Dion mengejar langkan lebar Selin dengan langkahnya yang tak kalah lebar pula, ia takut jika kedatangan Diandra yang tak terduga barusan akan memengaruhi mood sang calon istri tercintanya itu.
"Sayang, tunggu aku. Aku akan mengantar mu kembali ke kantor" ucap Dion setelah berhasil meraih tangan Selin setelah mereka sudah berada diluar rumah makan tersebut.
Selin tidak berusaha melepaskan tangannya yang sudah digenggam erat oleh Dion dan sedang dituntun oleh pria itu untuk berjalan menuju mobilnya.
Selin tetap tidak mengucapkan sepatah kata pun saat mereka memasuki mobil hingga mobil yang dikendarai oleh Dion berhenti tepat didepan gedung perkantoran Selin.
Selin keluar dari mobil tersebut masih dengan kebungkaman yang membuat Dion bertambah frustasi. Dion lebih memilih di bentak dan dicaci maki oleh sang calon istri tercintanya ini dari pada didiamkan seperti ini layaknya makhluk yang tak kasat mata. Tapi ia sangat tau betul dengan Sifat Selin yang tidak akan melakukan hal-hal yang ia bayangkan tadi
"Aku masuk dulu, dan tidak perlu menjemputku untuk pulang sore ini. Aku sudah memiliki janji dengan Cerry untuk pergi menghabiskan waktu bersama" ucap Selin dengan nada seperti biasa, seperti tidak terjadi sesuatu antara mereka tadi. Tapi Dion bisa merasakan sedikit saja perubahan mood Selin yang memburuk.
"Baiklah, aku akan menelepon mu saja nanti malam" Ucap Dion yang sudah berdiri di hadapan Selin. Dion mengecup pucuk kepala gadis di hadapannya ini sebagai tanda pamit. yahh seperti itulah kebiasaan Dion akhir-akhir ini saat akan berpisah dengan Selin. Selin hanya mengangguk sebagai balasan kemudian melangkah perlahan untuk memasuki gedung kantornya.
Dion Masih berdiri ditempatnya sambil memandangi punggung calon istrinya itu dengan tatapan yang sulit diartikan hingga punggung tersebut tertelan oleh pintu geser kaca dan menghilang dari pandangannya setelah gadis itu masuk kedalam lift yang akan membawanya menuju lantai kantornya.
*****
Beberapa saat kemudian Selin keluar dari Lift dan segera melangkah kearah ruangannya sendiri, ia melewati meja kerja Cerry dan mendapati sahabatnya itu sedang berkutat dengan tumpukan laporan yang sedang ia periksa sebelum memberikannya pada atasannya yang tak lain adalah Selin sendiri.
Cerry yang menyadari keberadaan Selin langsung mendongakkan kepalanya u tuk memandang sang sahabat, tapi setelah Melihat wajah kusut du depannya ini seketika gadis itu mengerutkan keningnya bingung.
"Ada apa? kenapa tampang mu kusut begitu?" tanya Cerry masih dengan raut bingungnya, seharusnya wajah sahabatnya ini harus terlihat bahagia kan? dia baru saja pulang dari acara makan siangnya bersama sang calon suaminya dan itu sudah cukup menjadi alasan senyuman yang seharusnya terpasang di wajah cantiknya bukan?.
"Mood ku hancur" akunya tanpa ada niat untuk menutup-nutupi perasaannya yang memang begitu kacau pada sang sahabat, walau mau ditutupi bagai mana pun caranya sang sahabat bisa langsung tau suasana hatinya. "Kau ada waktu setelah pulang kantor?" tanyanya lagi.
Seberanya Cerry sudah memiliki rencana lain u tuk ia habiskan setelah pulang kantor nanti, tapi setelah melihat suasana hati sang sahabat yang benar-benar hancur, ia langsung menggelengkan kepalanya.
"Mau ke apartemenku atau punyamu?" tanya Cerry langsung, ia tau mereka tidak membutuhkan jalan-jalan ke Mall atau ke kafe untuk menghabiskan waktu mereka. Mereka hanya butuh tempat privasi yang memang hanya akan ada mereka berdua, ia yakin Selin ingin mengatakan sesuatu yang mungkin memang sangat membutuhkan privasi dan ketenangan.
" Ke tempat ku saja" ucap Selin memutuskan untuk memilih tempat yang sudah 5 tahun belakangan ini ia tinggali sebelum acara perjodohannya dengan Dion dan mengharuskan ia kembali tinggal bersama kedua orang tuanya.
"Baiklah, setelah pulang nanti kita ke tempat mu. Lagi pula sudah lama sekali kita tidak menghabiskan waktu hanya berdua disana dan melakukan banyak hal sampai bosan" ucap Cerry dengan suara yang dibuat seceria mungkin untuk membantu memperbaiki mood sang sahabat walaupun usahanya itu tidak membuahkan hasil sama sekali, raut wajah Selin masih saja kusut.
