Selin melepas pelukan Dion dengan perlahan dan menghapus air mata Dion yang membasahi pipinya, Dion tidak berusaha menyembunyikan tangisannya tersebut. "Sudah, jangan menangis. Kamu ngga malu sama aku?, dan ingat aku juga ngga suka sama pria cengeng" ucap Selin masih menghapus jejak air mata di pipi Dion. Dion kembali meremas tangan Selin yang masih berada di pipinya dan membawanya ke depan bibirnya untuk ia kecup.
"Terima kasih" ucap Dion setelah mengecup tangan ramping gadis yang sangat ia cintai ini. Dion sadar jika ia telah jatuh sangat dalam pada perasaan cintanya pada gadis cantik di depannya ini.
Dion kembali ke posisi duduknya di belakang kemudi tanpa melepaskan genggaman tangan kirinya pada tangan Selin. " Kita pulang sekarang?" tanyanya yang hanya mendapat anggukan sebagai jawaban dari sang calon istri tercintanya yang sangat irit bicara itu.
*****
Di sepanjang perjalanan pulang, Dion tidak pernah sekalipun melepaskan genggamannya dari tangan tamping Selin. Ia merasa seakan jika sedikit saja ia melepaskan genggaman tangannya maka Selin akan pergi meninggalkannya.
"Bagaimana persiapan pernikahan kita?" Tanya Dian memecah keheningan mereka didalam mobil.
""Semuanya berjalan lancar seperti semestinya, mungkin sudah sekitar 70 persen dari total keseluruhan. Kita hanya perlu melakukan fitting terakhir untuk pakaian kita." jawab Selin memberi tahu. Kebetulan tadi pagi sebelum berangkat ke kantor ia ditelepon oleh pihak WO untuk melaporkan perkembangan persiapan acara sakral mereka dan Selin sangat puas dengan hal itu.
"Syukurlah kalau begitu" ucap Dion bernafas lega "dan maaf karna aku tidak bisa banyak membantu dalam persiapan ini, padahal ini juga sudah menjadi tanggung jawab ku" sambungnya dengan nada menyesal karna memang ia kurang membantu dalam persiapan pernikahan mereka dikarenakan oleh pekerjaannya yang sangat banyak dikantor.
"Tidak apa-apa, inilah gunanya kita memakai jasa WO untuk menghandle persiapan pernikahan kita karna memang kita sama-sama disibukkan dengan pekerjaan kita masing-masing" ucap Selin memaklumi kesibukan sang calon suami. "
Mereka kembali terdiam, hanya lantunan lagu dari radio mobil yang sengaja dihidupkan oleh Dion untuk menemani keheningan mereka.
"Oya, mungkin sekitar seminggu sebelum acara pernikahan kita aku sudah berhenti bekerja dikantor ku dan akan mulai bergabung di perusahaan papa setelah kita menikah" ucap Selin memberitahukan kabar mengenai pengunduran dirinya.
"Kamu sudah mengajukan surat pengunduran dirimu? dan bagaimana tanggapan bosmu dengan hal ini" tanya Dion
"Ya, aku sudah melakukannya tadi pagi. Awalnya dia kurang menyetujui hal itu, tetapi setelah aku mengatakan alasannya dia akhirnya memakluminya." jawab Selin "Dan hal yang juga membuatnya pusing adalah karna Cerry juga berniat mengundurkan diri dari sana setelah aku keluar" sambungnya memberitahu rencana konyol sahabatnya yang juga ikut-ikutan mengajukan surat pengunduran dirinya dengan alasan hanya karna Selin juga sudah mengundurkan diri.
Selin tersenyum sendiri mengingat hal itu.
Sedangkan Dion yang mendengar bahwa Cerry—sahabat sang calon istri juga memutuskan untuk mengundurkan diri hanya menyerngit kebingungan.
"Kenapa Cerry juga mau mengundurkan diri dari sana?" tanya Dion dengan raut bingung yang tidak ia tutup-tutupi.
"Oh, aku belum memberitahumu yah?" tanya Selin yang mendapat gelengan dari Dion "Sebenarnya Cerry bekerja disana juga karna aku, dia mengikutiku bekerja disana dengan alasan agar aku tidak terlalu kesepian ditempat kerjaku, dan rela keluar dari perusahaan ayahnya. Sungguh alasan yang konyol" Ucap Selin menjelaskan dan diakhiri dengan tawa kecilnya serta gelengan kepala. Ia masih takjub dengan tindakan Sang sahabat yang tidak mau meninggalkannya sendirian, apalagi saat itu adalah titik paling terendah dalam hidup Selin.
