Selin dan Cerry telah duduk di bangku besi panjang di salah satu halte yang dekat kafe tempat ia tadi mengadakan makan malam bersama rekan-rekannya.
Mereka duduk disana sambil berbincang-bincang mengenai banyak hal, salah satunya adalah mengenai rencana mereka kedepannya setelah keluar dari kantor tempat mereka bekerja selama 5 tah7n terakhir ini.
"Kamu seriusan bakalan gabung lagi di perusahaanmu?" tanya Cerry, ia masih sangsi dengan keputusan yang diambil sahabatnya itu.
"Yah... bagaimana pun juga, aku harus kembali kesana" ucap Selin sambil menghela nafas pelan " aku ngga mungkinkan terus-terusan lari dari tanggung jawab?, papa udah ngga se-muda dulu untuk terus-terusan memegang tanggung jawab perusahaan, aku ngga tega liatnya." Sambungnya.
"Iya, aku juga memikirkan hal yang sama" ucap Cerry ikut menghela nafas pelan "Nugi lebih memilih mengejar impiannya menjadi seorang Chef dari pada terjun ke dunia bisnis" sambungnya, ia mengingat kembali percakapannya dengan Nugi–Adiknya yang lebih memilih menjadi Chef profesional dari pada terjun ke dunia bisnis.
Adiknya itu memang dari dulu bercita-cita menjadi Chef profesional dan membangun kariernya sendiri dengan jerih payanya, dan kedua orang tuanya memang selalu mendukung setiap keputusan yang diambil oleh anak-anak mereka. Jadi saat Cerry memutuskan untuk mengikuti Selin untuk bekerja di perusahaan lain, mereka memberinya izin. Dan Cerry berpikir bahwa sudah saatnya ia kembali ke perusahaan keluarganya untuk mengambil tanggung jawab yang selama ini ia tinggalkan.
"Nugi masih kekeh buat jadi Chef handal?" Tanya Selin saat Cerry mulai membahas sang adik. Cerry hanya mengangguk sebagai jawaban. "Lalu sekarang dia dimana?" tanyanya lagi, ia tau kalau ading dari sahabatnya itu sering traveling untuk menjelajah kuliner di setiap Kota atau Negara untuk mengumpulkan resep-resep baru.
"Sekarang dia lagi ke Eropa, katanya pengen menjelajah kuliner disana untuk mempelajari resep-resepnya" Jawab Cerry. Selin mengangguk tanda paham. Selin cukup merasa iri pada sang sahabat yang memiliki saudara, apalagi melihat hubungan diantara Cerry dan Nugi yang cukup dekat dan saling menyayangi.
Dulu, Selin sangat ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang Adik, tapi ia sadar kalau ia tidak bisa memaksakan keinginannya mengingat kondisi kesehatan mamanya yang tidak memungkinkan untuk memberinya seorang Adik.
Selang beberapa lama mereka berbincang-bincang mengenai banyak hal, mobil Dion pun tiba dan berhenti tepat di depan mereka. Dion turun dari mobilnya dan menghampiri sang calon istri dan sahabatnya itu.
"Sayang... maaf lama, didepan sana lumayan macet karna sempat terjadi kecelakaan kecil." Ucapnya menjelaskan kenapa ia sedikit terlambat menjemput Selin setelah ia sampai di hadapan kedua gadis tersebut.
Kedua gadis tersebut berdiri dari duduk mereka setelah melihat kedatangan Dion.
"Iya... nggak apa-apa kok" Ucap Selin memaklumi. "Ya udah, kita balik sekarang yuk" ucapnya kemudian.
"Yuk, aku juga tadi udah janjian sama Farukh buat telponan setelah sampai dirumah" ucap Cerry menyahuti perkataan sang sahabat. Ia tadi memang sempat membuat janji pada sang tunangan untuk menyempatkan diri bertukar kabar sebelum ia tidur, karna mengingat perbedaan waktu diantara tempat mereka yang cukup besar.
Mereka bertiga beranjak meninggalkan halte tersebut menuju mobil masing-masing.
"Cerry, kami pamit yah" pamit Dion sambil melambaikan tangan pada sahabat sang calon istri.
"Iya, hati-hati dijalan" jawab Cerry sambil balas melambai kearah pasangan tersebut.
Selin masuk ke dalam mobil Dion setelah calon suaminya itu membukakan pintu penumpang sebelah kemudi untuknya, Lalu disusul Dion yang masuk kedalam kursi di belakang kemudi dan segera menjalankan mobilnya.
