Chereads / 13;26 / Chapter 8 - Kilas Balik

Chapter 8 - Kilas Balik

pengintaian terus berlanjut, kelima sahabat itu dengan sabar dan hati-hati mengikuti keseharian Karang. mulai dari bangun sampai bangun lagi. tak lupa mereka mencatat semua yang di lakukan Karang untuk dilaporkan pada Riza.

hari kedua pengintaian, Alka mengamati karang dari pohon di hutan dekat rumah Karang. saat ini karang sedang duduk di taman belakang rumahnya. di pangkuannya ada sebuah buku tebal, mungkin buku pelajaran atau bisnis.

sehari kemarin dia sangat sibuk, tubuhnya terasa pegal. dia menyenderkan tubuh lelahnya di kursi taman. hatinya menolak untuk tidur tapi tubuhnya tak bisa berbohong. berlahan matanya mulai tertutup. lelah yang diderita tubuhnya membuatnya bisa tidur dimana saja, bahkan di bangku taman yang keras dan tidak nyaman.

tak lama setelah dia menutup matanya terdengar suara lembut yang begitu dia hafal memanggil namanya, "Karang...., kita sudah sampai."

dia mengucek matanya yang menyisakan jejak kantuk yang belum terpuaskan. kemudian memalingkan kepalanya kearah jendela mobil, seketika matanya melebar. dilihatnya laut luas yang tak terlihat batasnya dan seolah menyatu dengan langit. begitu biru dan indah, pasir yang di injaknya terasa hangat dan empuk.

wanita yang tadi memanggil namanya tersenyum bahagia, sedang karang masih sibuk dengan pasir dan ombak yang datang tanpa akhir. Karang berbalik melihat wanita itu, "mama, sini, temenin Karang main." melihat wanita itu hanya tersenyum, karang mendekat kemudian menarik tangan wanita itu dan membawanya ke gundukan pasir yang dia buat menggunakan ember kecil. mereka terus bermain sampai senja menghilangkan warna cahayanya.

mereka makan malam di sebuah restoran, baru setelah itu mereka kembali ke rumah dengan penuh kehangatan dari penghuninya.

hari itu karang hanya berlibur bersama sang ibu, ayahnya sedang sibuk dengan urusan kantor. meski begitu, setiap kali mereka sampai di rumah, suara sang ayah akan terdengar dan menanyakan hari yang dilalui olehnya. tapi hari ini rumah serasa berbeda. rumah yang dia tinggali begitu gelap, apa mungkin sedang ada masalah listrik dirumahnya?

sang ibu yang menyadari keanehan itu memutuskan untuk turun terlebih dahulu dan mengecek kondisi rumah. lima menit sejak sang ibu keluar dari mobil terdengar suara seperti kembang api meletus di telinga karang. sang sopir yang merasa ketidak beresan di rumah itu, meminta tuan mudanya turun dan bersembunyi semak-semak yang tidak jauh dari rumah.

tak lama kemudian, beberapa mobil keluar dari kediaman itu. sang sopir melakukan mobilnya, mengecoh mobil-mobil lainnya. sang sopir merasa bahwa mobil-mobil itu menginginkan tuan mudanya. untung sang sopir sudah meminta tuan mudanya untuk turun sebelum terlihat oleh orang-orang itu. kejar-kejaran terus berlanjut sampai akhirnya mobil-mobil itu menabrak mobil keluarga Karang dengan sopir di dalamnya ke tebing yang bersisian dengan laut tak berdasar.

merasa terlalu lama bersembunyi, karang memutuskan masuk rumah. karang tak tahu apa yang terjadi di rumahnya ataupun apa yang terjadi dengan sopirnya. karang memasuki rumah, pintunya terbuka lebar. karang bingung dengan kondisi rumahnya, kenapa sepi? dimana para pelayan yang biasa menyambutnya. sampai ditengah ruangan utama, karang melihat ibunya sedang tidur di sofa. Karang menghampiri ibunya, memanggilnya, mengguncang tubuhnya, tapi sang ibu tak kunjung bangkit dari tidurnya. hanya bau amis dan darah yang berceceran dirumahnya. bahkan semua pelayannya juga sama, tidak menyahut saat di panggil dan terus tertidur. Karang bosan dengan situasi ini, memutuskan pergi ke kamar kerja sang ayah. sampai di sana, ayahnya juga sama seperti ibu dan semua pelayannya. kesal, karang menelfon, paman dan bibinya (orang tua Air), dia melaporkan apa yang dia temukan di rumah itu. usianya baru lima tahun, dia masih polos tak tahu apa pun.

menunggu tiga puluh menit di luar, paman dan bibinya akhirnya datang, Air tidak ikut saat itu. pamannya mengecek kondisi didalam rumah itu. kesedihan terpancar jelas di matanya. sang istri tahu apa artinya itu. tak ada yang selamat di rumah itu.

tiga tahun kemudian barulah Karang tahu apa yang terjadi dirumahnya. dia berubah menjadi anak yang dingin dan tertutup setelah itu. ingatan bagaimana dia berlibur di pantai, suara kembang api dirumahnya, orang-orang yang tak bangun dan menyahut saat dia panggil mereka, menjadi mimpi yang selau menghampiri setiap tidurnya.

seolah belum cukup mimpi buruknya, kejadian yang sama terulang lagi dua tahun berikutnya. mereka yang tersisa ( Karang dan Air) di rawat di panti asuhan dan bertemu Jeram. setelah mereka SMA, mereka memberanikan diri untuk membuka usaha. usaha itu berhasil dan berkembang maju, sehingga mereka dikenal sebagai pengusaha muda termansyur di kota.

kening Karang berkerut dalam tidurnya, tak lama kemudian dia terbangun. hatinya mengeluh, ' bahkan mimpi itu masih terasa menakutkan meski sudah belasan tahun berlalu. lukaku juga belum sembuh tapi malah terikat kontrak menyebalkan ini. aku jadi penasaran dengan kelima sahabat itu, apa yang telah mereka lalui sampai mereka juga terikat kontrak ini. kontrak hidup untuk misi.' hati karang masih menggerutu, bosan makanan yang di sajikan koki rumahnya, karang memutuskan makan diluar.

tempat yang di tuju adalah restoran dengan gaya seperti rumah, singkatnya restoran tempat kelima sahabat itu tinggal. tentu saja Karang tidak tahu jika tempat itu adalah markas kelima sahabat itu.