Meilin berjalan menuju manajernya, wanita bertubuh tinggi dengan rambut panjang yang di kuncir dengan rapi kebelakang seolah menampilkan kesan elegan. wanita itu menatap Meilin seolah dia ingin menyantapnya hidup-hidup. Lisa xiu adalah namanya, dia terkenal dengan sikap intoleran nya, ketika ada sebaik apapun orangnya jika dia melakukan pelanggaran yang ada, maka orang tersebut harus menerima hukuman.
"Nona Lisa, saya ingin meminta maaf atas keterlambatan saya. tadi bus yang saya tumpangi sedikit terlibat kecelakaan beruntun dijalan raya depan" kata Meilin sambil fokus melihat ekspresi manajernya tersebut.
"No problem Meilin, saya tau ketika melihat breaking news yang kebetulan meliput di samping bus yang kamu tumpangi. tapi ingat kamu tetap harus menjalankan hukuman yang ada. Setelah pulang, tolong kamu sapu halaman depan restoran. ok sekarang kamu lanjutkan pekerjaan kamu." ujar Lisa.
Meilin menjalankan pekerjaan sebagai pelayan seperti biasa. ketika semua pegawai telah bersiap untuk pulang. Meilin masih berurusan dengan halaman depan. tak mengeluh dia membersihkan daun-daun yang jatuh berguguran diatas tanah dengan sapunya.
"kami pamit pulang dulu Meilin, jangan terlalu pagi pulangnya ini sudah jam 1 malam, bye" seru teman-teman yang lain terhadapnya sambil melambaikan tangan mereka.
Meilin mendesah dalam hati, bagaimanapun hari ini adalah hari ulangtahun ke-17nya tapi mengapa ia tampak tak bahagia dengan hidup yang ia jalani. begitu merindukannya ia terhadap keluarganya.
tiba-tiba terdengar
snifff...snifff
suara isakan tangis yang sedari tadi menganggunya membuat ia mencari sumber yang ia dengar. berjalan dengan memegang sapu ia terlihat seperti di film Harry Potter.
ketika sampai ia menyibakkan semak-semak tampaklah seorang bocah laki-laki yang menangis terisak-isak.
" adik kecil, ada apa?" tanyanya sambil mendekat kepada anak tersebut. mengetahui kalau pertanyaan tidak akan ditanggapi. Meilin melihat adik kecil itu dari atas hingga bawah. ternyata adik kecil mendapatkan luka kecil di lutut kanannya.
" hei, adik kecil sini kakak obati lukamu. kebetulan kak punya plester." ujar Meilin sambil menunjukan plester yang ada di saku seragam kerjanya.
anak itu tidak berbicara tapi dia membuka bagian lutut celana dan memperlihatkan lukanya. akhirnya dia melekat plester yang ia miliki kelutut adik kecil.
" sudah-sudah jangan menangis, rumah kamu dimana? kak anter ya. tapi setelah kakak mengembalikan sapu ini dulu ketempat nya. bagaimana?" tanya Meilin dengan hati-hati setelah berhasil melekat plester.
Meilin akhirnya mengendong adik kecil di punggung nya dan berjalan menuju restoran. dia bersiap untuk mengantarkan pulang adik kecil setelah itu dia akan beristirahat di apartemennya.
sambil menelusuri jalanan yang mulai sepi lutut Meilin melemah sudah hampir satu jam ia mengikuti petunjuk arah si adik kecil mengenai rumahnya. bahkan sekarang adik kecil tengah tertidur dipundaknya. Meilin memutuskan pulang ke apartemen dengan membawa adik kecil.
pukul setengah tiga pagi ia sampai di apartemennya, apartemennya tidak terlalu luas hanya memiliki satu kamar tidur, satu kamar mandi, satu dapur kecil dan ruang tamu yang sederhana. tapi ia cukup nyaman berada di sana.
Meilin membaringkan adik kecil keranjangnya dan melepaskan sepatunya, lalu ia membersihkan badan, membereskan pekerjaan yang akan dia bawa di kampusnya.
Meilin adalah wanita yang mandiri, dia hari ini baru genap berusia 17th tapi pemikirannya lebih dewasa daripada wanita berusia 23th.
setelah semua beres Meilin merangkak ketempat tidur yang diatasnya sudah ada adik kecil yang tengah bermimpi indah. melihatnya Meilin tersenyum dan tertidur samping adik kecil.
pukul 8 pagi ketika sinar matahari menembus jendela, Meilin terbangun dan mendapati adik kecil memeluknya seperti dia adalah induknya. pipi merahnya yang merah maroon membuat Meilin tak kuasa untuk mencubit pipi adik kecil. tapi sepertinya adik kecil tidak merasakan cubitan lembut dari Meilin.
akhirnya Meilin bersih-bersih dan membuatkan sarapan untuk adik kecil.
harum masakan yang di buat Meilin menembus Indra penciuman adik kecil, dan membuatnya terbangun. dia tanpa sadar berjalan menuju sumber bau. sambil mengusap matanya, rambut yang acak-acakan membuat adik kecil seperti bayi yang baru lagi sangat imut.
" hoammmmmm " kata adik kecil sambil merenggangkan tangan kecilnya.
tiba-tiba bel pintu berbunyi, Meilin yang masih memakai aparon berjalan melewati adik kecil dan bersiap membuka pintu. ketika pintu terbuka. ia menemukan sepasang mata yang membuat bulunya merinding. sosok pria tinggi yang ada dihadapannya membuat dunia seperti penjara.
seolah mencari sesuatu pria tadi masuk begitu saja tanpa memperdulikan Meilin. dan ketika dia menemukan adik kecil dia langsung memeluk adik kecil. setelah puas memeluk adik kecil. dia berjalan kearah ku. dan menghentakkan tubuhku ke dinding. kepala ku tepat berada dikedua lengannya yang kuat.
melihat pria yang dihadapannya seperti ini memakannya. "apakah ini adalah hukuman sebenarnya untuk? siapa dia? dan apa hubungannya dengan adik kecilku? apakah dia akan membunuhku? " pertanyaan--pertanyaan yang hanya Meilin simpan didalam batinnya sendiri.