Chereads / SELIN—DION / Chapter 25 - 24. Makan Malam Perpisahan

Chapter 25 - 24. Makan Malam Perpisahan

Cerry langsung saja meraih tubuh Selin kedalam pelukannya setelah sampai disebalah sang sahabat. Ia tidak perlu bertanya apa pun untuk mengetahui bagaimana keadaan sahabatnya itu.

Ia sangat mengerti dengan kondisi Selin saat ini, ia adalah satu-satunya orang luar yang mengerti Selin selain kedua orang tuanya.

"Menangislah kalau memang itu bisa membuatmu merasa lebih baik" ucap Cerry sambil terus mengelus punggung rapuh sang sahabat.

"Kenapa harus dia Cer?" tanya Selin lagi dengan suara bergetar, sangan jelas bahwa Selin berusaha mati-matian untuk menahan tangisannya agar tidak pecah. "Kenapa Tuhan sangat tidak adil dengan mempertemukanku lagi dengan orang itu" ucap Selin lagi yang lebih terdengar seperti ratapan.

"Karna tuhan pasti punya rencana yang indah untuk semua ini" Jawab Cerry masih sambil menenangkan sang sahabat dengan mengusap pelan punggung Selin. "Ingat, di setiap kejadian yang terjadi dalam hidup kita memang sudah ditakdirkan untuk kita lalui. Tuhan tau kamu sanggup melewati ini semua makanya tuhan memberimu jalan seperti ini, ingat... Tuhan tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan hambanya" ucap Cerry bijak. "Contohnya sekarang, tuhan mempertemukan mu dengan Dion melalui perjodohan yang direncanakan oleh kedua orang tua kalian, dan dari yang aku perhatikan, kamu tampak lebih bahagia setelah mengenal Dion, kamu bisa melupakan sakit hatimu terhadap Raka saat kamu bersama Dion. Apa aku benar?" tanya Cerry menyuarakan pendapatnya tentang perubahan yang terjadi pada sang sahabat semenjak ia bertemu dengan calon suaminya.

Selin mengangguk masih dalam dekapan Cerry, ia menyetujui apa yang dikatakan oleh sahabatnya ini, ia tampak lebih banyak tersenyum semenjak bertemu dengan Dion dan hal itu sudah lama sekali tidak ia rasakan. Dion memang membawa pengaruh yang cukuo besar dalam hidupnya dengan segala perhatian-perhatian kecil yang pria itu lakukan selama ini. "Ya... kau benar" ucap Selin sambil melepaskan diri dari dekapan Sang sahabat setelah ia merasa sedikit lebih tenang.

Cerry membersihkan air mata yang berada di pipi Selin yang masih tersisa dan merapikan rambut sang sahabat yang sedikit berantakan.

"Selin yang aku kenal adalah orang kuat karna dia mampu bertahan selama ini" Ucap Cerry tenang. Sungguh Selin sangat bersyukur memiliki sahabat sebaik Cerry. Disaat orang-orang meninggalkannya, Cerrylah satu-satunya orang luar dari keluarganya yang tetap bersamanya, bahkan Cerry rela berkorban meninggalkan apa yang ia punya demi menemani Selin dalam menata hati. Cerry sudah ia anggap sebagai bagian dari dirinya sendiri, Selin sudah menganggap Cerry seperti saudaranya sendiri yang tak pernah ia miliki, karna memang ia hanyalah anak tunggal dari kedua orang tuanya, kondisi kesehatan Rahim Mamanya tidak memungkinkan ia memberi saudara untuk Selin.

"Uuhhh, pasti penampilanku saat ini sangat berantakan" Keluh Selin saat tidak sengaja melihat pantulan wajahnya dari layar hitam di depannya itu.

"Bukan hanya berantakan, kau sudah seperti orang gila. Sangat mengerikan" timpal Cerry mengejek, ia berusaha mencairkan kembali suasana yang ada.

"Jangan sampai Dion menyaksikan penampilanku yang seperti ini" keluh Selin lagi yang terdengar seperti permohonan. Bisa malu setengah mati ia jika Dion melihat penampilannya yang begitu mengerikan, pikir Selin

"Bahkan Dion akan melihat penampilanmu 6ang lebih berantakan lagi dari yang saat ini jika kalian sudah resmi menikah nanti" ucap Cerry dengan nada menggoda. Selin yang mengerti arah pembicaraan Cerry yang akan menyerempet kemana langsung memerah. Sahabatnya ini memang sangat tau cara membalikkan suasana.

"Aku ke toilet dulu" ucap Selin sambil setengah berlari kearah toilet yang berada didalam ruangannya itu, ia tidak mau meladeni ucapan Cerry yang akan menyerempet kemana-mana.

