PROLOG
Kehidupan setiap orang yang tenang dan damai dapat berubah sewaktu-waktu tanpa peringatan. Siapa yang dapat memprediksi jalan hidup seseorang?
Ini adalah cerita tentang seorang remaja pria berusia 16 tahun. Remaja pria yang sangat mencintai ketenangan dan kedamaian dalam hidupnya. Kehidupannya tiba-tiba berubah semenjak fenomena-fenomena aneh terjadi di lingkungan sekitar dan memaksanya melakukan perjalanan takdir yang tidak ia inginkan. Ini adalah cerita tentang Vai Sarma.
**
'KEUKK!'
Tubuh besar Badha tertusuk sebuah tombak hitam dan sebilah pedang. Tombak dan pedang tersebut dicabut dengan cepat oleh dua sosok makhluk di hadapan Badha.
"Masa kepemimpinanmu sudah habis!" Ujar Adanu. Sesosok makhluk menyerupai manusia dengan aura putih menyelimuti tubuhnya berdiri di hadapan Badha. Adanu memegang sebilah pedang melengkung di tangannya.
'BRUK!'
Tubuh Badha terjatuh lunglai di hadapan Adanu dan Tamisra.
"..Jika kalian berdua mampu untuk menjaga perdamaian dunia, aku akan memberikan kalian kesempatan untuk memimpin.." Ujar Badha tersenyum sambil menahan rasa sakit akibat serangan yang diterima dari muridnya, Tamisra dan Adanu.
"Yang akan memimpin adalah AKU!!" Ujar Tamisra. Berbeda dengan Adanu, tubuh Tamisra juga menyerupai manusia, namun aura kegelapan menyelimuti tubuhnya. Tombak hitam panjang dalam genggamannya membuatnya terlihat bagaikan Jenderal Perang.
'SLASH!'
Tamisra dengan cepat mengayunkan tombaknya ke arah Adanu. Ujung mata tombak hitamnya hampir mengenai leher Adanu. Dengan sigap Adanu menepis serangan Tamisra dengan pedangnya dilanjutkan dengan tebasan kilat ke tubuh Tamisra.
'CLANG!!'
Kedua senjata tersebut beradu dan menghasilkan getaran dan gelombang kejut di bumi. Pertarungan kedua dewa ini berlangsung cukup sengit. Setiap kali senjata mereka bertemu akan menghasilkan gelombang kejut dan fenomena alam di bumi. Percikan yang timbul akibat dari pertemuan senjata tersebut tersebar ke seluruh penjuru bumi.
"Hentikan pertempuran ini! Seluruh dunia akan kacau…" Ujar Badha.
'AAAAHHH!!'
'AAARGGH!!'
'TIDAAAKK!!!'
Manusia di Bumi yang terkena percikan akibat pertempuran Adanu dan Tamisra berteriak kesakitan.
**
Chapter 1. Vai Sarma
"AAAHH!" Vai terbangun dari tidurnya. Wajahnya tampak pucat dan keringat bercucuran membasahi seluruh tubuhnya. "Mi..mimpi?" gumamnya.
Vai Sarma, biasa dipanggil Vai. Remaja 16 tahun ini bangkit dari tempat tidur. Vai merupakan orang yang tidak suka terlibat dalam konflik. Terkadang sifatnya yang terlalu ramah dan selalu tersenyum kaku membuat orang-orang di sekitar menganggapnya sebagai orang aneh.
Vai ingin hidup yang selalu damai dan tenang karena ia mempunyai prinsip untuk tidak terlibat pada masalah apapun di sekitarnya.
Secara turun temurun, keluarga Vai memiliki kemampuan untuk meracik obat herbal. Semula, Vai dididik untuk mewarisi usaha keluarganya, namun Vai tidak ingin melanjutkan usaha tersebut karena setiap hari, pasien-pasien yang berkunjung ke sana akan selalu membawa keluhan dan masalah mereka. Hal ini berarti ia akan berurusan dengan masalah orang lain.
Terang saja hal ini bertentangan dengan sifat Vai yang tidak suka terlibat dengan masalah orang lain.
