Chereads / Hans, Penyihir Buta Aksara / Chapter 18 - Aksara 13b, Duel

Chapter 18 - Aksara 13b, Duel

Hans kembali ke persembunyian, David masih dalam posisi bersila dan menyerap jiha sebagai penahan rasa lapar. Jiha adalah energi, sehingga dengan bermeditasi ia dapat mengganti jiha sebagai makanannya, meski jiha miliknya akan terserap dengan amat cepat.

Hans masuk ke dalam celah akar dan membuat sedikit suara, David membuka matanya dan berbisik lemas,"Hans!"

Melihat bocah gendut itu kini pucat, Hans segera mengambil jamur tiram yang ia gunakan, jamur besar itu kemudian ia potong menjadi dua dengan pisau kecil dari dalam ransel yang ia bawa.

"Makan ini!" Hans menyodorkan jamur mentah itu pada David, awalnya ia sedikit menolak karena makanan itu mentah. Tapi setelah mencium aroma harum yang menggugah selera, liurnya mulai mengalir keluar dari celah bibirnya.

"Hap!" Dengan sigap tangan besarnya meraih setengah potong jamur tiram itu. Ia melahapnya dengan rakus, ia menutup mata sembari menggigit jamur itu. Rasa luar biasa membanjiri mulutnya, manis dan asin seperti bercampur dengan apik di adalah setiap kunyahan, David seperti tengah merasakan daging.

Jamur tiram itu tak lama mencair dan menjadi cairan yang membuat tubuhnya bersinar, jiha mulai bermunculan di sekitar tubuhnya. Bukan hanya itu, setiap bagian jamur yang ia cerna menjadi jiha murni yang begitu masuk ke dalam lambungnya langsung terserap ke dalam Uma miliknya.

Tubuh David bersinar, jamur itu bukan hanya membawa jiha tetapi membawa senyawa yang memperkuat tubuhnya. Perlahan wajah pucatnya kembali penuh warna, dan ia dengan sangat terkejut melihat Hans,"Aku kenyang?!"

"Bagaimana mungkin?! Itu hanya setengah potong bukan?!" Ujar David kebingungan.

Hans menggeleng kemudian memakan pula bagian miliknya, ia melahapnya dengan cepat dan kemudian mengambil posisi kuda-kuda. Tubuh Hans bersinar, cahaya dan jiha berkumpul di sekelilingnya. Jamur itu tak lama menjadi jiha dan menyebar ke seluruh tubuhnya, berbeda dengan David, Hans menyerap jiha melalui metode para kesatria sehingga jiha yang ia dapatkan harus terlebih dahulu di sebarkan ke seluruh tubuh untuk membangun fisiknya, barulah sisa-sisanya tersimpan ke dalam Uma miliknya.

"Gendut, jangan coba-coba memakannya lagi! Atau tubuhmu akan meledak!"

"Tanaman ini mengandung banyak jiha, satu tangkai ini dapat menggantikan meditasi selama satu Minggu!"

"Dengan kata lain tubuhmu akan menampung jumlah jiha yang lebih banyak dari yang ia bisa! Coba kau bayangkan apa yang akan terjadi pada Uma milikmu?"

"Jumlah yang lebih banyak dari biasanya akan membantumu ke tingkat selanjutnya, tapi tanpa tanaman lain untuk menjadi katalis Uma mu seperti daun kumis kucing dan bunga anggrek ungu kau akan membunuh dirimu sendiri!"

"Ini tanaman obat, bukan makanan sehari-hari!" Hans mengomel kecil Melihat tangan besar David yang berusaha menggapai jamur di ranselnya yang tergeletak di sebelahnya."

"APA?!" David menarik tangannya.

"Sial, masa aku mati karena makanan?!" Ia mengumpat kecil kemudian duduk sambil bersandar. Ia pun kemudian kembali duduk bersila dan bermeditasi, berusaha membuat jiha yang tak lagi bisa ia serap menjadi butiran jiha baru agar ia cepat mencapai tingkat yang selanjutnya.

"Ssst!" Hans menyentuh pundak David dan memberi isyarat padanya, keduanya mengangguk.

Suara langkah kaki keras terdengar dari luar, Hans dan David berjongkok. David terlihat menahan nafas akibat tubuhnya yang gemuk sulit berada dalam posisi itu.

Ke dua pasang mata itu menengok ke kanan, pandangan keduanya melewati akar-akar pohon yang menutupi tubuh mereka yang berada di bawahnya.

Seorang peserta lainnya berlari sambil bersimbah darah, beberapa kali terjatuh dan terguling. Pakaiannya sobek di beberapa bagian mengungkap luka-luka yang bercucuran darah. David hendak bergegas keluar mencoba membantunya, namun baru ia berbalik Hans segera memegangi pundaknya dan menutup mulut David yang hendak meronta dengan mulutnya.

