Chereads / Hans, Penyihir Buta Aksara / Chapter 19 - Aksara 14a, Terkepung

Chapter 19 - Aksara 14a, Terkepung

"Bruk!" Kedua kepalan tangan bertemu di udara, keduanya terlempar mundur. Kali ini masing-masing mundur satu langkah, hal ini telak membuat Dorebaran terperangah.

"Bagaimana bisa?!"

Dorebaran jelas kebingungan, sebelumnya kekuatan Hans jauh berada di bawah kekuatannya namun kini mereka seperti seimbang. Dorebaran menatap Hans yang berada di hadapannya, mata Hans berbinar, seluruh tubuhnya bercahaya. Terlebih lagi Dorebaran bisa merasakan jiha yang keluar dari tubuh Hans mulai menusuk kulitnya, seolah puluhan jarum berterbangan ke arahnya.

"Apa ini?!" Tanpa sengaja Dorebaran beceloteh.

"Kau naik tingkat?!" Tanyanya polos.

Hans hanya mengangguk, ia merasakan bahwa tubuhnya dipenuhi kekuatan, namun ia sadar perbuahan tubuhnya belum berakhir. Justru ini adalah awalnya, matanya berbinar, ia semakin bersemangat tanpa menunggu lama ia melompat ke arah Dorebaran.

Dorebaran mengerahkan semua kekuatannya, menyambut ayunan vertikal Hans yang menghujam lurus ke arah kepalanya. Bukan hanya kekuatan tubuh Hans yang meningkat, namun juga kecepatannya. Dorebaran kini tak mampu membalas, ia hanya mampu menyilangkan pedangnya dan menahan ke dua ujungnya dengan dengannya.

Ia terhempas dua langkah mundur, namun tidak tinggal diam. Ia semakin diam, tidak berkata banyak. Ia kemudian melompat ke kiri, menghindari serangan susulan Hans. Setelah melompat ke kiri, serangan Hans memukul angin dan menghantam tanah. Dorebaran melompat lagi, namun kini menggunakan sikunya untuk menyerang leher Hans.

Namun Hans melepaskan goloknya yang tertancap di tanah dan menangkap siku milik Dorebaran. Meski begitu, Dorebaran mengangkat sikunya membawa turut serta Hans yang masih menangkap siku itu. Ia terangkat ke atas, kemudian Dorebaran mengayunkan pedangnya.

"Habis kau!!!" Ujarnya.

Hans yang berada di udara tak mampu menghindar,"Gawat!!"

"Woooh!" Suara besitan udara terdengar, hanya sesaat sebelum pedang itu membelah tubuh Hans. Suara benturan keras terdengar, sebuah perisai besar menghantam pedang itu dan memberikan kesempatan Hans untuk menghindar dan berguling di tanah. Ia bergegas mengambil golok panjang miliknya.

David berlari dengan terburu-buru ke arahnya.

"Terima kasih!" Ujar Hans singkat kemudian berdiri di depan David.

"Hans kita harus pergi!" Ujar David.

"Kita harus mengalahkannya terlebih dahulu!" Balas Hans.

"Tidak! Waktu kita tidak cukup!" David menarik baju Hans.

"AUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!" Lolongan keras terdengar dari arah David datang.

"Apa itu?" Tanya Hans.

"Anjing hutan!" Jawab David pucat.

Tsk..! Tsk..!

Suara semak-semak dan daun kering terinjak terdengar dari sekeliling mereka, bahkan Dorebaran mengernyitkan dahinya.

Lebih dari tiga puluh ekor anjing hutan mengelilingi mereka bertiga, setelah mereka terkepung, bau darah tercium dari sisi kiri mereka. Seekor anjing hutan lain yang berukuran dua kali lebih besar dari yang lain berjalan keluar dari sisi gelap hutan. Bersamaan dengan kedatangan mereka, matahari terbit sempurna.

Pagi datang bersamaan dengan datangnya masalah yang jauh lebih besar,"Woooooo!"

Sang pejantan alfa itu menyerukan suara melengking yang di sambut oleh puluhan anjing hutan yang melompat ke arah Hans, David dan juga Dorebaran.

Serangan mereka begitu brutal, terutama menyerang David yang membawa jamur tiram di punggungnya. Ia mendapat serangan yang lebih banyak,"Hans tolong!"

David berteriak, karena lebih dari dua belas anjing hutan mengelilinginya.

Hans menyapukan golok miliknya, ia memusatkan jiha hanya pada tangan dan kakinya. Ia berusaha menghindari terkaman para anjing beringas yang mulai melukai tubuhnya dengan taring dan cakar mereka.

Ia menusukkan ujung lain tombaknya ke mulut salah satu anjing, membantingnya ke tanah. Kemudian menariknya kembali sambil mengayunkan tombaknya untuk membuka jalan.

