Suara tawa kemenangan yang sarkatis terdengar dari sambungan telpon, darah George mendidih seketika.
"Kembalikan Alesha atau kau akan menyesal" ucap George menahan amarah. Tapi tawa itu terdengar semakin besar.
"Kau terlalu percaya diri Pangeran George, apa kau pikir ancaman kecilmu itu berpengaruh bagiku? ha.ha. tidak sedikitpun, apalagi Alesha ikut denganku tanpa paksaan. Jadi kau tidak usah repot-repot mengajaknya pulang, biarlah dia bersenang-senang denganku. ha..ha..ha..." jawab pria itu, suara tawanya membuat emosi George sampai naik ke ubun-ubun.
"Keparat kau Jimmy, jangan berani kau menyentuh Alesha. Aku bersumpah kau akan berakhir mengenaskan" ucap George dengan penuh amarah, wajahnya menghitam.
"Oh tidak pangeran, aku tidak akan menyentuhnya dengan paksaan karena dia akan menyerahkan tubuhnya dengan suka rela. Aku ingin lihat sampai dimana kau bisa menghalangiku, dan ya dengarkan baik-baik aku akan menikahi Alesha dan memastikan kau tidak akan pernah melihatnya lagi". Kalimat terakhir Jimmy membuat napas George tercekat, giginya menggertak menahan amarah.
"Bangsat..!!" Dia melempar ponselnya, melihat hal itu sang asisten dengan cepat menyelamatkan ponsel malang itu dan memeriksanya, untungnya ponsel itu tidak apa-apa. Dia menatap George dengan rasa tidak percaya, karena baru kali ini dia melihat pangeran emosi seperti itu, pangeran George yang dia kenal adalah orang yang bisa mengendalikan diri dan emosi apapun yang terjadi, akan tetapi sekarang dia seakan melihat orang lain.
George lalu masuk ke mobil hitam yang sudah siap menjemputnya sejak tadi sebelum akhirnya melaju meninggalkan bandara. Pikiran George benar-benar kacau, rasa penyesalan meninggalkan Alesha sendiri membuatnya frustrasi. Dia betul-betul salah telah mengira Jimmy sudah menyerah dan menganggap enteng mafia licik itu. Dia mengepalkan tangannya lalu memukul sandaran kursi untuk meluapkan kekesalannya, sang sopir hanya melirik dari kaca spion sambil menelan ludah karena tegang dan tidak mengerti dengan kelakuan pangeran George. Setelah itu George lalu menenangkan perasaannya dan mulai berpikir sesuatu.
Sementara itu Alesha yang berada di sebuah kamar Villa mewah terlihat sedang gelisah. Sudah lebih dari satu jam dia menunggu Jimmy kembali akan tetapi dia belum juga datang. Dia lalu mencari-cari ponselnya yang ternyata ada didalam tas. Ponselnya juga ternyata tidak aktif karena lowbatt.
"Aku charge dulu, besok George sudah datang. Bagaimana ini, Pasti dia akan khawatir karena tidak berada di aprtemen. Aku akan hubungi dia kalau aku di sini". Gumannya.
Tidak lama kemudian Jimmy masuk dengan senyum lebar. Alesha lalu berdiri menghampirinya. "Jimmy, kau dari mana saja. Kau bilang akan memberitahukan alasan kenapa kita ke sini kalau sudah sampai, tapi nyatanya kau hanya membuatku menunggu lama di sini". protesnya dengan wajah cemberut.
Melihat sikap Alesha yang menggemaskan Jimmy langsung mencubit pipinya dengan lembut.
"Apakah kau menunggu selama itu princess hmm?, maaf kalau begitu. Sekarang kau istirahat saja dulu, aku juga mau ke kamarku oke? atau kau mau kita sekamar saja? godanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Alesha.
"Jangan mimpi, aku tidak mau istirahat Sekarang katakan kenapa kita ada disini?!" ucapnya ingin tahu. Jimmy jadi terkekeh.
"Kau sangat tidak sabar Alesha, tenang saja akan kukatakan kenapa kita ada di sini". ucapnya seraya duduk di sofa. Dia mendesah kemudian menatap Alesha dengan tatapan serius. Kening Alesha berkerut, dia merasa kalau Jimmy ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting. Diapun ikut duduk sambil menatap Jimmy dengan penuh tanya.
Jimmy masih menatapnya lekat, Dia sangat sayang dengan gadis yang ada di depannya itu. Dia ingin memilikinya dan tidak akan ada seorangpun yang bisa menghalanginya. Lagi-lagi Jimmy mendesah.