"Hahahah... Sel, kenapa kamu kabur, aku belum selesai" ucap Cerry setengah berteriak sambil berusaha menahan tawanya, tapi memang dasarnya Cerry tidak bisa mengontrol tawanya, jadilah ia melepaskan tawanya sampai terdengar keluar ruangan hingga Mbak Anggi dan Dewa yang sedang mengobrol mengalihkan perhatian mereka kearah Cerry yang sedang terbahak sambil memegangi perutnya.

Kedua orang itu hanya mampu menggelengkan kepalanya maklum, ia sangat tau kalau Cerry sangat suka menggoda atasan mereka itu. Kedua orang itu pun lalu melanjutkan obrolan mereka tanpa menghiraukan lagi suara tawa Cerry yang masih samar-samar mereka dengar walaupun tak sekera sebelumnya.

"Mbak Cerry kenapa?" tanya Dewa pada mbak Anggi yang dibalas wanita berusia 32 tahun itu dengan gelengan tanda tak tahu.

Dewa memang yang paling junior diantara seluruh tim divisinya selain dari usianya, ia juga baru bergabung dengan divisi Marketing selama setahun, beda dengan Mbak Anggi, Cerry dan Selin yang sudah bekerja bersama selama 5 tahun karna memang mereka mendaftar ke perusahaan tersebut bersamaan dan ditempatkan di divisi yang sama sebelum 2 tahun lalu Selin diangkat menjadi Manajer menggantikan Manajer yang lama karna harus dimutasi kesalah satu cabang perusahaan mereka di kota lain dan tentunya dengan jabatan yang lebih tinggi pula.

"Oya Mbak, tadi Manajer pengganti Bu Selin sudah datang dan bertemu dengan Bu Selin. Mungkin beliau akan mulai bekerja Senin ini." ucap Dewa lagi memberitahukan bahwa manajer yang akan menggantikan Selin sudah datang dan bertemu dengan Selin karna memang Mbak Anggi baru saja tiba dari divisi lain yang berada 1 lantai diatar lantai mereka.

"Oya? Seperti apa penampilannya?" tanya Mbak Anggi penasaran dengan calon Manajer baru mereka.

"Dari yang aku lihat sih orangnya baik, masih mudah dan cukup tampan" jawab Dewa mengutarakan pendapatnya.

"Tampan? berarti dia seorang laki-laki?" tanya Mbak Anggi antusias. Dewa yang melihat keantusiasan seniornya itu hanya memutar bola matanya malas, ia tau kalau seniornya ini sangat menyukai pria-pria tampan. Bagaimana ia bisa tau? jelas Dewa tau karna setiap hari disela-sela pekerjaan Mbak Anggi ia selalu melihat seniornya itu tak pernah absen untuk menonton Film Korea yang menampilkan aktor-aktor yang tampan dan gagah.

"Iya, dia seorang laki-laki. Tapi, sepertinya ada yang aneh deh mbak sama Manajer baru kita ini" ucap Dewa sambil mengingat-ingat saat ia tidak sengaja melihat wajah murung dari pria itu saat keluar dari ruangan Atasannya itu.

"Aneh gimana?" tanya Mbak Anggi tambah penasaran

"Yaa.. aneh, tadi pas keluar dari ruangan Bu Selin dia... Eh Bu Selin sama Mbak Cerry mau keluar?" ucapan Dewa terpotong saat melihat dia sahabat itu keluar dari ruangan Selin. Ia tidak mau melanjutkan ucapannya karna takut menyinggung perasaan dari Atasannya itu.

"Tidak, kami memang berniat untuk pulang. Hari ini adalah hari terakhir kami bekerja dan kebetulan pekerjaan kami sudah beres semua" Jawab Selin ramah. Selin menyukai sikap Dewa yang begitu sopan pada senior-seniornya di divisi ini.

"Yah... berarti ini hari terakhir kita ketemu dong Bu" keluh Dewa yang diangguki oleh Mbak Anggi.

"Ngga gitu juga kok, kita bisa bertemu lagi diluar. Apalagi sebentar lagi Selin bakalan nikah dan kita bisa bertemu di pernikahan Selin nanti" kali ini Cerry yang mengeluarkan suaranya.

"Iya, kita tunggu undangannya yah Sel" ucap Mbak Anggi yang memang memanggil Selin dengan sebutan nama saja walaupun jabatan Selin lebih tinggi darinya.

"Iya Mbak, pasti aku undang kalian kok. Setelah undangannya selesai bakalan langsung aku kirim ke kalian" Ucap Selin mambalas ucapan Mbak Anggi.

"Oyah... Sebagai ucapan perpisahan kita, gimana kalau kita mengadakan makan malam perpisahan di Resto langganan kantor?" ucap Cerry memberi usul yang langsung dibalas anggukan antusias dari ketiganya.

"Ya sudah, kalau gitu kami pamit dulu. Setelah jam pulang kantor kita ketemu langsung disana saja" Ucap Selin sambil pamit pada dua rekannya itu.