Setelah mendengar ucapan sang sahabat, Seli kemudian melanjutkan langkahnya memasuki ruang kerjanya setelah berpamitan pada sang sahabat dengan hanya menganggukkan kepalanya.
Selin menghempaskan bokongnya ke kursi kerja putarnya dengan menghembuskan nafas frustasi. Sebenarnya kedatangan Diandra tadi bukan sepenuhnya menjadi alasan kenapa mood nya bisa hancur seperti ini, tetapi masih ada penyebab yang lain yang malah lebih berpengaruh dengan hanya kedatangan mantan kekasih dari sang calon suaminya itu.
Disana, ditempat duduknya tadi ditempat makan tersebut, ia melihat Raka—orang yang dari masa lalunya itu juga memasuki tempat makan yang sedang ia tempati dan pria itu datang dengan seorang wanita dan seorang anak perempuan lucu dan menggemaskan yang berada dalam gendongan pria itu, jika Selin taksir usia anak perempuan yang lucu dan menggemaskan itu sekitar 3 atau 4 tahun. mereka terlihat seperti keluarga bahagia dengan orang tua lengkap dengan anak mereka, dan yang lebih membuat mood nya hancur adalah dengan melihat senyuman Raka yang tampak terlihat bahagia.
"Apakah ini alasan Raka meninggalkannya dimasa lalu? apakah karna ada wanita itu diantara mereka atau bisa saja Selin yang sebenarnya yang berada antara mereka?" tanya Selin yang entah pada siapa. Selin mengusap wajahnya frustasi.
Rasa sakit yang mati-matian berusaha ia sembuhkan kembali muncul ke permukaan. Tanpa terasa, air mata yang sudah lama ia tidak tumpahkan untuk pria itu telah membanjiri pipinya.
'Sebesar itukah pengaruh Raka dalam hidupnya?' pikirnya. 'bahkan saat ini ia telah memiliki Dion yang akan selalu berada disisinya dan berjanji tidak akan meninggalkannya, seperti yang diucapkan calon suaminya itu.
Dan hari ini, Selin hanya menghabiskan sisa jam kerjanya hanya dengan melamun, pikirannya tampak berada ditempat yang sangat jauh dan sulit ia alihkan pada beberapa laporan yang tergeletak pasrah diatas meja kerjanya.
Mood Selin saat ini benar-benar hancur hanya dengan melihat Raka dan mungkin dengan pasangannya yang tampak bahagia dengan keluarga mereka tanpa memikirkan bahwa ada hati yang remuk dan hancur ditempat lain.
TOK TOK TOK
Suara ketukan dari pintu ruangan kerjanya menarik paksa Selin kembali pada kenyataan, entah sudah berapa lama ia melamun dan pikirannya berkelana entah kemana, dan tanpa sengaja ia melirik jam yang menggantung indah tepat diatas pintu ruang kerjanya dan jam sudah menunjukkan pukul 05:30 sore yang itu artinya jam pulang kantornya sudah berakhir sejam yang lalu.
TOK TOK TOK
Suara ketukan kembali terdengar.
"Sel, are you okay?" kali ini terdengar suara dari sang sahabat dari balik pintu ruang kerjanya yang tampak terdengar khawatir, dengan segera Selin membereskan meja kerjanya dan menjawab panggilan sang sahabat sebelum beranjak masuk kedalam toilet di ruangannya untuk merapikan penampilannya yang ia sadari sudah sanat berantakan dengan bekas air mata yang sudah mengering dengan matanya yang masih sembab dan memerah akibat menangis dalam diam tadi.
Selin keluar dari dalam Toilet dengan wajah yang lumayan segar dan penampilan yang kembali rapi, ia menemukan sang sahabat sudah menunggunya di salah satu kursi yang berada didepan meja kerjanya sambil memainkan ponselnya dengan senyum yang tercetak jelas di wajah sang sahabat, ia yakin jika orang yang sedang berbalas pesan dengannya adalah Farukh—tunangan sang sahabat.
Menyadari keberadaan Selin, Cerry langsung mengalihkan pandangannya yang sedari tadi berada pada ponselnya kearah sang sahabat.
"udah siap?" tanya Cerry sambil memasukkan ponselnya kedalam tas tangannya.
"Udah, kita pulang sekarang?" Jawab Selin sambil mengajak Sang sahabat segera pulang yang diangguki oleh sang sahabat.
Mereka berdua kemudian beranjak meninggalkan ruang kerja Selin sambil bercakap membahas hal-hal yang sesekali membuat mereka tersenyum dan Selin bisa melupakan sejenak tentang mood nya yang hancur hari ini.