"Bu Selin, ini orang yang akan menggantikan posisi anda kedepannya" ucap Pak Robin sambil memberi arahan kepada orang yang duduk di depannya itu untuk berbalik.
Dan betapa terkejutnya Selin setelah orang itu sudah sepenuhnya menghadap kearahnya dengan reaksi yang tak kalah terkejutnya dari reaksi yang diberikan oleh Selin.
Dunia Selin seolah terhenti begitu saja, tubuhnya membeku serta sorot mata yang ia pancarkan seolah kosong tanpa binar apa pun.
Jika seandainya Tuhan memberi satu kesempatan kepada Selin untuk melakukan permintaan yang akan dengan pasti terkabul, Selin akan dengan lantang meminta kepada Tuhan agar ia tidak pernah dipertemukan lagi dengan orang ini didalam kehidupannya.
Tapi sayang, andai hanya akan tetap menjadi andai. Hidup tidak seindah itu untuk mengabulkan seluruh permintaan orang-orang.
Suasana di ruangan Selin masih membeku diantara dua orang yang baru bertemu itu, hal ini membuat Pak Robin menjadi bingung dengan situasi yang ada, ia menduga bahwa dua orang yang bersamanya dalam ruangan ini adalah dua orang yang saking mengenal satu sama lain.
Belum sempat Pak Robin membuka suaranya untuk mencairkan kebekuan dalam ruangan itu, suara ketukan dari pintu yang berada di belakang Selin pun diketuk sebelum memunculkan sosok Cerry disana.
"Sel.. mana Manajer baru yang bakalan ngegantiin ka.... RAKA?" pertanyaan Cerry terpotong dengan pekikannya sendiri setelah berdiri tepat disebelah Selin yang masih terdiam dan melihat siapa yang sedang berada di ruangan tersebut. Ia sungguh terkejut melihat teman lamanya itu berada di ruangan ini, dan bisa Cerry pastikan bahwa orang yang sedari tadi mereka tunggu-tunggu adalah pria ini.
'Tuhan... mengapa dunia sesempit ini?' pekik Cerry dalam hatinya.
Pekikan yang dikeluarkan oleh Cerry seolah menarik dua orang yang sedang terpaku ditempatnya masing-masing kembali ke kenyataan yang ada, Raka yang lebih dulu tersadar dan dengan senyuman canggung menyapa teman lamanya itu—Cerry.
"Ha...hai Cer, long time no see you" sapa Raka gugup. Sedangkan Selin masih terdiam ditempatnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun walaupun ia juga sudah kembali sadar dari keterpakuannya.
"Ha...hai Ka... iya, long time no see you" balas Cerry tak kalah canggungnya, Cerry melirik kearah sang sahabat yang masih terdiam di sampingnya itu dari ekor matanya, ia ingin melihat reaksi apa yang ditunjukkan oleh Selin. Tapi sungguh, Cerry tidak bisa memastikan dengan jelas reaksi yang ditunjukkan oleh sahabatnya ini selain keterdiamannya itu.
"Kalian saling mengenal?" tanya Pak Robin memecah keheningan yang ada di ruangan itu, rasanya sangan canggung berada disituasi yang bahkan ia tidak tau situasi seperti apa itu.
"Kami teman lama pak" jawab Cerry cepat saat melihat Rakka hendak menjawab pertanyaan pak Robin.
"Silahkan kembali duduk pak" ucap Selin setelah kembali mengontrol dan menenangkan dirinya dari keterkejutannya beberapa saat yang lalu. Ia berjalan kearah meja kerjanya dan duduk di kursi kebesarannya.
Pak Robin mengikuti Selin untuk duduk di kursi yang berada tepat di seberang Selin dan disusul oleh Raka, sedangkan Cerry memilih duduk di single sofa yang sebelumnya ditempati oleh Raka.
"Saya rasa Bu Selin sudah mengenal Pak Raka, jadi saya tidak perlu memperkenalkannya lagi kepada anda" ucap Pak Robin setelah Raka duduk disebelahnya. Selin hanya mengangguk tanda mengiyakan pernyataan dari pak Robin.
"Pak Raka ini yang akan mengisi posisi yang akan Bu Selin tinggalkan, jadi saya akan meninggalkan kalian untuk bisa berbincang-bincang membahas pengalihan jabatan ini" Ucap Pak Robin berniat beranjak sari posisi duduknya.
"Tidak perlu Pak Robin, saya sudah menyiapkan segala berkas yang diperlukan untuk Pak Raka pelajari, dan ini berkas-berkasnya" ucap Selin menghentikan niat Pak Robin untuk beranjak dari duduknya. Sambil menyodorkan beberapa map ke hadapan Raka yang berisi berkas-berkas yang akan dipelajari oleh sang Manajer baru.
