Sontak saja Alesha kaget dan berusaha melepaskan diri. " Apa yang kau lakukan?" dia mulai panik. George malah tersenyum. Sesampainya dikamar, George lalu meletakkan tubuh Alesha perlahan lalu merayap ke atasnya. Dia menatap wajah Alesha yang sudah bersemu merah, George menyeringai.
Perlahan dia mendekatkan wajahnya ke wajah Alesha, memiringkan kepalanya sedikit sebelum akhirnya melumat bibir Alesha yang setengah terbuka. Untuk beberapa saat Alesha hanya terdiam membiarkan mulut George menjelajahi bibirnya, lidahnya dihisap dan dipermainkan dengan penuh gairah oleh George sehingga suara desahan Alesha tanpa sadar keluar.
Alesha kemudian melingkarkan kedua tangannya ke leher George lalu membalas ciuman dengan mengigit bibir bawah George membuat pria itu mengeram nikmat. Alesha mengulum, menjilat dan mengisap bibir dan lidah George dengan sedikit kasar seakan ciuman itulah hidupnya. Sementara itu George sangat menikmati keberanian Alesha yang dianggapnya semakin hari semakin membuatnya gila.
Gadis yang ada dalam dekapannya ini sudah bukan Alesha yang lugu lagi, dia sudah semakin berani mengekspresikan perasaan terhadapnya. Tapi hanya sebatas itu saja,mereka tidak pernah melampaui batas. Georgelah yang lebih dahulu selalu bisa mengontrol diri ketika adegan panas mereka akan berlanjut ketahap yang lebih ekstrim lagi. Hal itulah yang membuat hati Alesha semakin ingin memiliki George seutuhnya tanpa memikirkan apapun lagi. Dirinya semakin tergila-gila kepada pangeran itu.
Setelah bibir mereka terpisah untuk bernapas, George tersenyum manis membuat hati Alesha meleleh sekali lagi. Hati Alesha selalu meleleh berkali-kali setiap kali melihat George tersenyum seperti itu. Seakan menggodanya untuk melakukan hal terlarang. Alesha mengecup ringan bibir indah itu sekali lagi.
"Kau nakal Alesha" ucap George sambil mencubit pipi merona Alesha. "Iya, nakal karenamu George". Balas Alesha genit sambil mengedipkan matanya
George kemudian mencium keningnya. "Aku akan ke Nevada besok pagi dan kembali setelah seminggu, kau akan baik-baik saja kan?" ucapnya sambil membelai rambut halus Alesha. " Kenapa tiba-tiba George?" tanya Alesha cemberut. Hatinya terasa hampa mendengar George akan meninggalkannya. "Aku ada sesuatu yang sangat urgent di sana, kau tidak usah sedih sayang. Aku tidak akan lama". Ucap George sambil mengusap-usapkan hidungnya ke leher Alesha membuat Alesha tergidik geli.
"Tapi seminggu itu lama...!". Alesha mengeluh lagi. Bibirnya semakin cemberut sedih, tapi George malah ingin melahap bibir cemberut itu oleh mulut ya. Tapi baru saja George akan mendekatkan wajahnya ke bibir Alesha, tiba-tiba handphonenya berdering. Dia menghentikan gerakannya dan langsung menerima panggilan itu. Alesha hanya menatapnya dengan sedih.
"Ya, baiklah. Siapkan semuanya, aku akan berangkat segera". ucapnya sebelum menutup telepon. Dia lalu menatap Alesha yang sejak tadi melihatnya dengan wajah suram. George mendesah panjang. " Maafkan aku sayang, tapi sepertinya aku tidak bisa menunggu sampai besok pagi" Ucapnya penuh rasa bersalah. " Tapi kau tidak usah khawatir, pengawal akan menjagamu 24 jam. Kau juga bisa meminta Bella atau Olivia untuk menemanimu, Okey." Alesha hanya menarik nafas berat, Lalu mengangguk perlahan.
George terlihat sudah bersiap untuk berangkat, Alesha menjadi semakin gelisah. Dia tidak melepaskan genggaman tangannya dari George karena tidak rela George meninggalkannya. "George, jangan pergi.." ucapnya sambil bergelayut manja di lengan George. "Aku juga maunya seperti itu Alesha, tapi aku benar-benar harus pergi sekarang" Ucap George sambil menatap Alesha dalam. Alesha hanya cemberut. " Tapi cepat pulang.." rengek Alesha lagi.