Selin menyerngitkan keningnya saat menyadari bahwa bau mobil Dion sedikit berbeda dari biasanya, dan dia sangat tahu kalau bau yang sedang ia cium ini adalah bau sebuah parfum perempuan jika di cium dari baunya yang sedikit manis dan lembut dan ia sangat yakin kalau bau itu juga bukan bau miliknya atau pun milik Dion.
Selin masih terdiam tidak mengeluarkan sepatah-Kata pun, ia masih menebak-nebak siapa pemilih parfum yang tengah ia cium tersebut. Ia tidak mau bertanya langsung kepada Dion karna tidak ingin Dion merasa terganggu dengan pertanyaannya itu, tetapi hal itu justru malah membuatnya semakin penasaran dengan pemilik bau parfum tersebut.
'apa jangan-jangan ini milik Diandra? kalau memang ia benar, berarti tadi Dion mengantarnya pulang?' batin Selin.
Selin memejamkan matanya untuk mengusir pikiran-pikiran negatif yang tanpa tahu malu malah menghampiri pikirannya. Ia tidak boleh berpikiran yang tidak-tidak tentang calon suaminya itu, Dion telah berjanji padanya untuk tidak akan pernah meninggalkannya dalam situasi apa pun.
"Gimana acara makan malamnya?" tanya Dion memulai percakapan. Pertanyaan Dion membuyarkan lamunannya tentang pemilik bau parfum tersebut yang ia menduga adalah Diandra dan segala pikiran-pikiran negatifnya.
"Lancar, kalau kamu gimana sama reunian kamu?" jawabnya dan kemudian balas bertanya. Ia berusaha menampilkan ekspresi sebiasa mungkin.
Dion tidak langsung menjawab pertanyaan Selin, ia masih menimbang apakah ia harus jujur kalau tadi Diandra juga ada bersama mereka atau tidak.
"Lancar juga" jawab Dion, ia memutuskan untuk tidak memberitahukan keberadaan Diandra saat diacara reuni mereka karna ingin menjaga perasaan Selin, tapi satu hal yang Dion tidak ketahui adalah, bahwa Selin sebenarnya sudah tahu tentang hal itu.
Selin hanya terdiam saat mendengar jawaban sang calon suaminya itu dan masih menunggu Dion untuk mengatakan sendiri tentang keberadaan Diandra. Dan Dion telah melakukan kesalahan dengan tidak mengatakannya dengan jujur. Selin sedikit kecewa pada Dion dengan ke tidak jujuran calon suaminya itu.
"Oya.. Kamu kenal Dewa? Katanya dia sepupu kamu" ucap Selin mengalihkan pembicaraan serta mengalihkan pikiran-pikiran buruknya sendiri tentang Diandra.
"Dewa?" tanya Dion, ia sedikit mengerutkan keningnya untuk mengingat-ingat salah satu sepupunya yang bernama Dewa yang dimaksud oleh Selin. "Oh... Dewa? Iya dia salah satu sepupuku dari pihak mama, Mama dan papanya Dewa adalah Sepupu sari kakek kami" jawab Dion setelah mengingat sepupunya yang bernama Dewa itu dan mengatakan hubungan antara mereka persis seperti yang dikatakan Dewa tadi saat di Kafe.
"Kamu kenal Dewa?" tanya Dion balik, ia bingung kenapa Selin bisa mengenal sepupunya itu.
"Dia salah satu Staf di divisi ku" Jawab Selin, Dion mengangguk paham setelah mendengar jawaban dari Selin yang mengarakan bahwa dewa adalah rekan kerjanya.
"Sebenarnya kamu tidak terlalu dekat mengingat aku yang jarang dirumah, kami hanya akan bertemu di pertemuan keluarga atau jika ada salah satu anggota keluarga kali yang menikah atau memiliki acara besar, itu pun kalau memang kebetulan aku tidak tugas." Ucap Dion, ia memang tidak terlalu dekat sepupu-sepupunya.
Hanya beberapa dari mereka yang ia kenal baik, itu pun karna dulu mereka sempat satu sekolah. Selebihnya mereka hanya kenal begitu saja.
Selin tidak lagi mengatakan sepatah-kata pun di sepanjang perjalanan mereka pulang ke rumahnya, ia tidak bisa memungkiri bahwa rasa kecewanya terhadap ke tidak jujuran Dion tentang Diandra sangat mengganggu pikirannya.
Ia kembali memejamkan matanya berpura-pura tidur untuk menghindari kecurigaan Dion tentang keterdiamannya, hingga mereka sampai dirumahnya.