"Hmmmph!!" David meronta sehingga suara-suara bisikan kecil keluar dari mulutnya, Hans melihat ke arah peserta ujian yang tengah berlutut bersimbah darah. Sepertinya ia menyadari keberadaan Hans dan David, ia melihat keduanya namun tatapannya penuh niat jahat. Hans melihat ekspresi wajahnya, alis milik peserta ujian itu terangkat sebelah. Ekspresi Hans berubah, ia sadar saat ini sudah terlambat untuk melarikan diri.

Segera suara langkah terdengar lagi di belakang pemuda itu, seorang pemuda lain bertubuh besar dengan pedang besar di tangannya berjalan ke arah peserta yang masih berlutut itu. Pendatang baru itu memiliki rambut biru gelap pendek, dan jubah besar yang menutupi seluruh tubuhnya tapi tanpa lengan sehingga menyingkap otot-otot tangan yang besar.

"Heri! Kembalikan kalung kayu milikku atau kau akan kubunuh! Kurang ajar!" Pendatang baru itu berteriak sambil berlari ke arah peserta yang asih membungkuk itu.

Peserta bernama Heri itu kemudian melihat ke arah Hans dan David, ia tersenyum kecil, Hans menangkap senyuman di wajah pucatnya meski ia hanya melakukannya benar-benar cepat namun ketelitian Hans merekam semua perubahan ekspresi peserta bernama Heri itu.

"Hai Ramses dan Benua! Bantu aku cepat kalian sudah mengerti rencananya bukan!" Heri berteriak ke arah Hans dan David, seraya tubuhnya perlahan merangkak dan berlari ke arah mereka.

Heri bukan hanya berusaha menjebak Hans dan David ke dalam perangkap yang ia buat, namun juga melemparkan sebuah benda berukuran kepalan orang dewasa ke arah pemuda berambut biru tua. Benda itu kemudian meledak, membuat pemuda berambut biru tua itu tak sempat menghindar, dan berteriak keras.

"Heri! Akan kubunuh kau!" Terlihat ia melindungi tubuhnya dengan pedang besarnya, menyilangkannya sebagai perisai, meski begitu lengan dan bahunya menghitam akibat ledakan.

Heri memanfaatkan hal itu untuk lari dan menghilang, asap hasil ledakannya memberikan ia pengalihan sehingga arah ke mana ia melarikan diri tidak terlihat.

David yang sebelumnya meronta karena ingin menolong Heri kini menyesal akan perbuatannya, bukan saja Heri tidak memerlukan bantuannya ia justru membuat Hans dan David terjebak dalam pertempuran yang seharusnya tidak mereka alami.

"HERIIIIIIIIIII!" Peserta berambut biru itu berteriak keras.

"KALIAN BERDUA! KELUAR!" Teriaknya lagi, sambil berjalan ke arah Hans dan David, menunggu di bagian akar yang menjadi pintu masuk ke duanya.

"Tech!" Hans melihat ke arah David, melemparkan tatapan kesal. Namun ia menarik nafas, kemudian berbisik pada David,"Jaga jamur-jamur ini! Pastikan ia tidak melihatnya, bungkus dengan pakaianmu bila perlu!"

"Serahkan dia padaku!"

David mengangguk kemudian berjongkok dan memunguti jamur-jamur yang berserak dan membungkusnya dengan pakaiannya, ia kini bertelanjang dada. Baju David memiliki ukuran yang besar sehingga cukup untuk menyimpan semua jamur yang ada,"Maafkan aku Hans!" Ujar David pelan. Hans mengangguk lemas, ia tidak memiliki jalan lain, hal ini sudah terjadi. Ia kemudian mengambil golok gagang panjang yang ia punya, menyambung kedua ujung gagangnya sehingga panjangnya menyerupai tombak.

Ia berjalan peralahan sambil menunduk, jiha yang berasal dari jamur yang ia makan masih berotasi di seluruh kelenjar, syaraf, otot dan tulang tubuhnya.

"Sebentar lagi aku mencapai pembentukan otot tahap awal!" Canabis mengajarinya, bahwa seorang kesatria berfokus pada pembangunan tubuh, meski Canabis bukan seorang kesatria, namun ia sedikit banyak mengetahui dasar-dasarnya.

Pembentukan tubuh dibagi menjadi lima tingkat:

Dasar

Menengah

Lanjut

Tinggi

Langit

Tingkat dasar sendiri di bagi lagi menjadi lima tingkat fundamental yang menjadi fondasi, tingkatan ini merupakan tingkatan terpenting dari kelima tingkat yang ada. Tingkat ini tersusun dari tingkat kulit, otot, syaraf, sendi dan tulang. Seorang kesatria akan menggunakan jiha untuk meningkatkan dan memelihara tubuhnya.

Kepalanya masih tertunduk, matahari pun baru menunjukkan tanda-tanda akan terbit. Peserta berambut biru itu penuh dengan amarah, namun ketika bayangan hitam Hans keluar dari gua kecil di bawah pohon ia tersentak. Wajah Hans belum terlihat akibat tertutup bayangan pohon, namun cahaya matahari awal seperti datang menyambutnya, terjatuh di wajahnya mengungkap wajah Hans yang sedang menatapnya tepat di kedua matanya.