Ia bersyukur karna Tuhan memberinya sahabat sebaik Cerry yang sudah mau melalukan begitu banyak hal baik kepadanya.
"Cerry memang sahabat yang baik" hanya itu yang dapat Dion ucapkan. Ia pun sangat bersyukur karna Selin memiliki sahabat sebaik Cerry yang mau melakukan apa pun demi sahabatnya.
"Dia lebih dari sekedar sahabat bagiku, dia sudah seperti saudara yang memang tak pernah aku miliki" ucap Selin menimpali ucapan Dion barusan
"Oya, ngomong-ngomong apa Cerry tidak memiliki kekasih? kenapa aku tidak pernah melihatnya dijemput oleh seorang laki-laki" Tanya Dion penasaran, memang selama Dion berhubungan dengan Selin dan otomatis juga berhubungan dengan Cerry, ia sama sekali belum melihat ada laki-laki yang dekat dengan gadis Manis itu.
"Tidak, Cerry sudah memiliki kekasih. Bahkan tunangan, tapi sekarang Farukh sedang berada di Turki dinegara asal ibunya, dan sedang mengurus dokumen perpindahan kewarganegaraannya. Karna rencananya ia akan menetap disini setelah menikah dengan Cerry" jawab Selin memberi tahu. Dion hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Pantas saja ia tidak pernah melihat keberadaan lelakinya Cerry, ternyata memang ia sedang tidak berada dinegara ini.
Tak terasa perjalanan pulang mereka akhirnya berakhir, perjalanan mereka cukup menyita banyak waktu dikarenakan oleh macet yang berada dimana-mana karna sekarang memang jam orang-orang pulang kantor, tapi hal itu tidak terlaku berpengaruh pada pasangan itu karna mereka mengisi kemacetan tersebut dengan membahar berbagai hal.
Dion segera keluar dari mobilnya setelah memarkirkan mobil tersebut di depan rumah Selin dan segera membukakan pintu untuk sang calon istri tercintanya.
"Mau mampir dulu?" tanya Selin setelah keluar dari mobil dan berdiri bersebelahan dengan Dion.
"Mung——"
"Eh, kalian udah pulang?" ucapan Dion terpotong oleh suara dari arah pintu depan dan mendapati mama Selin sedang berada disana "ayo, kalian masuk dulu. Sebentar lagi orang tua Dion juga akan segera tiba" Ucap mama Selin sambil berjalan menghampiri putri serta calon menantunya itu.
"Mama sama Papa bakalan kesini Mah?" tanya Dion penasaran setelah wanita paruh baya itu telah sampai didepan mereka, seingatnya baik Mama atau Papanya tidak memberitahukan akan hal ini padanya, tidak berbeda jauh dengan reaksi Dion, Selin juga kaget saat tadi Mamanya mengatakan bahwa calon mertuanya akan datang ke rumahnya.
"Iya, tadi siang Mama mengundang mereka buat makan malam bersama, sekalian membahar perkembangan persiapan acara pernikahan kalian" ucap Mama Selin menjelaskan. yang mendapat anggukan dari pasangan muda tersebut. Pantas saja mereka tidak tahu rencana makan malam ini, ucap keduanya dalam hati.
Mereka bertiga kemudian melangkah memasuki rumah Selin. Walaupun rumah Selin tidak semewah dan semegah rumah Dion, tetapi rumah ini tetap menampilkan kesan elegan dan sederhana.
"Aku ke kamar dulu buat ganti baju, kamu tunggu saja diruang tamu" pamit Selin pada Dion, dan setelah mendapat persetujuan dari sang calon suami, Selin segera melangkah menuju undakan tangga yang akan membawanya ke lantai dua dimana kamarnya berasa.
Dion hanya memandangi punggung Selin hingga tak terlihat lagi setelah gadis itu masuk berbelok di simpang tangga, dan kemudian melangkah menuju sofa yang berada dibelakangnya.
Untung saja kejadian tadi siang tidak berlanjut yang akan membuat hubungan antar dia dan Selin memburuk, sungguh ia sangat takur jika seandainya hal itu benar terjadi pada mereka, Pikir Dion.
Dion juga bergidik ngeri mendapat respon dan kata-kata Selin tadi pas berada di mobil. sungguh, Selin memang pribadi yang tegas dalam menyikapi sesuatu, bahkan bisa dikatakan sangat tegas.