Setelah tamat sekolah, Vai memutuskan untuk bekerja di dunia luar dan mencari pekerjaan yang sempurna untuknya. Pekerjaan yang monoton. Mungkin pekerjaan itulah yang dinamakan kedamaian dan ketenangan, pikirnya.
"..Pagi! ", sapaan yang lumrah bagi semua orang ketika masuk ke ruangan kelas, tak terkecuali oleh Vai.
Belajar selama bertahun-tahun di sekolah tidak membuatnya bosan untuk menyapa semua orang, bahkan kepada orang yang sama sekalipun.
"..Pagi Vai! ", jawab Helda, gadis dengan sebuah syal merah yang menyelimuti lehernya. Helda merupakan teman sekelas Vai yang juga sekaligus merupakan primadona di sekolahnya. Syal merah yang menyelimuti lehernya mungkin terlihat aneh apabila dipakai orang lain. Tetapi berbeda dengan Helda. Perpaduan rambut coklat panjang dengan syal merah membuatnya terlihat semakin cantik menarik.
"..Syal lagi?" gumam Vai saat melihat syal di leher Helda. Padahal ini bukan musim dingin, kenapa Helda selalu mengenakan syal ke sekolah? Pikir Vai. Kalau dipikir-pikir, Vai belum pernah melihat Helda tanpa syal sebelumnya. Ah, bodoh amat. Vai mengurungkan niatnya untuk menanyakan hal tersebut padanya.
Sejujurnya, Vai sedikit memiliki rasa pada Helda, namun sifat Vai yang cuek dan tidak ingin terlibat dengan masalah orang lain membuatnya mengurungkan niat mendekati Helda.
"Bagaimana harimu Hel? Apakah menyenangkan?" Ujar Vai sambil tersenyum kaku.
"Senang banget, soalnya Pak Guru tidak masuk hari ini. Sepertinya tidak akan ada pelajaran." jawab Helda sambil tersenyum simpul.
"iya.." Vai menjawab dengan senyum datar sembari duduk dan mengeluarkan buku dari tasnya. Vai memilih untuk tidak terlalu banyak bicara.
"…"
Senyum simpul Helda perlahan memudar. Ia pun menghela napas sambil menatap Vai. Ia sudah terbiasa menghadapi sifat Vai yang cuek tersebut.
Setiap hari rutinitas yang dijalani Vai berlalu dengan siklus yang sama. Bangun pagi, pergi ke sekolah, belajar, pulang ke rumah, tidur, bangun keesokan harinya, belajar lagi dan seterusnya. Hal ini tidak sedikit pun membuat Vai bosan. Inilah kehidupan yang didambakan olehnya. Damai tanpa ada gangguan dan masalah sedikitpun.
--
**
Sesosok makhluk menyerupai manusia dengan aura kegelapan yang menyelimutinya melayang di luar atmosfir bumi.
"HAHAHA.." Tamisra tertawa senang. "..dengan hilangnya Adanu dan Badha, Bumi akan di bawah kekuasaanku!"
Tamisra mengacungkan ujung mata tombaknya ke bumi. Seketika itu juga, terjadi gempa dan tsunami di bumi.
'KREK!! KRAK!!' Retakan di bumi timbul akibat gempa yang diciptakan Tamisra.
Tamisra tersenyum licik.
**
'Hosh! Hosh! Hosh!'
Vai kembali terbangun dari mimpi buruknya.
"..Mimpi itu lagi.." gumam Vai sambil ngos-ngosan.
--
Vai sedang membaca buku di beranda depan kelas. Tempat ini merupakan tempat favorit Vai untuk membaca buku. Dari tempat ini, ia dapat melihat gedung utama sekolahnya di seberang.
Pandangan Vai teralihkan oleh seorang gadis yang berdiri di atas gedung tersebut. Sepertinya gadis tersebut berniat untuk bunuh diri.
Vai dapat melihat jelas gadis tersebut dari sana karena beranda depan kelasnya menghadap langsung ke gedung tersebut. Vai tetap cuek dan tidak peduli. Apapun yang dilakukan gadis itu bukan urusannya. Ia tetap melanjutkan membaca bukunya.