Namun anjing-anjing itu seolah tidak takut mati, mereka bergantian melemparkan diri mereka pada tubuh Hans. Beruntung hanya lima ekor yang menjaga Hans, ia segera menolong David yang dekat dengannya.

"Tch!" Dorebaran meludah, kemudian pergi menjauh setelah membunuh empat anjing liar yang ada di dekatnya.

"Haha bila kau mati aku akan dengan mudah memungut kalung mu nanti!" Ia berujar sambil mengejek Hans, dan pergi dengan kecepatan penuh. Sang pejantan Alfa seperti tidak peduli padanya, dan dengan tenang melihat puluhan anjing lainnya menyerah Hans dan David.

"Sial!" Tombak Hans menyerang dengan membabi buta, ia kini memunggungi tubuh David. Membunuh sebanyak mungkin anjing hutan yang ia bisa, beruntung mereka tidak jauh berbeda dengan para mayat hidup yang menyerang mereka sebelumnya. Hanya mereka lebih lincah, Hans kewalahan karena harus menyerang anjing-anjing yang mengincar tubuh bagian belakang David.

Dengan perisai besar di tangan kanannya, dan tangan kirinya menghajar para anjing David tidak perlu khawatir pada sisi depannya. Namun sisi belakangnya tidak terjaga,"Hei gendut kau lumayan juga!"

Ujar Hans mengejek, David meski gemuk ia memiliki kekuatan fisik yang di atas rata-rata.

"Hah! Cepat tolong aku!" Ujar David.

Keduanya di penuhi oleh jiha dari jamur yang mereka makan, sehingga tubuh mereka tetap kuat meskipun jumlah anjing yang datang pada mereka mencapai dua puluh ekor lebih.

Tiga ekor anjing melompat secara bersamaan dari depan, kanan dan kiri Hans. Ia mengayunkan goloknya ke depan menyambut satu anjing yang melompat dari depan. Kemudian melepaskannya karena masih tertancap dan akan mengurangi waktu geraknya.

Kemudian ia memasukan kedua tangannya masing-masing ke dalam mulut kedua anjing itu, menggenggam erat lidah keduanya.

"Maafkan aku!" Ujarnya naif.

Kemudian menggunakan tubuh keduanya untuk menyapu anjing-anjing yang lain, setelah mereka terpental beberapa langkah mundur. Ia memungut kembali golok gagang panjang miliknya.

"WOOO!" Lolongan lain terdengar, hal itu membuat gerombolan anjing itu mundur.

Sang pejantan alfa itu maju, mendesis ke arah Hans. Kemudian meletakkan serpihan baju Hans ke tanah. Dari gestur yang ia buat, sepertinya ia menginginkan duel dengan Hans.

David menurunkan lengannya yang lelah dengan posisi bertahan, kemudian melihat Hans. Hans hanya menepuk punggung David kecil, hal itu membuat David menaikan lagi tangannya yang telah lelah itu.

Hans kemudian menancapkan golok gagang panjangnya ke tanah,"Kau bertarung tanpa senjata maka aku juga akan melawanmu tanpa senjata!"

"Hei Hans! Taring dan giginya itu kan senjata! Kau ini bagaimana?!"

"Kau mau mati!" Ujar David yang melihat dari belakang.

Hans hanya menggeleng, David tidak mengetahui, namun tubuh Hans di penuhi jiha yang tengah memperbaiki seluruh permukaan kulitnya. Ia mulai merasa gatal, luka-luka kecil yang timbul akibat taring para anjing itu pun sudah tertutup. Kulitnya bercahaya akibat jiha bergabung dengan setiap sel kulinya.

Ia merasa membutuhkan sesuatu untuk menghilangkan rasa gatal di kulitnya, taring anjing-anjing ini tak lagi mampu melukai kulitnya. Meski rasa perih tetap ada, namun taring itu tak mampu membuat luka pada kulitnya.

Auuuuuuuuuuuuuu!

Pejantan alfa itu melompat, cahaya bersinar di kepalanya. Sebuah garis muncul di sana, garis yang menunjukkan bahwa ia bukan lagi anjing hutan biasa, namun seekor Nihiran dengan satu garis, yang menunjukkan ia adalah makhluk magis tanpa aksara dengan satu siklus jiha.

Hans menyambut mulut besar pejantan alfa dengan kedua tangannya, luka-luka mulai timbul di jari-jarinya. Namun cahaya di tubuh Hans justru bercahaya lebih terang, terutama pada tangannya. Ia memegang bagian atas dan bawah mulut anjing besar itu kemudian melemparkannya ke pepohonan.

Setelah anjing itu terlempar ia mengejarnya dan memegang lehernya, menempelkannya pada pohon kemudian tangannya yang lain menghajar anjing itu dengan penuh tenaga.