"Orang ini..!" Ia menggenggam erat pedang besarnya, kemudian melepaskan seluruh jihanya. Di punggung tangannya sebuah garis terbentuk, hal itu menunjukkan ia memiliki satu siklus penuh jiha pada uma miliknya.

Satu siklus jiha terbentuk dari delapan tetes jiha, sedangkan Hans hanya memiliki tiga tetes, ia bahkan belum mencapai tingkat satu siklus.

"Hei! Kau tahu kan bahwa peserta tadi dan kami tidak memiliki hubungan apa-apa?" Ujar Hans dingin, ia adalah anak yang baik dan penuh kasih, namun bukan berarti dia tidak mengetahui bahwa kehidupan itu keras karena menghabiskan beberapa tahun terakhir di jalanan.

"Hah! Aku tidak peduli apa yang kau katakan! Heri sudah dua kali menipuku!"

"Bila bukan karena itu aku sudah membunuhnya berkali-kali! Lagi pula saat ini aku tidak memiliki kalung kayu, percuma aku menyelesaikan ujian ini bila tanpa kalung itu aku tetap akan gagal!"

"Cepat berikan kalung kayumu dan aku akan membiarkanmu hidup!"

"Aku Dorebaran memang orang bar bar dan tidak berpendidikan! Tapi kami adalah bangsa yang memegang kata-kata kami!" Dorebaran memikul pedang besarnya di pundaknya dengan tangan kanannya, sedang tangan kirinya terkepal dan dia menunjuk dadanya dengan ibu jarinya sambil mengangkat kepalanya.

"Maafkan aku, tapi aku tidak berencana untuk gagal!"

"Aku punya alasan sendiri untuk itu!" Hans menggeleng dan berlari menyongsong Dorebaran yang berlari ke arahnya. Ia mengayunkan golok panjangnya ke arah pedang besar yang berusaha memotong lehernya.

Golok panjang dan pedang besar itu bertemu dan saling hantam,"Clang!" Hans terlempar ke belakang akibat dampak serangannya, ia terpukul dua langkah mundur.

Sedang Dorebaran tetap pada posisinya yang semula, meski tidak mengalami dampak yang besar hal itu membuat Dorebaran tercengang!

"Hah! Dengan kekuatan yang hanya segini kau berani melawanku?!" Teriaknya untuk menyerang Hans dengan serangan psikologis, untuk menggoyahkan kepercayaan diri Hans. Meski dalam hatinya ia tertegun,"Ia ini kesatria atau Kawya?"

Kebingungannya bukan tanpa sebab, ia mendaftar ke sekolah ini atas perintah Shaman—suku bar bar mengenal Kawya dengan sebutan Shaman— dari sukunya. Barbarian terkenal dengan tubuh kuat dan beberapa dari mereka bahkan memiliki kemampuan menjadi Kawya, hal ini membuat mereka menjadi bangsa yang di segani di seluruh daratan. Hal itu bukan tanpa sebab, karena kekuatan fisik mereka hampir menyaingi kesatria, meski bila dibandingkan dengan kesatria sebenarnya kekuatan mereka tidak bisa di katakan sama. Namun untuk para Kawya, tubuh orang-orang babar terbilang jauh lebih kuat.

Namun kelemahan mereka adalah mereka tidak terlalu pintar, dan sering kali jatuh pada skema dan tipu daya akibat pola pikir mereka yang sederhana.

Hans hanya diam, tidak menanggapi ejekkan Dorebaran. Hal itu membuat wajah Dorebaran menjadi semakin serius, ia tidak mau menunggu Hans membuat inisiatif serangan. Ia maju dan melepaskan jiha ke angkasa, satu siklus jiha mampu menyimpan satu karakter aksara, namun hal itu tidak memberikan dampak besar, karena aksara yang belum terbentuk sempurna tidak memberi kekuatan semesta pada pemiliknya.

Dan tidak semua orang bisa membentuk karakter aksara, membutuhkan penelitian dan proses panjang untuk bahkan membentuk satu karakter aksara.

Kali ini Dorebaran menyerang dari bawah, menyilangkan serangannya dari kanan bawah Hans. Dorebaran seperti melemparkan pedangnya dari arah kanan bawah, yang luar biasa adalah ia mengayukan pedangnya dengan satu tangan.

Hans melihat hal itu, ia tidak membalas dengan ayunan goloknya, namun menancapkan sisi lain dari goloknya, gagang yang memiliki panjang seperti tombak ke tanah. Menahan serangan pedang yang mengarah ke paha-nya. Ia menahan gagang golok yang tertancap ke tanah dengan kaki kirinya, sedang tangan kirinya menahan leher golok tang tangan kanannya ia pukulkan ke depan menahan pukulan Dorebaran yang mengincar kepalanya.

"Bruk!" Kedua kepalan tangan bertemu di udara, keduanya terlempar mundur. Kali ini masing-masing mundur satu langkah, hal ini telak membuat Dorebaran terperangah.

"Bagaimana bisa?!"