Seperti biasa Wenda pergi ke kantor tapi ada satu hal yang tak biasa adalah Wenda selalu mengumbar senyuman. Kenapa? Karena dia sangat bahagia bisa tidur bersama Axton.
Walau mereka belum berhubungan layaknya suami istri tapi sangat berkesan untuk Wenda. "Ciee, senyam-senyum sendiri. Berarti moodnya bagus nih!" celetuk Pitaloka melihat Wenda tiba dengan senyuman.
"Kenapa? Memangnya salah?" Pitaloka menggeleng.
"Aku hanya senang, kau bisa tersenyum kembali." kata Pitaloka.
"Terima kasih." ucap Wenda. Senang rasanya bisa mempunyai teman pengertian seperti Pitaloka.
"Bagaimana pekerjaanmu bersama Tuan Leo? Apa berjalan lancar?"
"Ya, baik. Hari ini aku akan melaporkan semua hasil pekerjaanku pada saat rapat. Doakan aku ya!"
"Kalau itu jangan khawatir, aku ini 'kan sahabatmu. Biar kau tak mengatakannya aku akan terus mendoakanmu."
"Ohh! Terima kasih." ucap Wenda. Salsa mendekati mereka dengan wajah tak suka.
"Wenda," panggilnya dengan nada malas. Wenda menoleh pada Salsa begitu juga dengan Pitaloka melempar pandangan tajam pada Salsa.
"Brenda memanggilmu, dia ingin mengatakan sesuatu." kata Salsa. Dia lalu pergi bersama Salsa menuju ruangan Brenda di mana wanita itu menunggunya.
"Duduk!" perintah Brenda pada Wenda ketika mereka berdua sudah masuk ke dalam ruangan Brenda.
"Apa kau sudah menyiapkan semua yang kau perlukan untuk rapat nanti?" tanya Brenda menyelidik.
"Sudah Ketua, saya sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari."
"Baguslah, ingat Wenda rapat kali ini adalah rapat yang sangat penting walau ini adalah rapat pertamamu aku harap kau tak akan mengecewakanku dan juga akan ada beberapa orang dari DeMonte Corporation yang bergabung juga untuk melihat hasil kerjamu." tutur Brenda penuh penekanan.
"Baik Ketua saya akan berusaha sebaik-baiknya." kata Wenda bersungguh-sungguh.
๐๐๐๐
Wenda mengatur napasnya agar dia bisa tenang. Dia tak akan mengecewakan orang-orang yang mempercayainya, khususnya Axton. "Santai saja tak perlu gugup begitu." kata Pitaloka berusaha menyemangati Wenda.
Wenda tersenyum simpul tapi dia belum bisa tenang. Cody datang dan memberitahukan bahwa rapat akan dimulai. Dalam perjalanan menuju ruang rapat, ponsel Wenda bergetar tanda bahwa sms atau chat dari seseorang masuk.
Wenda menampilkan senyum manis ketika membaca chat dari Axton yang memberikannya semangat. 'Semangat ya istriku!' Wenda akhirnya sampai dan hanya ada dia.
Tanpa menunggu lama lagi, Wenda menyiapkan segala sesuatu untuk melakukan presentasi sambil menunggu beberapa orang. Setelah semua persiapan selesai, orang-orang mulai berdatangan dan duduk di tempat yang disediakan.
Axton datang paling terakhir. Begitu dia masuk, auranya yang di keluarkan oleh Axton benar-benar membuatnya menjadi pusat perhatian dan tak ada seorang pun yang menampiknya begitu juga Wenda.
Setelah Axton masuk, rapat dimulai. Wenda selaku karyawan yang ditunjuk untuk mempresentasikan proyek tersebut tanpa membuang waktu dan mengambil tempat.
Axton tersenyum tipis mendengar istrinya itu bisa mempresentasikan proyeknya di depan semua orang tanpa kendala dan wajahnya terlihat sangat serius menandakan bahwa dia bersungguh-sungguh.
Dia sangat berusaha keras untuk membuat Denzel Company terlihat baik. Presentase tersebut dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan yang di jawab lugas dan cepat oleh Wenda.
Kadang-kadang Leo-yang juga hadir di rapat tersebut, membantu Wenda untuk menjawab pertanyaan. Setelah dua jam berlalu, rapat selesai. Banyak orang yang memuji Wenda karena presentase, mereka bahkan yakin proyek kerja sama antara Denzel Company dan DeMonte Corporation akan berhasil.
Mendengar nama Wenda terus disebut tak berhenti membuat Axton tersenyum. Dia lalu mengisyaratkan Cody untuk mengirimkan pesan pada Wenda untuk menuju ruangannya.
Wenda menerima saja permintaan tersebut dan bergerak menuju ruangan Axton. Sesampainya, Wenda disambut oleh Axton dengan pelukan. "Aku bangga padamu, selamat ya!" ucap Axton. Wenda tersenyum dan membalas pelukan tersebut.
"Terima kasih." ucap Wenda.
"Karena kau sudah bekerja dengan bagus. Hadiah apa yang kau inginkan?" tanya Axton tanpa merubah posisi mereka. Wenda menggeleng cepat.
"Jangan repot-repot, aku tak butuh hadiah aku hanya ingin kau berada di sampingku itu lebih dari cukup." kata Wenda.
"Oh begitu ya, tapi kau harus memberikan sebuah hadiah padaku!" ujar Axton.
"Hadiah untukmu? Kenapa?" Axton melerai pelukannya. Memandang Wenda lekat-lekat.
"Besok aku akan merayakan ulang tahunku. Aku ingin kau memberikan hadiah untukku. Nah, hadiah apa yang akan kau berikan padaku?"