Chereads / Hans, Penyihir Buta Aksara / Chapter 15 - Aksara 12a, Ujian

Chapter 15 - Aksara 12a, Ujian

Para peserta yang lain tidak tinggal diam, mereka bergegas berlari meninggalkan Hans yang masih terdiam di tempatnya semula. Tak lama ia tinggal seorang diri di sana.

Hans memandang hutan yang berkabut dan di selimuti kegelapan, tak ada cahaya. Suara dan kiasan aneh itu terhenti, tak lagi terdengar, yang tersisa hanya keheningan hutan.

Hans menggerakkan jemari tangannya, seperti tengah menghitung. Ia terbiasa melakukan ini, ia terlihat seperti tengah menghitung jarinya, namun ini adalah caranya memusatkan konsentrasinya.

"Tsk.. Tsk.." Ketika ia tengah fokus pada rencananya, terdengar suara dari arah semak-semak.

Hans memalingkan wajahnya melihat ke arah suara itu, ia berjalan mendekat perlahan. Bahkan terkesan mengendap-endap. Kemudian ia terhenti, terlihat jelas dari ekspresi wajahnya bahwa ia terkejut. Di depannya seorang bocah perempuan memunggungi-nya.

Ia terlihat ragu, namun hati tulusnya pada akhirnya tergerak oleh rasa penasaran,"A-adik kecil apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Hans lembut, gadis itu memakai pakaian bermotif kotak-kotak dengan rok yang sewarna.

"Hi hi hi.." Gadis kecil itu justru menjawab dengan suara tawa kecil, terlihat bocah itu perlahan memalingkan wajahnya. Hans berjalan mendekat mengetahui bocah kecil itu berada di hutan sendirian, namun ketika ia melihat wajah sang gadis kecil ia berteriak keras.

"AAAA!!!" Ia melompat kebelakang, mengambil golok dengan gagang panjang miliknya.

Gadis yang tertawa itu tidak memiliki wajah!

Ia takut, namun ketakutan itu tidak menguasainya. Sebagian besar ketakutan hilang karena ia telah terbiasa dengan Canabis yang rupanya menyeramkan.

"Hans kau bodoh! Mana mungkin ada gadis kecil di tempat seperti ini!!" Ujar Hans dalam hati, mengutuki kebodohannya. Ia kemudian mundur dengan kecepatan penuh, namun belum beberapa langkah ia menghindar, gadis itu telah terlebih dahulu melompat ke arahnya.

"SIAL!" Hans mengumpat ia membalikan tubuhnya, namun yang ia temukan di hadapannya adalah sosok hitam dengna tubuh di penuhi bulu, taring besar terlihat dari mulut yang menembus hingga ke dagunya.

"Ada satu lagi!" Mahluk lain muncul, tentu keduanya adalah mahluk ghaib yang muncul begitu saja tanpa ia sadari.

"Huuu.. Huu.." Terdengar seperti suara siulan, puluhan sosok lain bermuncul di ranting dan di berbagai tempat.

"Ini..." Bulu kuduk Hans mulai berdiri, ia mengayunkan golok miliknya ke arah perut sosok hitam di depannya yang mencoba menangkapnya. Namun sia-sia karena golok itu justru menembus tubuh sosok hitam itu seakan ia terbuat dari asap.

"Sial! Ini tidak berguna!" Puluhan sosok itu bergerak ke arah Hans dengan cepat, tak lama ia di kepung dari berbagai arah.

Hans tetap mengayunkan golok miliknya,"Pergi!!"

Ia masih ketakutan, tubuhnya lemas.

"Tidak! Aku harus pergi dari sini!" Rasa takut membuat ia merasa tertekan, tekanan itu kemudian membuat bocah itu menjadi marah!

"Kurang ajar! Aku akan menghajar kalian!" Hans yang di picu rasa takut dan amarah menyalurkan jiha ke golok miliknya, golok dengan gagang panjang itu bersinar, dan terayun ke arah leher sang mahluk hitam.

Golok itu kemudian membuat sosok itu menjerit keras, tubuh hitamnya menggelinjang dan meledak menjadi ribuan titik asap yang kemudian masuk ke dalam kalung kayu miliknya. Ketika semua titik asap itu menghilang sebuah angka muncul di permukaan kalung kayu itu, angka "1" tertulis di sana.

Meski sosok hitam berbulu itu menghilang, tangan-tangan lainnya memegangi seluruh bagian tubuh Hans. Tangan, kaki, bahkan tas ransel miliknya pun tak luput dari tangan-tangan penuh luka yang menyebarkan bau busuk.

