Dion hanya memandangi punggung Selin hingga tak terlihat lagi setelah gadis itu masuk berbelok di simpang tangga, dan kemudian melangkah menuju sofa yang berada dibelakangnya.
Untung saja kejadian tadi siang tidak berlanjut yang akan membuat hubungan antar dia dan Selin memburuk, sungguh ia sangat takur jika seandainya hal itu benar terjadi pada mereka, Pikir Dion.
Dion juga bergidik ngeri mendapat respon dan kata-kata Selin tadi pas berada di mobil. sungguh, Selin memang pribadi yang tegas dalam menyikapi sesuatu, bahkan bisa dikatakan sangat tegas.
*****
Selin keluar dari kamarnya dengan penampilan yang lebih segar dan simpel dengan memakai pakaian rumahan, baju kaos yang sedikit longgar serta celana kulot selutut, rambutnya ia gerai dibahunya yang masih terlihat agak basah karna memang tadi ia keramas.
Diruang tamu sudah duduk lima orang yang saling berbincang membahas berbagai hal yang ringan, kelima orang tersebut menoleh secara bersamaan setelah menyadari kedatangan Selin yang berjalan menghampiri mereka.
Selin mengambil posisi duduk disebelah Dion yang memang berukuran Double seat, langsung saja Dion menggenggam tangan Selin sesaat setelah sang calon istri tercintanya itu mendaratkan bokongnya tetap disebelahnya.
"kamu wangi" bisik Dion tepat disebelah telinga Selin yang seketika membuat bulu kuduk gadis itu meremang dan timbul semburat merah di pipi hingga lehernya. Dion yang melihat reaksi Selin ya g seperti itu hanya terkekeh geli, ia sangat suka melihat reaksi Selin yang seperti ABG yang baru merasakan dunia percintaan. Menggemaskan sekali, pikirnya.
Di hadapannya duduk kedua calon mertuanya, sedangkan kedua orang tuanya sendiri duduk sofa sebelah Dion.
"Lagi bahas apa?" tanya Selin pada mereka mengalihkan perhatiannya dari ucapan Dion padanya tadi dan Dion pun mengerti dan tidak melanjutkan godaannya lagi pada Selin
"Kita lagi bahas soal baju kalian yang hampir jadi, mungkin 2 atau 3 hari lagi kalian bakalan dipanggil buat fitting terakhir untuk pengepasan" jawab mama Selin—mama Sophia dan Selin hanya mangut-mangut sebagai jawaban.
"Gimana soal urusan gedung dan lain-lainnya, sejauh ini lancarkan?" sekarang Papa Dion—Papa Hans yang mengajukan pertanyaan.
"Alhamdulillah semuanya lancar kok Pa, pihak WO juga udah mengabari Selin kalau semua persiapannya udah mencapai 70 persen" Jawab Selin mengampaikan apa yang tadi juga sudah ia sampaikan pada Dion saat di mobil. "Jadi Selin rasa persiapan 3 minggu lagi bakalan rampung semua" lanjutnya. Semua orang yang berada di ruangan tersebut tampak puas dengan apa yang disampaikan oleh Selin tentang persiapan pernikahannya.
"Oya Pa, Selin juga sudah menyerahkan surat pengunduran Selin ke pihak kantor tadi dan mungkin seminggu sebelum pernikahan Selin, Selin sudah berhenti bekerja disana" ucap Selin lagi sambil menatap papanya. "Dan mungkin Selin akan bergabung di perusahaan Papa Sebulan setelah pernikahan selesai" lanjutnya.
"Papa setuju sama rencana kamu, Kamu bisa istirahat dulu sejenak setelah pernikahan untuk menikmati bulan madu kalian." ucap Papa Selin menyetujui perkataan putri semata wayangnya itu.
Asisten rumah tangga Selin datang menghampiri mereka diruang tamu untuk menyampaikan bahwa makanan untuk makan malam mereka sudah siap.
"Ayo, kita pindah ruang makan dulu untuk makan malam. kita bisa lanjut membahas persiapan mereka disana" ucap Mama Sophia sambil berdiri dan mempersilahkan mereka untuk menuju ruang makan.
