Sebelum Shen Zhu dan Jun Yuan meninggal kota Aurtez, mereka berdua sempat mengisi perut mereka di sebuah kedai makanan. Xun Yong yang sangat sangat suka makan, kali ini dia harus menahannya. Sebab, dia tak ingin lagi menarik perhatian orang-orang disekitarnya dan membuat Shen Zhu kesulitan menghadapi segerombolan orang.
Diatas meja makan, Shen Zhu melirikkan matanya kearah Xun Yong. Perlahan-lahan dia menghabiskan makannya dan menyadari jika Xun Yong sangat menginginkannya. Air liur yang menetes dari mulut Xun Yong pun keluar dan tak tahankan lagi. Sementara Jun Yuan melihatnya merasa kasihan, lalu disaat itu juga dia melempar tulang ikan sisa makanannya. Tulang ikan itu pun jatuh tepat disamping Xun Yong berada, rasa marah dan terhina kini jelas dirasakan oleh Xun Yong. Bagaimana tidak, seorang leluhur diperlakukan seperti itu, Xun Yong sudah pasti tidak bisa menerimanya.
"Kau kira aku akan memakan sisa makananmu!, aku ini masih memiliki harga diri, apa kau mengerti!" Tegas Xun Yong berbicara seolah-olah Jun Yuan dapat mengerti apa yang dia katakan.
Jun Yuan terdiam dan mendengarkan kucing yang ada dihadapannya meraung-raung. Meski Jun Yuan tidak mengetahui maksud dari perkataan kucing itu, dia tak mengira kebaikkannya justru ditolak oleh kucing tersebut. Pastinya dia tak akan membiarkannya dan langsung meletakan mangkuk yang ada diatas meja kehadapan Xun Yong.
"Makanlah, aku tahu kamu lapar." Ucap Jun Yuan tanpa mengetahui dia sedang berbicara dengan leluhur Clan naga biru.
Xun Yong terdiam, dia melihat isi makanan yang ada dimangkuk masih cukup penuh dan aroma kelezatan masih melekat disana. Sangat tidak dia duga air liurnya menetes-netes dan harga dirinya mulai tergoyahkan hanya karena sisa makanan yang ada tepat dihadapannya. Tak lama Xun Yong pun dengan cepat melahap sisa makanan itu dan tidak memikirkan lagi harga diri yang baru saja dia bicarakan.
Shen Zhu tersenyum-senyum melihat tingkah Xun Yong, sebab dia mendengar semua perkataan Xun Yong sebelumnya. Dimata Shen Zhu, kucing yang kini ada dihadapannya begitu menggemaskan dan membuatnya senang selama bersama dengannya.
Setelah mengisi perut, mereka pun sempat berjalan-jalan ditengah-tengah keramaian kota Aurtez. Karena ramainya kota Aurtez, tak jarang para penjaga berbekal senjata terlihat berlalu lalang. Mata dari penjaga itu benar-benar sangat menyeramkan, namun Jun Yuan sama sekali tidak menghiraukannya dan justru menarik perhatian para penjaga dengan cara menggendong Shen Zhu secara tiba-tiba.
"Pak tua!, apa yang kamu lakukan!, turunkan aku!" Ujar Shen Zhu menolak untuk digendong oleh Jun Yuan. Wajahnya memerah ketika semua orang mulai memandanginya, namun Jun Yuan sama sekali tak mempedulikan tatapan itu dan tetap menggendong Shen Zhu diatas pundaknya.
"Tenanglah, aku hanya ingin sedikit bersenang-senang denganmu, Hehehe." Jun Yuan tampak menunjukan gigi putihnya kesetiap para penjaga yang ada. Melihat akan hal itu, para penjaga pun mengabaikannya dan mengira Jun Yuan bukanlah orang yang bermasalah.
Tepat setelahnya, Shen Zhu mulai terbiasa duduk diatas pundak Jun Yuan. Jarak pandangnya kini semakin luas hingga dapat melihat beberapa kereta kuda yang sangat jauh. Tentunya Xun Yong yang berada diatas kepala Shen Zhu juga merasakan hal yang sama.
Lalu tak lama Shen Zhu menundukkan kepalanya. Dia mengingat pria tua yang sebelumnya menangis bersama dengan Jun Yuan.
"Pak tua, siapa pria berjanggut putih tadi?" Ucap Shen Zhu melihat rambut hitam tanpa ada sehelai pun rambut yang berwarna putih.
Jun Yuan masih melangkah. Dari pertanyaan Shen Zhu, pikirannya hanya tertuju kepada Bian Hun. Karena hanya Bian Hun sajalah yang memiliki janggut putih. "Maksudmu, Bian Hun?" Jun Yuan mencoba memastikannya kembali.
Mendengar Jun Yuan, Shen Zhu mengangguk. Dia mengingat jika Jun Yuan sering kali memanggil nama pria berjanggut putih itu dengan sebutan Bian Hun. Tentu Shen Zhu menganggap sebutan itu adalan nama dari pria berjanggut putih yang dia maksudkan.