Gadis itu benar-benar melakukannya!!
Gadis itu melompat dari gedung tersebut!!
Vai sedikit tersentak saat melihat kejadian tersebut secara langsung. Namun ia tetap saja tidak peduli.
"AAAAHHH!!!" terdengar teriakan dari orang sekitar yang menyaksikan kejadian tersebut.
' SPLASSH!!! '
Terdengar suara seperti sebuah kantong air besar terjatuh ke tanah dan pecah.
"Splash?" gumam Vai. Splash bukanlah suara yang tepat untuk menggambarkan orang yang terjatuh dari ketinggian. Yah, meskipun ia tidak pernah mendengar suara orang jatuh sebelumnya sih, pikirnya.
Vai pun melihat ke arah jatuhnya gadis tersebut.
Aneh!!
Dari tubuh gadis tersebut, bukan darah yang keluar. Melainkan air!!
Sifat cuek Vai tersebut membuatnya tidak peduli dengan kejadian aneh tersebut. Pasti kejadian aneh ini bisa dijelaskan secara ilmiah, pikirnya. Ia pun kembali melanjutkan membaca bukunya. Padahal orang-orang di sekolahnya sudah berkumpul di depan ruang kelasnya untuk menyaksikan kejadian aneh tersebut dengan heboh.
"Vai!! Orang itu jatuh lho!!" sorak Helda heboh, "..Tapi aneh lho!!"
Vai tetap cuek seolah tidak peduli. Ia tetap fokus membaca.
"..Vai!!"
"..Bukan urusanku." jawab Vai.
Helda menghela nafas dan kembali melihat ke arah kejadian. Tubuh gadis yang jatuh itu sudah dikerumuni banyak orang.
Sungguh kejadian aneh. Tubuh manusia sih memang terdiri dari 80% cairan. Tapi bukan berarti air putih semua.
--
Malamnya, Vai sedang makan malam bersama dengan keluarganya. Ia tinggal bersama dengan kakek neneknya dan kedua orangtuanya. Televisi di ruang makan mereka menyiarkan berita tentang kejadian tadi siang. Kejadian aneh ini menjadi topik utama berita ini bahkan membuat gempar seluruh dunia. Para ilmuan dan orang pintar dari seluruh dunia terus menerus berspekulasi dan mengeluarkan pendapat-pendapat mereka terkait kejadian ini.
Bagaimana mungkin tubuh manusia yang normal seperti itu bisa menghasilkan air putih yang begitu banyak saat terjatuh dari gedung tinggi. Bahkan tidak ada tanda-tanda adanya darah dari tubuh gadis itu. Tidak sedikit orang berspekulasi bahwa kejadian ini hanyalah keisengan oknum tertentu atau bahkan efek CGI film.
"..Vai, kejadian ini kan terjadi di sekolahmu, kan?" Tanya Wan. Wan Sarma adalah kakek dari Vai.
"..iya.." jawab Vai singkat.
"..Apa kamu tahu sesuatu tentang kejadian ini?" Tanya Wan lagi.
"…" Vai hanya diam dan tetap menikmati makan malamnya.
"…"
"Vai!!" bentak Wong, Ayah Vai. "..kakekmu sedang bertanya padamu! Jangan tidak sopan pada kakekmu!"
"..iya,Yah!" jawab Vai datar. "..tapi aku memang tidak tahu apa-apa tentang kejadian itu.."
Wan terdiam sejenak dan kembali melanjutkan makan malamnya.
"..Mungkin belum waktunya..", gumam Wan.
"..Hah? Kenapa,Yah?" Tanya Wong.
"..Tidak apa-apa.."
" ..Hahaha.. sudah-sudah.." Ujar nenek Vai sambil tertawa memecah kecanggungan. "..ayo kita makan lagi! Jangan pikirkan masalah lain yang tidak penting!"
Mereka kembali melanjutkan makan malam.
"..air?" gumam Wan.
To be continued..