"Alesha, aku menyayangimu. Aku...aku sangat mencintaimu. Aku tidak ingin kau bersama orang lain, aku ingin kau menjadi milikku. Maaf telah berbohong tapi semua ini kulakukan karena aku tidak bisa kehilangan dirimu lagi". ucapnya sambil menggenggam jemari Alesha.
Mendengar hal itu Alesha hanya tertawa, dia menganggap Jimmy bercanda.
"Kau tidak sakit kan? sampai ngomong ngelantur begitu". ucapnya sambil menyentuh dahi Jimmy. Jimmy menggeleng, dia mencekal tangan Alesha yang terus bergerak dan menatapnya dalam. Alesha merasa ada yang aneh dengan tatapan yang dilihatnya itu, dia sampai merasa gugup.
"Jimmy, lepaskan aku. Kau bertingkah aneh, se..sebaiknya kau pergi istirahat". Ucap Alesha berusaha menyembunyikan ketegangannya. Tapi Jimny tidak bergeming, cekalan tangannya malah menjadi semakin kuat sehingga Alesha merasa semakin tegang. Jimmy dengan perlahan mendekatkan wajahnya ke arah wajah Alesha sehingga Alesha menjadi panik dan berusaha melepaskan tangannya dari Jimmy.
Wajah Jimmy semakin mendekat Alesha menjadi takut. Apalagi tatapan Jimmy sudah berubah menjadi penuh hasrat. Wajah Alesha menjadi pucat pasi, dia tidak mengerti kenapa Jimmy sahabatnya itu menjadi seperti ini.
"Jimmy, kumohon sadarlah. Aku sahabatmu. Jangan seperti ini. Lepaskan tanganku, aku kesakitan". Ucapnya sambil terus meronta. Untungnya Jimmy masih bisa menguasai dirinya sebelum Alesha benar-benar takut padanya. Dia langsung melepaskan cekalannya dan buru-buru bangkit.
"Maafkan aku Alesha, kumohon jangan salah paham. Aku hanya tidak tau apa yang terjadi denganku, aku pergi dulu". ucapnya lalu melangkah keluar meninggalkan Alesha yang masih berusaha menormalkan ketegangannya.
~~~~~~~
"Yang mulia,aku menemukan jejak Nona Alesha!" ucap salah satu orang kepercayaan George yang tiba-tiba masuk ketika George sibuk mengacak laptopnya. Mendengar hal itu George langsung bangkit dan menghampiri orang itu.
"Ada di mana Alesha?" tanyanya dengan serius.
"Wakatobi, Indonesia". jawab orang itu. "Apa?" George terkejut, kenapa Jimmy mengajaknya ke indonesia? lalu dia teringat saat Jimmy mengatakan kalau ingin menikah dengan Alesha. Apa jangan-jangan dia ingin melamar Alesha ke orang tuanya? tanyanya dalam hati.
George berpikir sejenak sebelum menatap Orang kepercayaannya dengan serius.
"Toni, Siapkan segalanya. Kita akan ke indonesia. Tapi, dengan penyamaran. Aku tidak ingin menghebohkan orang-orang." ucapnya kemudian melangkah keluar dari ruangan. Toni hanya membungkuk hormat dan mengikuti langkah George.
~~~~~~
Mata Alesha yang bulat indah mengerjap menyesuaikan cahaya ruangan. Rupanya dia baru bangun, dia lalu melihat kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 5 sore.
Cahaya senja yang indah terlihat dari jendela menarik perhatian Alesha, Dia lalu beranjak menuju jendela, angin sepoi-sepoi yang lembut menyentuh wajahnya sejenak membuat dia terbuai. Apalagi dengan keindahan pemandangan yang terhampar indah sangat memanjakan mata. Suara deburan ombak pantai yang syahdu membuat senyum Alesha mengembang. Dia memejamkan mata seakan meresapi setiap detail keindahan yang tersaji disekelilingnya.
Dalam bayangannya Alesha merasakan sentuhan tangan George bergerak di pinggang rampingnya, menyentuh setiap lekuk tubuhnya sehingga tanpa sadar dia mendesah. Tapi perlahan sentuhan itu semakin terasa nyata, dia merasa seakan George benar-benar ada dan memeluknya dari belakang. Alesha lalu membuka mata memastikan itu hanya mimpi karena saat ini George tidak mungking berada di sampingnya.
Tapi tetap saja sentuhan itu tidak hilang, bahkan semakin erat.
Dengan refleks Alesha membalikkan tubuhnya, dan betapa terkejutnya dia ketika melihat sosok yang berada tepat dihadapannya. Menatapnya seperti menatap seekor mangsa yang siap untuk di lahap. Jantung Alesha seketika seakan terhenti.