"Dia adalah teman lamaku, dia seorang kolektor barang antik sepertiku. Memangnya kenapa kamu menanyakan tentangnya?, apakah kamu tertarik dengannya, Shen Zhu?" Tegas Jun Yuan dan memberitahukan kepada Shen Zhu jika Bian Hun ternyata seorang kolektor barang antik.
Shen Zhu menggelangkan kepalanya. Dia sama sekali tidak tertarik dengan Bian Hun, dia hanya sedikit penasaran tentang Bian Hun dan itu tidak lebih.
"Ha-ha-ha, lagi pula apa yang menarik darinya, sepertinya aku salah bertanya. Hahahaha!" Jun Yuan tertawa lepas membicarakan tentang Bian Hun. Sementara itu, Bian Hun yang telah berada didalam kereta kuda tampak bersin dan menyadari seseorang sedang membicarakannya.
Terlepas dari pertanyaan Shen Zhu. Kini Jun Yuan, Shen Zhu dan Xun Yong berada tepat didepan sebuah batu besar. Dimana banyak sekali orang-orang yang mendekati batu besar tersebut, tak jarang orang berdoa di sana.
Melihat keramaian itu, Jun Yuan menghentikan langkahnya dan mulai melihat batu yang sangat besar tepat berada dihadapannya. Dia sempat terkagum dengan orang yang telah meletakan batu yang sangat besar itu ditengah-tengah kota Aurtez. Sementara Shen Zhu, didalam pikirannya hanya bertanya-tanya bagaimana bisa batu yang begitu besar dapat berada ditengah-tengah kota dan ditambah lagi kenapa orang-orang berdoa didepan batu itu.
Karena penasaran Shen Zhu pun bertanya kepada Jun Yuan;
"Pak tua, kenapa ada batu sebesar itu ditengah-tengah kota ini?"
"Dan kenapa orang-orang berdoa didepan batu itu?"
Mendengar pertanyaan tersebut, Jun Yuan menjawabnya dan sempat memandang kearah Shen Zhu yang duduk diatas pundaknya;
"Yang aku tahu semua itu karena leluruhmu, Shen Zhu."
"Tapi seiring berjalannya waktu, batu besar itu kini menjadi berkah dan banyak orang yang berdoa disana."
Shen Zhu terkejut. Matanya terbuka lebar setelah mendengar perkataan Jun Yuan. "Apa?!, bisa pak tua ceritakan lebih jauh lagi?"
Saat itu Shen Zhu semakin penasaran dengan batu besar tersebut. Dia berpikir dia harus mengetahuinya lebih jauh tentang batu itu, karena baru pertama kalinya dia melihat jejak nyata yang ditinggalkan oleh leluhurnya sendiri.
Tak lama Jun Yuan berwajah datar dan dengan nada rendah dia berkata;
"Entahlah, hanya itu yang ku ketahui."
Tentu Jun Yuan tidak mengetahui lebih jauh tentang batu yang kini ada dihadapannya, karena dia bukanlah penduduk asli kota Aurtez. Sebaliknya Xun Yong yang berada diatas kepala Shen Zhu mulai mengingat jelas kejadian yang membuatnya harus melempar batu besar itu ditengah-tengah kota Aurtez. "Jika dipikir-pikir kembali, hari itu membuatku semakin mengingat wajah dingin Tang Xiaohan. Bila bukan karenanya, aku tidak mungkin semarah itu kepadanya. Meski dia adalah muridku, aku tetap harus memberinya sedikit pelajaran agar dia tidak lagi menyombongkan kekuatannya didepan orang lain. Karena diatas langit masih ada langit dan dia harus mengetahuinya tentang itu semua."
Walaupun Xun Yong berpikir seperti itu, pasti masih ada sebab lainnya yang membuat dia harus semurka itu sampai-sampai melempar batu yang sangat besar ke tengah-tengah kota Aurtez. Namun dibalik itu semua, Xun Yong masih penasaran dengan sosok pria yang sangat mirip dengan muridnya. Hingga kini wajah Tang Xiaohan masih terbayang-bayang dipikirannya, dia mengira pemilik perguruan Shuren adalah muridnya.
INFO PENTING!
Beri apresiasi kepada penulis supaya novel D.O.S.I tetap berlanjut. Caranya mudah kalian hanya perlu ketik di google -> karya karsa .com/azhiez (Hilangkan spasi) dan di sana ada dukungan di mulai dari 5 ribu. Dengan mengapresiasi penulis melalui dukungan, saya akan terus melanjutkan novel D.O.S.I yang saat ini sedang berjalan.
Kenapa saya memerlukan dukungan ini?, tentunya karena saya sebagai penulis novel D.O.S.I juga memerlukan asupan gizi 👊
Instagram -> @azhieznovelist
Support me On Karyakarsà -> @Azhiez
☢ Note : Mohon untuk tidak mengcopy-paste tulisan ini tanpa seizin penulis, terimakasih. ☢