"Bruk!"

"Bruk!"

"Bruk!"

Darah mulai berceceran, mulut sang pejantan alfa mulai mengeluarkan darah. Namun Hans justru semakin kuat akibat tubuhnya memasuki masa kritis dari pencapaian tingkat yang baru. Melihat pemimpin mereka berakhir tragis, anjing-anjing yang lain pun melompat ke arah Hans. Bukan satu atau dua, namun seluruh anjing yang tersisa melompat bersamaan.

"Hans!" Seru David.

Namun Hans yang tidak lagi menganggap anjing-anjing ini sebagai ancaman, menjawab dengan antusias!

"Kamarilah!" Ia tersenyum, menggunakan tangan kosong ia melemparkan bogemnya ke arah para anjing. Satu persatu mereka terpental ke udara, menghujam pepohonan akibat pukulan Hans yang makin lama makin kuat. Anjing-anjing itu seperti bara api ketika kembang api di nyalakan, satu, dua dan puluhan anjing lainnya berterbangan seperti daun kering tertiup beliung.

"Terus!" Teriaknya, makin bersemangat. Ia merasa tubuhnya di banjiri kekuatan, ia mulai berkeringat, keringat hitam yang membawa kekotoran energi tubuhnya keluar.

"Hahaha!" Ia tertawa dan cahaya yang membutakan mata memancar dari tubuhnya.

"Akhirnya! Aku berhasil menyatukan kulitku dengan jiha!" Ujar Hans riang, hal ini berarti satu hal! Pedang biasa tak akan mampu melukainya, hanya pedang atau senjata yang di aliri jiha dialiri jiha atau senjata dengan kekuatan luar biasa yang dapat melukainya.

David termangu melihat pemandangan ini,"Hans..."

Suaranya terhenti, di sambit rintihan anjing-anjing yang terluka parah. Ajaibnya meski Hans seolah membantai dengan brutal namun anjing-anjing itu hanya kehilangan kesadaran, dan tidak terbunuh karena Hans tidak mengincar bagian vital mereka.

"Hans.. Kau ini kesatria?" Tanya David memecah keheningan.

Hans memalingkan wajahnya melihat ke arah David dan mengangguk,"Benar tapi juga salah di saat yang bersamaan! Aku ingin menjadi Magi namun, ah sudahlah, nanti akan ku jelaskan!"

"Ayo kita harus pergi!" Hans kemudian mengambil golok gagang panjang miliknya. Bagian gagang panjangnya kini di penuhi lubang dan goresan akibat pertarungannya dengan Dorebaran.

"Senjataku hampir-hampir tidak dapat digunakan lagi!" Ia mengeluh dalam hati dan mengusap permukaan gagang golok yang ia gunakan.

"David angka yang kau dapat?" Tanya Hans melihat kalung kayu miliknya.

"Aku hanya dapat lima, anjing-anjing yang ku pukul rata-rata hanya kehilangan kesadaran!" Jawabnya sedih, angka di kalung miliknya hanya bertulikan tujuh.

"Tidak buruk, aku hanya membunuh dua belas dari mereka!" Hans menggeleng melihat kubangan darah di belakangnya, sedih dan kasihan tercampur di garis matanya.

**

Di atas pohon, di kejauhan Dorebaran terdiam.

"Sial, beruntung aku meninggalkan tempat itu!"

"Bocah aneh itu berhasil menyatukan jiha dan kulitnya di usia yang begitu muda! Dia jelas kesatria yang berbakat! Tapi kenapa dia memilih akademi para Magi?"

"Ah masa bodoh Lay aku harus mencari kalung kayu dari peserta lainnya!" Ia berujar dan kemudian bergegas pergi.

**

Di sudut lain hutan, masih di dalam balutan kabut. Matahari pagi barulah terbit dan masih banyak bagian hutan yang gelap akibat rimbunnya pepohonan. Seorang gadis berambut panjang hitam berjalan melewati beberapa mayat peserta.

Matanya hitam tanpa pupil, sosok besar berjalan di belakangnya. Sosok besar itu tanpa busana, berambut panjang pula dengan tubuh yang sintal dan menggoda, namun ketika melihat bagian bawah ia tidak memiliki kaki namun hanya perut dan ekor ular. Sosok di belakangnya merupakan wanita setengah ular, keduanya berjalan melewati kabut dan sesaat kemudian sosok besar itu menghilang. Kini gadis kecil itulah yang berjalan sendirian di tengah hutan, memegang empat kalung kayu ditangannya.

Ia berjalan terhuyung-huyung, wajahnya pucat dan tak lama ia tiba di pinggiran sungai deras. Ia berusaha memaksa tubuhnya berjalan, namun kehilangan kekuatannya dan terjatuh ke dalam sungai deras.