Malam berlalu dengan cepat. Keesokan harinya Wenda berbenah dengan bantuan Axton. "Aku akan merindukanmu," ucap Axton ketika Wenda hendak berangkat menuju bandara.
Inginnya mengantar istri ke bandara, sayangnya keinginannya tak terkabul karena banyaknya urusan di perusahaan. Wenda memeluk Axton mengelus punggungnya. "Aku juga akan merindukanmu." balas Wenda.
Suara klakson berbunyi menandakan bahwa taksi sudah sampai. Axton melepaskan pelukan Wenda, dikecupnya kening Wenda. "Kabari aku kalau kau sudah sampai," Wenda mengangguk dan tersenyum lembut.
Wenda menjauh dan perlahan genggaman tangan keduanya terlepas. Axton masih berdiam diri di gerbang dengan wajah muram. Selepas Wenda pergi, Axton bersiap-siap menuju kantor.
Baru beberapa menit ditinggalkan oleh Wenda, Axton sudah sangat rindu. Kalau dia menelpon Wenda sekarang, pasti akan sangat menggganggu. Matanya melirik pada sebuah botol parfum yang Wenda sering digunakan oleh Wenda.
Dia mengambil botol parfum tersebut dan mendekatkan hidungnya mengendus aroma wangi parfum tersebut. Begitu tercium, Axton teringat pada Wenda.
Dia menyemprotkan parfum tersebut pada kemejanya dan keluar dari kamar dengan membawa jas yang akan dia kenakan. Setibanya di kantor, beberapa karyawan yang berpapasan dengan Axton mencium aroma menyengat dari parfum yang dikenakan oleh Axton.
Mereka sangat mengenal aroma parfum maskulin yang sering dipakai oleh Axton tapi baru kali ini mereka mencium aroma parfum feminim dari bos besar. "Pagi Axton," sapa Dalton ketika dia berpapasan Axton.
Awalnya Dalton melewati Axton ketika Axton bergumam pelan membalas sapaan Dalton. Begitu dia mencium aroma wangi parfum Axton, dia kembali mendekati Axton dan mencodongkan tubuhnya mengendus Axton.
"Kau kenapa?" tanya Axton bingung.
"Kau ganti parfum ya?" Dalton balik bertanya pada Axton.
"Hah?"
"Aroma parfummu menyengat sekali terlebih aromanya feminim." Dalton kemudian mengukir tersenyum.
"Apa kau dekat dengan seorang wanita?" tanya Dalton menyelidik. Axton mencebik, "Apa aku merubah parfum itu artinya aku dekat dengan seseorang, Tidak, 'kan?"
Dalton terkekeh. "Maaf, maaf, hanya saja parfummu itu tak asing untukku, aku pernah mencium aroma itu tapi di mana ya?"
"Tch, aku akan pergi saja." kata Axton kesal dan pergi meninggalkan Dalton yang masih berpikir.
๐๐๐๐
Beberapa hari dilalui oleh Axton tanpa Wenda, memang terkadang Axton dan Wenda berbicara lewat via telepon, video call dan chat hampir setiap hari. Tapi itu tak mengurangi rasa rindu Axton pada Wenda dan justru makin bertambah.
Kala saat dia rindu berat, pria itu akan mengambil baju Wenda yang berada di lemari dan tidur dengan baju itu. "Berarti kau akan pulang?" tanya Axton berminat. Akhirnya setelah beberapa hari menderita, wanitanya akan kembali.
"Iya, aku akan pulang. Rencana besok pagi aku akan ke bandara."
"Kalau begitu, aku menjemputmu di bandara ya!" pinta Axton bersemangat.
"Tidak!" Satu perkataan Wenda langsung menjatuhkan Axton yang awalnya sangat bersemangat.
"Aku tak mau kita menjadi pusat perhatian, besok aku akan pulang sendiri." lanjutnya. Axton menghela napas dan menyetujui usulan Wenda yang masuk akal. Dia menutup teleponnya dan mendesah pelan.
Jadi tak bersemangat membaca semua dokumen yang tertumpuk di meja kerjanya. Suara ketukan pintu terdengar di telinga Axton. "Masuk." perintah Axton dengan nada malas.
Cody masuk dan menunduk hormat. "Tuan, dari tadi saya menerima telepon dari Tuan Yamada, dia berharap anda datang ke Jepang untuk membicarakan sesuatu yang penting." kata Cody memberitahu.
Axton berkelabat dengan pikirannya lalu bertanya padanya, "di Jepang masih musim semi bukan?"
"Ya Tuan. Kenapa anda bertanya hal seperti itu?" Axton menarik kedua sudut bibirnya.
"Baiklah aku akan ke sana, cari jam penerbangan pagi untuk besok. Tapi sebelum itu, aku ingin menjemput istriku dulu." perintah Axton tanpa menjawab pertanyaan Cody.
"Baik Tuan."
๐๐๐๐
Wenda mengerucutkan bibirnya, kenapa Axton tak menghubunginya atau menerima telepon darinya? Wenda hanya ingin memberi kabar bahwa dia akan sebentar lagi naik pesawat.
"Nyonya Wenda," Wenda menoleh. Dia terkejut melihat Cody.
"Cody, sedang apa kau..."
"Maaf Nyonya, kita tak punya waktu lagi pesawat akan berangkat." potong Cody.
"Tapi masih satu jam lagi," kata Wenda mengecek jam tangannya.
"Tidak Nyonya, anda tak akan pulang ke rumah sekarang karena Tuan telah menunggu anda di pesawat menuju Jepang."
Mata Wenda membulat sempurna. Jepang? Axton tak pernah mengatakan bahwa dia akan ke Jepang dan juga tak pernah Axton mengajak dia ke Jepang.