hendak baju dan membuat perhitungan.

"David, biarkan saja!" Ketika ia hendak maju, ia tidak bisa menarik maju tubuh besarnya. Hans mengerahkan kekuatan fisiknya, menahan tubuh David. Tubuh Hans saat ini memiliki kekuatan fisik tidak jauh berbeda dengan kesatria bintang satu. Hal ini membuat David melihat Hans dengan tatapan terkejut. Ia mencoba mengerahkan jihanya, untuk memperkuat tubuhnya melawan genggaman Hans di pundaknya. Namun yang terjadi justru membuatnya makin terkejut, Hans dapat menahan gerakkannya tanpa menggunakan jiha sama sekali!

Bagaimana mungkin?

"Sudahlah gendut.." Bisik Hans pelan dari belakang.

Mengetahui ia tidak bisa melawan kekuatan fisik Hans ia mengangguk dan mereka mengambil posisi duduk yang berada cukup jauh dari Orion.

Ketiganya duduk, dan Vare mulai menjelaskan materi tentang Jiha dan Aksara. Ketiganya mendengarkan dengan seksama, terutama Hans.

"Jiha adalah kehadiran semesta, jiwa dari jagat raya."

"Ia bisa dikatakan sebagai sebuah tenaga, yang memberikan kita kemampuan untuk mengendalikan bagian-bagian dari semesta."

Pelajaran terus berlanjut, materi kelas hari ini adalah tentang hubungan antara aksara dan jiha. Vare menjelaskan dengan detil dan memberikan contoh pada para siswa. Tak jarang pula ia menunjukkan teori yang ia ajarkan dengan jiha miliknya.

"Kita bisa menggunakan aksara dengan berbagai cara, dan tak perlu menggunakan semua jiha dalam uma kita sekaligus hanya untuk memanggil satu aksara semesta!"

"Seorang magi harus memperhitungkan jumlah jiha yang ia gunakan dalam setiap pertarungan! Tidak hanya menggunakan satu serangan sekuat tenaga, namun kehabisan jiha untuk bahkan melindungi diri. Hanya satu julukkan untuk magi macam ini, bodoh!"

Catatan Penulis:

Mohon maaf saya lupa publish chapternya 🙏🙏