Sebenarnya, awalnya Selin berniat untuk berbincang-bincang lebih lama dengan orang yang akan menggantikan posisinya itu setelah menyerahkan berkas-berkas tentang pekerjaannya, tapi setelah melihat siapa orang yang akan menggantikan posisinya itu, niat Selin seketika berubah, ia ingin cepat-cepat mengakhiri pertemuan mereka ini.
Pak Robin bukan orang yang bodoh untuk tidak memahami situasi yang ada, ia jelas tau kalau Selin tidak ingin berlama-lama berada satu ruangan dengan Sang calon Manajer pengganti itu, entah apa alasan dari sikap mereka ini, Pak Robin tidak berniat ikut campur sama sekali.
"Anda bisa mempelajari semua yang ada diberkas tersebut mengenai beberapa project yang akan datang, dan jika anda masih memiliki pertanyaan mengenai hal tersebut anda bisa bertanya pada Mbak Anggi dan Dewa, mereka bagian dari divisi ini yang akan menjadi rekan kerja anda" Ucap Selin tanpa basa basi, ia sengaja menekankan pada kalimatnya bahwa Raka bisa bertanya kepada rekan kerjanya yang lain untuk menghindari kontak antara mereka dikemudian hari.
"Terima kasih" hanya itu yang bisa dikatakan oleh Raka, ia cukup kecewa saat menyadari bahwa Selin benar-benar tidak ingin berurusan lagi dengannya. Ia juga menyadari kalau sorot mata yang dulu memandangnya penuh cinta itu sekarang telah hilang dan digantikan oleh sorot mata yang seakan sama sekali tidak mengenalnya.
"Baiklah Pak Raka, senang bisa bertemu dengan anda dan selamat bergabung dengan divisi ini" Ucap Selin sambil berdiri dari duduknya seraya menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Raka, dan jelas sekali dilihat dari tindakannya itu seolah ia sudah tidak ingin lagi melihat keberadaan Raka di ruangan tersebut.
Raka ikut berdiri sambil membalas uluran tangan Selin "Terima kasih, dan senang juga bisa bertemu dengan anda" Ucap Raka, sebenarnya ia masih ingin berlama-lama berada di ruangan itu agar ia bisa lebih lama lagi memandang wajah orang sangat ia rindukan itu, tapi Raka cukup tau diri untuk tidak meminta lebih. Ini semua salahnya, Selin berhak bersikap seperti ini kepadanya.
"Baiklah Bu Selin, kami permisi dulu" Ucap Pak Robin ikut beranjak dari duduknya.
"Silahkan" balas Selin dengan senyum formalnya.
"Cer, see you next time" ucap Raka saat melewati Sofa yang sedari tadi di duduki oleh Cerry, Cerry hanya mengangguk sebagai balasan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Raka memaklumi atas sikap yang diberikan oleh Cerry. 'Ini semua salahnya' sekali lagi Raka menyalahkan dirinya atas situasi yang ada.
Setelah dua orang pria itu menghilang dibalik pintu ruangannya, Selin langsung merosot diatas kursinya. Sedari tadi ia menahan dirinya untuk tidak menampilkan reaksi yang berlebihan yang akan memperburuk suasana yang ada.
Selin menangkupkan kepalanya dengan kedua tangannya, meremas pelan rambutnya untuk meluapkan segala emosi yang ada.
"Kenapa harus dia?" ucap Selin pelan yang masih bisa didengar oleh Cerry yang sedari tadi mengawasi interaksi mereka dari tempat duduknya. Cerry kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Sang sahabat, kini ia bisa melihat dengan jelas betapa tertekannya Selin dengan pertemuan yang tidak diharapkan ini.
Cerry langsung saja meraih tubuh Selin kedalam pelukannya setelah sampai disebalah sang sahabat. Ia tidak perlu bertanya apa pun untuk mengetahui bagaimana keadaan sahabatnya itu.
Ia sangat mengerti dengan kondisi Selin saat ini, ia adalah satu-satunya orang luar yang mengerti Selin selain kedua orang tuanya.
"Menangislah kalau memang itu bisa membuatmu merasa lebih baik" ucap Cerry sambil terus mengelus punggung rapuh sang sahabat.
"Kenapa harus dia Cer?" tanya Selena lagi dengan suara bergetar, sangan jelas bahwa Selin berusaha mati-matian untuk menahan tangisannya agar tidak pecah. "Kenapa Tuhan sangat tidak adil dengan mempertemukanku lagi dengan orang itu" ucap Selin lagi yang lebih terdengar seperti ratapan.