Dua hari telah berlalu semenjak acara makan malam perpisahan Selin bersama rekan-rekannya, dan sudah dua hari pula pikiran-pikiran negatifnya tentang hubungan antara calon suaminya dan sang mantan.
Selin bukan tipe orang akan melupakan keresahannya begitu saja seiring berjalannya waktu, malahan ia akan terus menerus memikirkan hal tersebut sampai ia mendapatkan kejelasan yang ia butuhkan.
Tapi ia juga bukan tipe orang yang akan menuntut dengan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pikirannya.
Ia lebih memilih menunggu untuk mendapatkan penjelasan tanpa ia perlu bertanya terlebih dahulu, karna menurutnya jika memang Dion berniat memberitahunya, maka ia akan langsung mengatakannya tanpa ditanya sekalipun.
Selama dua hari ini pula Selin masih menunggu penjelasan dari Sang calon suami, tapi sepertinya memang Dion tidak pernah berniat sama sekali untuk memberitahunya, begitulah pikiran Selin.
Drrttt... Drrttt... Drrttt...
Getaran ponsel Selin membuyarkan segala lamunannya tentang calon suaminya itu. Gadis itu saat 8ni sedang termenung didalam kamarnya, sudah dua hari pula ia sudah resmi menjadi pengangguran, tanpa melakukan aktivitas apa pun.
Selin meraih ponselnya yang tergeletak di nakas sebelah tempat tidurnya dan memeriksa siapa yang tengah meneleponnya.
"Halo... Ada apa Cer?" jawab Selin yang ternyata sang penelpon adalah sang sahabat.
"Halo Sel, aku mau ngajak kamu makan siang bareng. Kebetulan hari ini Farukh udah datang, dan sesuai rencana kita sebelumnya kita bakalan makan siang bareng sekalian mengenalkan Dion dan Farukh" ucap Cerry setelah Selin menjawat panggilannya. Dari suaranya Selin bisa memastikan kalau sahabatn6a itu sangat bersemangat untuk mengenalkan kedua pasangan mereka satu sama lain.
Selin menatap jam digital yang terletak diatas nakas samping tempat tidurnya yang menunjukkan pukul 9 pagi, ia masih punya waktu untuk memberitahu Dion dengan rencana mereka, dan ia pun berharap semoga Dion belum memiliki janji makan siang yang lainnya.
"Baiklah, aku akan memberi tahu Dion. Kamu pilih tempatnya aja, aku bakalan langsung menyusul kesana saja." Ucap Selin
"Oke, kalau begitu aku tutup dulu telponnya, aku mau ngasih tahu Farukh juga." Jawab Cerry masih dengan nada antusiasnya, Selin hanya bergumam sebagai balasan sebelum mengakhiri panggilan mereka.
Selin kemudian beralih mencari kontak Dion dan mendialnya, tidak menunggu beberapa lama panggilannya telah tersambung.
"Halo... Sayang, ada apa?" suara Dion yang khas terdengar di pendengaran Selin setelah panggilannya tersambung.
"Hai...Kamu siang ini ada acara nggak?" tanya Selin, ia sangat berharap kalau Dion mengatakan tidak, agar ia bisa mengajaknya untuk bertemu sang sahabat dan tunangannya itu.
"Siang ini? Sepertinya belum. Memang ada apa?" tanya Dion lagi
"Cerry ngajak kita buat makan siang bareng" jawab Selin mengutarakan maksudnya menelpon Dion "Sekalian kami mau mengenalkanmu dengan Farukh–tunangan Cerry. Kebetulan dia baru datang dari Turki, kamu masih ingatkan kalau aku pernah ngasih tahu kamu sial tunangan Cerry?" sambungnya menanyakan apakah Dion masih mengingat tentang Farukh yang pernah Selin ceritakan beberapa waktu lalu.
"Baiklah, kamu mau aku jemput atau gimana?" tanya Dion setelah menyetujui ajakan sang calon istri serta menanyakan apakah dia mau dijemput atau tidak.
"Tidak perlu, aku yang akan mampir ke kantor kamu sebelum kita tempat yang dipilih oleh mereka" jawab Selin yang berniat mengunjungi kantor calon suaminya itu.
"Baiklah, masih ada lagi?" tanya Dion lagi
"Tidak, hanya itu yang ingin aku katakan. Kalau begitu sampai ketemu nanti siang, aku akan sampai disana sekitar 15 menit sebelum jam makan siang tiba agar kita tidak terlambat" jawab Selin
"Baiklah, kalau begitu aku akan menunggumu sambil menyelesaikan beberapa pekerjaan ku" ucap Dion. Mereka masih mengobrol beberapa saat sebelum keduanya memutuskan untuk mengakhiri panggilan mereka.