George menjadi gemas melihat tingkah manja Alesha. Andai saja urusan bisnisnya tidak membutuhkan kehadirannya secara langsung, George tidak akan pernah meninggalkan kekasih hatinya itu.Dia langsung mengangkat tubuh Alesha dan melingkarkan kedua kaki Alesha di pinggangnya, tangan Alesha secara otomatis melingkar dileher George. Alesha tersenyum manis, menggoda George untuk tidak pergi. George merasa panas dingin, sungguh gadis ini adalah bumerang yang sangat manis dalam hidupnya.
Dia menggeleng dan menatap Alesha tajam. "kau sudah berani menggodaku secara terang-terangan, tunggu saja hukumanmu nanti". Tapi Alesha hanya tertawa kecil sambil menjulurkan lidahnya, membuat George ingin menghisap lidah itu sekali lagi. "Coba saja kalau bisa, kau tidak pernah bisa melakukannya George. Imanmu terlalu kuat untuk itu" tantang Alesha sambil tertawa cekikikan. Dia memang sengaja menghalangi keberangkatan George, hatinya sangat tidak siap ditinggalkan. Dan benar saja setelah mendengar ucapan Alesha George langsung membawa tubuh Slesha menuju tempat tidur dan menghempaskannya ke kasur. Untung kasurnya sangat empuk sehingga tubuh Alesha hanya memantul. Tatapan mata George bagai singa lapar yang siap menerkam mangsanya. Dia mendekati Alesha tanpa melepaskan tatapan tajamnya. "Apa katamu? aku tidak bisa melakukan itu padamu? Aku bisa saja melahapmu sekarang juga Alesha. Menghabisi kepolosanmu tanpa sisa. Apa kau mau mencobanya hmm..? ucapnya sambil menghimpitkan tubuh kekarnya ditubuh mungil Alesha.
Tapi Alesha malah meresponnya dengan senyuman nakal, dia bahkan menggigit bibirnya dengan gaya yang sangat seksi. Alesha tahu kalau George tidak bisa melakukan apa-apa, dia senang sekali melihat muka memerah George yang menahan hasrat. Sementara George hanya membeku melihat tingkah Alesha semakin nakal saja, ada yang menegang disalah satu sudut tubuhnya. Benar-benar gadis ini telah membuat pusing tujuh keliling. Tunggu saja saatnya Alesha, aku akan akan membuatmu meminta ampun. ancamnya dalam hati. Dia lalu mengecup lembut bibir mungil dan bangkit.
"Baiklah, sudah cukup usahamu untuk menahanku, aku sekarang akan berangkat" ucapnya menuju pintu keluar. Alesha mengikutinya dari belakang. Dia rupanya tidak menyerah, dan setelah beberapa macam usaha terakhir untuk menahan George agar tidak pergi akhirnya George sudah berada dalam mobil setelah mengecup kening dan memeluknya hangat. Alesha hanya bisa mendesah panjang sambil melambaikan tangannya setelah mobil George berlalu dari hadapannya. Hatinya terasa kosong. Dia kemudian kembali ke apartement.
Dia merasa kesepian, dia tidak pernah merasa seperti itu sebelumnya. Dia mencoba menghungubungi Olivia tapi sepupunya itu tidak menjawab telepon darinya. Sementara sahabatnya Bella sedang berada di rumah keluarga besarnya merayakan hari thanksgiving. Jadinya dia merasa semakin sendiri, sehingga dia berusaha mengusir perasaan itu dengan membaca novel kesukaannya.
Telponnya tiba-tiba berdering, dia melihat dilayar dan ternyata panggilan itu berasal dari nomor yang tidak dikenal. Keningnya berkerut berpikir sesuatu sebelum akhirnya mencoba menjawabnya dengan sedikit ragu. " Halo..?" ucapnya perlahan. Sedetik ,dua detik, tiga detik Alesha menunggu jawaban dari seberang tapi tidak ada. Dia melihat handphone lagi dan melihat panggilan itu masih tersambung tapi kenapa tidak ada suara. Alesha mencoba menyapa sekali lagi tapi lagi-lagi tidak ada suara.
Alesha mulai berpikir kalau panggilan yang diterimanya itu hanyalan orang iseng atau salah sambung. Tapi sebelum jarinya mematikan sambungan telepon, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang menyebut namanya "Alesha..."