"baru selesai kalas? atau baru berangkat?" tanya karang dengan suara rendah mendominasi. jika itu orang lain, pasti mengira Karang sedang marah. nyatanya memang begitulah gaya bicara Karang. Ai tersenyum, orang ini bukannya hanya berbicara kalau di tanya. ini kemajuan yang cukup pesat.
"hari ini aku tidak ada kelas, aku datang untuk menemui penanggung jawab setiap segmen yang kakak-kakak tunjuk. biar nanti saat di klub tak membuang waktu untuk rapat dulu. kakak sendiri baru selesai kelas kah?"
jawaban panjang lebar plus pertanyaan itu bukankah menyakitkan jika ditanggapi dengan satu kata? tapi itulah yang dilakukan Karang. benar benar tidak peka.
"mmm ..."
ingin rasanya Ai merekam percakapan mereka, untuk jaga-jaga bila Fei tak bisa bicara ataupun menemui Karang. tapi menurut kepekaan Karang yang mampu merasakan keberadaan orang yang mengikutinya sejak hari pertama itu adalah hal yang tidak mungkin tidak ketahuan.
Ai fokus pada cangkir latte-nya dan kue kue kecil yang menemaninya. karang juga tidak mengganggunya, karang Menikmati makan siangnya setelah tandas piringnya dan menyisakan dua kotak jus kemasan Karang buka suara lagi.
"mau main?"
' main?' ah mungkin seperti yang di lakukan saat di restoran. baik, tak masalah. Ai mengangguk, "kakak mulai"
"ok, kamu mengutus temanmu untuk menanyaiku?" suara karang merendah, dia tidak ingin ada orang lain yang mendengar. suaranya sekarang hanya cukup didengar telinga Ai saja.
"jika dia perempuan, ya. pertanyaan ku sedikit privat, jadi jika kakak tidak ingin menjawab cukup bilang pas. seperti apa ibu kakak?"
lama karang terdiam, mungkin sedang memikirkan menjawab apa atau sedang berpikir menjawab atau tidak menjawab pertanyaan Ai. tiga puluh detik, saat Ai hendak berbicara kalau Karang tidak perlu menjawab, karang mengangkat kepalanya, "aku besar di panti, aku tak bisa menjelaskan lebih dari itu. kenapa kamu mengutusnya untuk menanyaiku?"
besar di panti bukan berarti tak mengenal orang tuanya, lagi pula kami sudah tahu kebenarannya, pertanyaan ini hanya agar dia lebih terbuka saja.
"dia masuk jurusan yang mampu menganalisis setiap gerak bubuh manusia, psikologi, dia ingin berlatih dengan mu. tapi melihat cara kak Karang bicara sepertinya dia gagal melakukan tugasnya. apa kakak dan dua senior lainnya, kak Jeram dan kak Air bertemu di panti juga?"
" ya,...." baru karang akan mengajukan pertanyaan, tapi terdengar suara memanggil nama gadis didepannya, game over. empat orang datang menemui gadis didepannya. saat tiba di meja, salah seorang menyapanya. "siang, kak?" karang hanya mengangguk sebagai balasan. ah...., bukankah mereka semua juga anggota klub drama?
"kak, ini sahabat-sahabatku. kakak pasti familiar dengan wajah mereka, mereka juga anggota klub drama."
" ya...." haduh ni orang mulai lagi jawaban pendeknya.
"yah, Ai udah makan duluan! padahal mau ngajak makan bareng, udah lama nggak makan bareng." Fei memasang raut sedih, kegiatan makan bersama adalah kegiatan yang paling mereka sukai.
"maaf deh, harusnya kalian kasih kabar dulu dong?"
"makan bareng?" suara dan raut karang penuh tanya. melihat itu Riza menjelaskan,
"ya, kami biasanya memesan makanan yang sama, lalu sambil makan sambil bertukar pikiran, bercanda, kadang main-main."
karang mengangguk tanda paham, karang melirik jam di pergelangan tangannya, sebentar lagi kelas berikutnya.
"aku masih ada kelas kalian lanjut saja."
"semangat kelas ya kak!" trio laki laki itu memang kompak saat menyemangati orang, seperti biasa Karang hanya mengangguk.
setelah karang jauh dan tak mungkin mendengar suara mereka, barulah mereka berhenti berpura-pura menjadi mahasiswa biasa.
Kairan bicara lebih dulu, "gimana?" singkat layaknya seorang pemimpin.
"sedikit banget." jawab Fei, memperlihatkan kertas yang digunakannya untuk bertukar catatan dengan Karang saat di perpustakaan. Ai melihat kertas-kertas itu, "aku rasa cukup jika di gabungkan dengan punyaku tadi. sayangnya aku tak bisa merekam takut dia curiga."
" nggak masalah, yang penting bahannya cukup." Alka menyemangati, keahliannya yang paling menonjol selain bela diri.
"rapat nanti malam menganalisis masalah ini. yang mau makan, makan. yang ada urusan lain silakan kerjakan." sebenarnya jika saja empat orang ini tidak muncul dan memanggil nama Ai, mungkin Ai akan lebih banyak mendapat bahan untuk analisis nanti malam. tapi mereka sudah terbiasa untuk tidak saling menyalahkan, jadi apapun hasilnya mereka syukuri.