"Lepaskan!" Hans menggerakan tubuhnya sekuat tenaga, tangan-tangan itu pun akhirnya terlepas. Ia kemudian berlari ke depan meninggalkan ribuan sosok mengerikan yang mengejarnya. Mahluk-mahluk itu berteriak-teriak, kemudian berlarian mengejarnya. Beberapa menghilang dan muncul di ranting pohon, suara angin yang berhembus melewati ranting membuat susana menjadi lebih mencekam.

Hans memegang goloknya, berlari sambil terengah-engah melewati kabut yang semakin lama semakin pekat membatasi jarak pandangnya.

"Hah.. Hah.." Dengan terengah ia melompati sulur-sulur akar yang muncul di depannya, karena ia merasa telah berhasil melarikan diri dari kejaran para roh jahat itu. Hans membalikkan kepalanya, berusaha melihat ke belakang, namun ketika kepalanya baru sedikit ia palingkan, sebuah tangan lain keluar dari dalam tanah dan menarik kakinya!

Brugh!

Ia berguling di atas tanah, ia berputar beberapa kali hingga akhirnya terhenti karena tasnya tersangkut di akar pohon yang muncul dari dalam tanah.

"uhuk!" Ia terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya, paru-parunya terluka akibat hantaman keras ketika ia berlari dengan sekuat tenaganya. Beruntung ia menggenggam erat golok gagang panjangnya, bila tidak mungkin justru golok itu yang akan membawa celaka apabila tertancap dan menusuk dirinya sendiri.

"AHH!" Ia melenguh kesakitan, berusaha berdiri. Bersamaan dengan sosok yang merangkak keluar dari dalam tanah, tubuhnya di penuhi belatung dan berbau busuk, wajahnya hancur dan menyisakan tengkorak yang mengintip dari muka yang sudah membusuk.

Glup!

Hans menelan ludah, ia mempererat pegangannya pada golok miliknya!

Mayat hidup itu kemudian berlari ke arahnya, ia bergetar kecil, namun mengambil kuda-kuda dan hendak menghantam mayat hidup yang berlari ke arahnya. Namun suara tawa kecil terdengar,"Hi hi hi hi!" Seketika bulu kuduk Hans berdiri.

**

- Kaki gunung -

Hal yang sama bukan hanya terjadi pada Hans, namun juga pada para peserta lainnya. Para anak bangsawan itu pun berlarian menghindari serangan para roh jahat. Namun tidak seperti Hans yang melawan balik, mereka hanya berlarian tanpa melawan, hanya tak sedikit pun rasa takut terlihat di wajah mereka.

"Haha, mereka bergerak begitu lamban!" Ujar salah satu peserta ujian, ia berlari meninggalkan mayat berjalan yang mengikutinya dengan lamban di belakang.

"Aku akan menjadi seorang magi, dan seorang magi tidak bertarung dengan ototnya tapi dengan otaknya!" Ujarnya sombong sambil melihat ke arah bocah gendut yang tengah menghalau mahluk hitam berbulu dengan taring seperti serigala, bocah gendut itu menggunakan tameng perak dan melontarkan mahluk itu ke arah belakang.

"Dasar gendut bodoh!" Ia kemudian pergi meninggalkan bocah gendut yang tengah melawan roh jahat itu sambil menangis ketakutan.

**

Bulu kuduk Hans berdiri, ia terhenti dari posisi menyerangnya. Mayat hidup itu hanya beberapa meter saja dari arahnya, namun matanya tertuju pada sosok gadis kecil tanpa wajah yang melayang di udara tepat di belakang mayat hidup itu.

"Hai kakak! Ayo kita bermain! Hi hii hi" Suara tawa yang mendatangkan ketakutan terdengar di telinganya.

Mayat hidup yang tengah menyerangnya kini berada tepat di depannya! Hans tidak bergerak, mayat itu menghimpit tubuhnya, ia tertindih.

"Ayo kak kita bermain!" Mahluk yang menyerupai anak kecil itu mendekat dan berusaha menyerap jiwa milik Hans.

"Tidak!!" Hans berteriak merasakan kesadarannya mulai menghilang.

"Aku tidak bisa berhenti di sini! Aku tidak bisa gagal! Akuuuu!!" Matanya berbinar, jiha mengalir deras membanjiri pembuluh energi di bawah kulitnya. Tubuhnya dipenuhi cahaya, golok panjangnya ia angkat menghempaskan mahluk jahat dalam wujud gadis itu.