Selin Kembali meletakkan ponselnya ditempat semula ia meletakkannya diatas nakas, ia kembali memeriksa jam digital di samping ponselnya itu dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 siang. Masih memiliki waktu 2 jam sebelum jam istirahat kantor tiba dan ia memutuskan untuk segera beranjak ke arah kamar mandinya untuk membersihkan diri sebelum bersiap-siap ke kantor Dion.
Selin membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam untuk bersiap-siap dan setelah ia selesai dan yakin dengan penampilannya , ia segera keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni tangga yang menjadi penghubung lantai satu rumahnya.
"Maa... Selin keluar dulu yah, Selin mau makan siang bareng Cerry dan Farukh" pamit Selin pada mamanya yang saat ini tengah duduk diruang TV sambil menonton acara favoritnya.
"Farukh sudah datang?" tanya sang mama yang memang sudah mengenal tunangan dari sahabat sang putri.
"iya, dia udah datang. Jadi hari ini rencananya kami mau ngenalin Farukh sama Dion supaya mereka bisa saling kenal." Jawab Selin.
"Yaa sudah, kamu hati-hati yah. Sampaikan salam mama pada Farukh, dan karakan padanya kalau dia ada waktu mama mengundangnya buat makan malam dirumah" jawab Sang mama yang juga memberitahukan kepada putrinya untuk menyampaikan undangan makan malamnya pada pria keturunan Turki tersebut.
Selin tersenyum menanggapi ucapan mamanya itu yang memang sudah menganggal Farukh menjadi bagian dari mereka "iya, nanti Selin sampaikan sama dia" jawab Selin " kalau gitu, Selin berangkat ya Maa" pamit Selin sekali lagi sambil menyalami mamanya.
"Iya, hati-hati. Jangan ngebut" pesan sang mama yang masih sempat Selin dengar sebelum ia benar-benar menghilang dari balik pintu utama rumahnya.
Selin mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, ia masih memiliki cukup waktu untuk tiba dikantor Dion, dan ia mengira ia akan datang lebih cepat dari yang ia janjikan tadi saat di telepon.
Selin tiba dikantor Dion setelah berkendara selama 15 menit, mengingat lalulintas yang lumayan lancar tanpa macet sedikit pun.
Selin melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung perkantoran 'Atmajaya Corp' sambil sesekali mendapat sapaan dari beberapa karyawan Dion yang mengenalinya. Ini memang bukan kali pertama Selin menginjakkan kakinya dikantor tersebut, sebelumnya Selin juga sudah pernah datang kesana bersama Dion beberapa kali.
Selin telah sampai dilantai dimana ruangan Dion berada dan ia segera berjalan kearah meja sekretaris Dion.
"Hai, Rima. Dion ada didalam?" tanya Selin setelah mencapai meja sekretaris tersebut dan berdiri tepat di hadapan sang sekretaris yang bernama Rima itu.
"Bu Selin" Sapa sang sekretaris ramah, ia telah mengenal Selin sebagai calon istri sang bos, "Pak Dion ada didalam, tapi ia sedang menerima tamu. Apa ibu mau langsung masuk atau menunggunya?" sambungnya dan memberitahu Selin bahwa atasannya itu sedang menerima tamu.
"Tamu?" tanya Selin yang diangguki oleh sang sekretaris, ia memeriksa jam di pergelangan tangannya dan melihat bahwa jam istirahat akan tiba 5 menit lagi. "Apakah tamunya salah satu Klien kalian?" tanya Selin lagi.
"Bukan Bu, kalau tidak salah dia salah satu teman pak Dion, namanya Bu Diandra" ucap Rima memberitahukan pada Selin siapa tamu yang sedang ditemui oleh Dion.
Selin membeku beberapa saat setelah Rima mengatakan nama sang tamu yang sedang Dion temui yang ternyata asalah Diandra–sang mantan kekasih.
"Apa tamunya sudah lama datang?" tanya Selin lagi setelah kembali menguasai dirinya.
"Sudah sekitar 30 menit yang lalu" ucap Rima memberi tahukan tanpa menyadari perubahan suasana hari dari Calon istri sang atasannya itu.
"Baiklah, terima kasih Rima. Kalau begitu aku pergi dulu, aku akan mengabari Dion tentang kedatanganku ini" pamit Selin. Seketika suasana hatinya tiba-tiba berubah serta pikiran-pikiran negatif yang telah ia coba untuk ia tepiskan kembali menyerangnya. "Sepertinya dia masih sibuk dengan tamunya" sambungnya kemudian kembali melangkah berbalik kearah Lift untuk membawanya segera meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan sesak yang tidak bisa ia bendung.