Mereka pun mengikuti Mama Sophia yang sudah berjalan lebih dulu kearah ruang makan, Dion berjalan bersisian dengan Selin sambil saling menggenggam tangan mereka satu sama lain, dan itu menimbulkan senyum menggoda dari para orang tua mereka.
"Liat tuh Pa, anak papa udah ngga bisa jauh-jauh dari calon istrinya" ucap Mama Dion pada suaminya seolah berbisik, tapi tetap saja suaranya bisa didengar oleh orang-orang yang berada di sekitarnya.
Dion yang mendengar ucapan mamanya yang seolah menyindir dirinya malah semakin mengeratkan genggamannya "Bilang aja Mama sirik sama kami" ucap Dion membalas sindiran mamanya. Selin hanya diam memperhatikan interaksi antara Mama dan anak itu yang saling menyindir, dengan seulas senyum terpasang diwajahnya.
Jujur, dia sendiri sangat jarang berinteraksi seperti ini dengan mamanya, saling melempar candaan satu sama lain. Apalagi setelah kejadian 5 tahun lalu, ia semakin tertutup dan seolah membatasi dunianya, termasuk pada kedua orang tuanya sendiri.
"Baru aja bisa mepet-mepet udah bangga, kami dong yang mau ngapain aja ngga ada yang bakalan larang" balas Mama Dion tidak mau kalah. Sang suami hanya mampu tersenyum maklum kepada kedua calon besannya atas kelakuan anak dan istrinya.
"Kita juga bakalan bisa kayak gitu bentar kali kok, setelah para saksi bilang SAH, iya kan sayang" ucap Dion masih membalah ucapan sang mama sambil menekankan kata SAH. Selin yang mendengar perkataan calon suaminya itu lantas mencubit pinggang Dion, sungguh ia malu dengan ucapan asal calon suaminya itu.
Melihat Istrinya ingin kembali membalas ucapan sang anak, " Sudah jangan berdebat lagi, kalian ngga malu apa sama mereka, kayak anak kecil aja kalian tiap hari debat mulu kerjanya, masih mending kalo debatnya berfaedah, nah ini debatnya sama sekali ngga bermutu" ucap papa Hans dan segera menarik sang istri untuk berjalan lebih cepat kearah ruang tamu, sejujurnya ia juga merasa malu dengan kelakuan anak dan istrinya itu yang tidak ada yang mau mengalah diantara mereka. Dasar pasangan ibu-anak yang keras kepala.
"Seru yah liat interaksi kalian berdua, bisa jadi hiburan tersendiri buat Hans" ujar Mama Sophia sambil tersenyum, ia juga merasa iri dengan interaksi mereka, ia juga ingin merasakan hal yang sama antara dia dan sang putri, tapi sepertinya itu tidak akan pernah terwujud.
Selin yang mendengar perkataan mamanya dan melihat sekilas raut sedih mamanya. Ia sadar, mamanya juga menginginkan hal seperti itu antara dirinya dan juga mamanya.
Selin melepaskan genggaman tangan Dion yang sedari tertaut dengan tangannya dan berjalan menghampiri mamanya, tanpa mengucapkan apa pun Selin langsung memeluk sang mama, Mama Sophia sempat kaget dengan perlakuan putri semata wayangnya itu yang tiba-tiba memeluknya, tapi kekagetannya itu hanya berlangsung sepersekian detik sebelum membalas pelukan sang anak.
"Maafkan Selin yang selama ini sudah beraikan egois dan tidak memikirkan perasaan mama sama papa, maafkan Selin yang lebih memilih menghindari kalian dan lari dari kenyataan seperti seorang pengecut" ucap Selin sedih yang hanya bisa didengar oleh Mamanya.
"Mama sama Papa mengerti kok, ini juga ngga mudah buat kamu dan mama berharap dengan hadirnya Dion di kehidupan kamu, kamu bisa sembuh dari semua ini" balas Mama Sophia sambil mengeratkan pelukannya.
Orang-orang yang berada di ruangan itu dan menyaksikan kejadian tersebut sempat dibuat heran, tapi setelahnya mereka menyadari apa yang sedang terjadi antara mereka. Dengan perlahan Papa Selin pun berjalan kearah dua wanita yang sangan ia cintai dalam hidupnya dan ikut memeluk mereka tanpa mengucapkan sepatah kata pun.