"Aku tidak bisa gagal!!" Ia berteriak kecil, mayat yang menimpanya terpental. Hans di penuhi kekuatan, ia menghantam dada mayat itu secara melintang menembus tubuhnya. Darah hitam terciprat ke berbegai arah, ia menghindar. Darah itu bukan hanya memiliki bau busuk namun juga mengandung berbagai bakteri.

'2'

Angka satu pada kalung kayu milik Hans berubah menjadi dua, bersamaan dengan terbelahnya tubuh sang mayat hidup.

"BERIKAN TUBUHMU!!!" Gadis itu berteriak penuh amarah! Tubuhnya bergetar, seketika itu juga kulitnya mulai melepuh dan darah menetes dari lepuhan kulitnya. Ribuan mata bermunculan di sekujur tubuhnya, awalnya mata-mata itu melihat ke berbagai arah, namun kemudian tertuju pada Hans secara bersamaan.

"KAU!!" Ujarnya sambil menunjuk Hans.

Teriakannya bukan hanya memekakkan telinga tapi juga membuat tanah di bawah kaki Hans berguncang.

Tubuh Hans masih dipenuhi jiha matanya melihat sekeliling dan kembali pada sosok yang melayang di udara.

"Jiha-ku menipis.." Ujar dalam hati, seraya merasakan tanah berguncang kecil. Tak lama, puluhan tangan keluar dari dalam tanah.

"Sial!" Hans kemudian berputar dan lari tunggang langgang, ia mengerti ia tak akan mampu mengalahkan mereka semua. Terlebih, mahluk-mahluk ini hanya dapat di bunuh bila ia mengalirkan jiha ke dalam senjatanya.

Hans berlari sekuat tenaga, hal ini pun akan menghabiskan jiha-nya dengan cepat. Meski ia berlari begitu cepat namun sosok itu tetap dapat mengikutinya. Benar saja, ia terkepung.

Hans terhenti, jiha-nya menipis. Dan tak mungkin pula ia melawan puluhan mayat hidup dan roh-roh jahat ini sendirian. Gadis kecil itu kini menampakkan wajahnya, wajahnya seperti gadis pada umumnya meski pucat dan matanya tidak memiliki pupil. Ia tersenyum penuh kengerian, sambil menjerit dengan suara melengking.

Bersamaan dengan teriakannya mayat-mayat seakan terpanggil keluar dari dalam tanah.

"Tidak! Bila kubiarkan akan semakin banyak mayat-mayat yang mengejarku!" Hans makin gelisah, ia terpojok, meski tanganya tetap menyerang para mayat dan membantai mereka satu persatu. Mayat-mayat ini tidak memiliki pikiran, dan hanya bergerak secara acak sehingga mudah bagi Hans menghabisi mereka.

Tentu ia tidak merasakan apa-apa ketika membunuh mereka, meski berkali-kali ia berucap dalam hatinya,"Maafkan aku, semoga kalian tenang di alam sana!" Awalnya ia menutup mata setiap kali menghujamkan goloknya, tentu karena nurani manusia bukan terbuat dari baja. Terlebih ia hanya seorang anak kecil.

Namun lama kelamaan, tekanan membuatnya tidak memikirkan apa-apa selain bertahan hidup.

'15!' Hans tidak menyadari angka di kalung kayunya telah mencapai lima belas.

"Aku tidak memiliki waktu!"

"Roh gadis kecil itu picik! Ia sengaja memposisikan dirinya jauh dariku! Ia berusaha menghabiskan energiku!"

"Bagaimana ini?!" Otaknya berpikir keras, mencari solusi.

Jiha di dalam uma Hans hanya berisikan satu perempat dari jumlahnya yang semula,"Tch!"

Hans kemudian berusaha maju, namun lebih dari sepuluh mayat hidup menimpanya. Ia tertimpa puluhan mayat yang secara bergantian menimpa tubuhnya. Beberapa saat puluhan mayat itu bergetar karena Hans berusaha melepaskan diri, namun setelah beberapa semua gerakkan terhenti.

Hans, apakah ia kehabisan tenaga? Tak ada yang tahu karena mayat-mayat itu menutupinya.

Roh gadis itu kemudian tersenyum, ia melayang mendekati tubuh mayat-mayat yang menimpa tubuh Hans. Ia mengangkat kedua tangannya dan menyilangkannya secara berayun, memberi isyarat agar mayat-mayat itu menyingkir satu persatu.

Mayat-mayat itu menyingkir dan menyingkap tubuh Hans yang kehilangan kesadaran dengan tangan yang masih memegang golok gagang panjang miliknya. Senyum di wajah roh jahat itu semakin lebar, semakin jahat dan sadis.