"who..ho.. Lihatlah siapa di sini?!" Vaqsyi yang baru saja tiba menyunggingkan senyum sinisnya sambil menatap Jin petinggi di depannya yang terlihat terkejut dengan kehadirannya.
"Golongan Issy. Maksudku putri bangsa Issy, beraninya kalian menginjakkan kaki di daratan. Sudah bosan hidup ya?" sambung Vaqsyi nada sinisnya.
"Raja Ghaur dengan kekuasaan di dasar laut, tidak berhak melarangku memijakkan kaki di daratan. Untuk melawanku, kau harus memiliki alasan yang tidak saling merugikan seperti ini. Benar?" Putri bangsa Issy itu membalas sindiran Vaqsyi.
"Cih! Beraninya kau." Vaqsyi tersenyum remeh, "Alasan, ya? Bagaimana dengan kau mencampuri urusanku bersama manusia itu."
Putri itu terkekeh, "Hahahaha... Mencampuri urusanmu?" kali ini putri menatap sinis, "Kau yang mencampuri urusan kami. Mencoba membunuh Ratu kami, kalian pikir kami akan diam saja!"
"(Ratu? Bagaimana mungkin mereka mengangkat keturunan jin dan manusia sebagai Ratu?)" seketika suasana hening, hingga sebuah suara memecah keheningan itu.
"Vaqsyi?"
Vaqsyi menoleh pada suara yang sangat ia kenali, "Fiyyin."
"(Raja penerus?)" putri ikut terkejut melihat Fiyyin.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" Fiyyin berjalan mendekati Vaqsyi dengan tatapan tidak suka.
"Menurutmu apa? Aku mau menjemput manusia itu segera, tapi sayang, seseorang tidak diundang menghalangi jalanku!" Vaqsyi melirik putri dengan maksud menyindir.
"Kumohon, hentikan! Sampai kapan kau akan seperti ini? Kau melanggar perjanjian damai dengan manusia. Menurutmu apa? Kau akan membuat pertumpahan darah, dan jika itu sampai terjadi kau yang akan lebih dulu di bunuh oleh raja iblis."
"(Manusia? Apa Raja menganggap Ratu benar-benar manusia?)" gumam putri menatap Fiyyin bingung.
Vaqsyi menarik sudut bibirnya kemudian tertawa, "Hahha.. bodoh! Apa menurutmu aku akan mengambil resiko sebesar itu sebelum memikirkannya? Tanyakan pada golonganmu ini. Ratu? Tidak kusangka kalian mengangkat keturunan manusia dan jin issy itu sebagai Ratu. Menjijikan!"
"Ra-ratu?" Fiyyin tergelak dengan situasi yang tidak ia mengerti.
"Benar, yang mulia. Dia adalah ratu kita." putri mencoba menjelaskan.
"Yang mulia?" Vaqsyi tersenyum sinis, "Cih! Kau juga diangkat menjadi Raja Issy? Apa kalian sudah gila! Bagaimana mungkin kalian mengangkat yang bukan keturunan asli Issy! Dan penghkhianat sepertinya." Vaqsyi menunjuk Fiyyin.
"Semua mungkin. Karena mereka ditunjuk langsung oleh Raja sebelumnya." jawab putri.
Vaqsyi tertawa geli, "Gila! Kalian benar-benar sudah gila!"
"(Aku? Raja? Bagaiman mungkin?)" Fiyyin menatap dirinya tak percaya.
"Manusia itu milikku. Kalian tidak akan bisa mengangkatnya sebagai Ratu."
"Mari kita lihat, siapa yang akan memenangkan Ratu." balas putri dengan senyuman kecil penuh arti.
Vaqsyi terkekeh, "Ayo bertemu dipertemuan berikutnya. Dengan keadaan kalian sekarang tanpa Raja dan Ratu, kalian pikir akan menang? Bersiaplah untuk mati!" Vaqsyi kemudian berbalik badan dan terlihat api biru mengiringi kepergiannya.
Fiyyin menatap putri serius, "Ikut aku!"
"Baik, Yang Mulia." Putri berjalan mengikuti Fiyyin menuju halaman belakang. Saat sampai, Fiyyin langsung membuka suara dengan nada tinggi.
"Apa maksud semua ini? Kemana Raja dan Ratu golongan Issy?"
"Mereka mati terbunuh, Yang Mulia." jawab Putri seadanya.
"Bagaimana mungkin?"
"Mereka mati karena keracunan makanan di istana. Kurasa, beberapa orang di istana berusaha mengambil alih kedudukan Raja dan Ratu karena semakin tua."
"A-apa? Jadi karena faktor internal. Apa kau mencoba menggali kuburan golongan Issy dengan menantang Raja Ghaur? Kau tahu? Kekuasaan kerajaan Ghaur seperti apa? Mereka memiliki jumlah pasukan perang lebih banyak dari pada Issy, terlebih sekarang kerjaan Issy sedang hancur seperti ini!"
"...Dan manusia itu. Keturunan jin? Manusia dan jin adalah pertentangan, bagaimana mungkin dia di tunjuk sebagai penerus Ratu sekarang. Kalian benar-benar sudah gila!"
"Ah, dan aku? Raja? Apa kalian lupa aku telah berkhianat pada kerajaan Issy dulu dengan tinggal bersama raja ghaur."
"Ini adalah penunjukan langsung, Yang Mulia. Anda tidak bisa menentang keputusan Raja sebelumnya."
"Atas dasar apa aku di tunjuk sebagai Raja?"
"Hamba tidak tahu yang mulia."
"Bagaimana dengan rakyat. Apa mereka sudah tahu?"
"Belum, Yang Mulia. Anda sendiri yang harus meyakinkan rakyat."
Fiyyin tertawa, "Lupakan! Aku tidak akan pernah menjadi raja kalian."
"Yang mulia?"
"Lindungi diri kalian. Soal gadis itu, aku sendiri yang akan mengurusnya, carilah Ratu lain yang ingin kalian angkat. Jangan mencampuri urusanku lagi, dengan begitu, golongan Issy terselamatkan dari pertumpahan darah."
*TheSecretOfMyDream*
Nain duduk di bangkunya seraya meletakkan kepalanya di atas meja, hp yang tak lepas dari tangannya menunggu kabar dari Zei yang belum membalas pesannya.
"(Semoga semua baik-baik saja. Aku tahu Zei tidak menyukai berlama-lama di rumah sakit, tapi aku malah membuatnya tinggal di sana hingga beberapa hari.)" Nain mendesah, "Mimpi itu? Semua karena mimpi konyol itu."
Nain kemudian mengingat kembali ucapan Galtain.
"Aku harus mencari tahu sendiri,"