Chereads / Keluarga Denzel / Chapter 49 - Aku Mencintaimu

Chapter 49 - Aku Mencintaimu

Wenda tentu saja mengikuti Cody ingin bertemu dengan Axton agar pertanyaannya terjawab. Mereka akhirnya sampai di dalam pesawat. Axton menampakkan senyumnya pada Wenda.

Wenda tak membalas senyuman Axton yang ada hanyalah pandangan tajam. "Kita perlu bicara." ucap Wenda serius.

"Tentu," jawab Axton singkat.

"Kenapa kau menyuruhku pergi ke Jepang bersamamu? Kau tak memberitahu padaku kalau kau akan mengajakku ke sana." marah Wenda.

"Ini kejutan untukmu, Wenda."

"Kejutan untukku?" beo Wenda tak mengerti.

"Ya, karena kita akan bulan madu di sana." Kedua mata Wenda membulat mendengar kata penjelasan Axton.

"Apa?!" Axton menjulurkan tangannya menggapai tangan Wenda lalu ditariknya duduk mengambil tempat dikursinya.

"Kau sudah melaksanakan tugasmu dengan baik, anggap saja ini hadiahku." Wenda mengerucutkan bibirnya cemberut.

"Tapi kau bisa mengatakannya padaku," sahut Wenda tak terima. Kenapa suaminya ini tak pernah mengatakan sesuatu yang penting seperti ini!

"Sudah kubilang ini adalah kejutan." ujar Axton.

๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜

Wenda terpesona melihat kamar hotel yang Axton sewa. Kebudayaan Jepang sangat kental sekali, Wenda berjinjit masuk sementara Axton berbicara dengan kepala manajer hotel.

Wenda lagi-lagi dibuat kagum dengan pemandangan halaman belakang yang terlihat asri. Axton tersenyum melihat tingkah Wenda, dirangkulnya Wenda dari belakang. Tapi Wenda sama sekali tak risih. "Kau suka?"

"He eh," balas Wenda singkat.

"Baguslah. Wenda, nanti malam aku mengajakmu jalan-jalan." Wenda membalikkan tubuhnya dengan memandang Axton cemberut.

"Kalau jam seperti ini, tak ada tempat untuk kita bisa berduaan lagi pula aku punya urusan penting yang harus aku kerjakan. Beristirahat ya!" Axton melepaskan rangkulannya dan pergi meninggalkan Wenda sendiri.

Wenda kesal, kalau begini lebih baik Wenda pulang. Masa bulan madu mereka harus dicampurkan dengan urusan pekerjaan? Wenda juga ingin menikmati bulan madu dengan Axton layaknya pasangan yang lain.

Dia mendesah pelan dan membaringkan tubuhnya di ranjang. Pelan tapi pasti, kedua matanya terpejam terbuai mimpi indah.

๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜

Axton bernapas lega, walau memakan waktu yang sangat lama namun urusan tersebut sudah selesai. Dia masuk ke dalam kamar menemukan Wenda terlelap. Axton duduk di tepi ranjang, memperhatikan wajah damai Wenda.

Dia tersenyum sebelum akhirnya membangunkan Wenda. Wenda mengerang lemah tanda dia terbangun, dia yang setengah sadar memandang Axton. "Bangunlah, kita harus menuju ke suatu tempat."

"Dimana?" tanya Wenda dengan suara serak.

"Bangunlah, cepat siapkan dirimu." Wenda membuang napas pendek. Dia merubah posisinya dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.

Setelahnya, mereka menuju lobi di mana Cody sudah menunggu mereka berdua. Wenda masih belum tahu kemana dia akan dibawa dan terus menunggu. Mereka berdua masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Cody sendiri.

Beberapa menit, mobil berhenti mereka berdua turun sementara Cody menunggu di mobil. "Ayo kita masuk," kata Axton pada Wenda.

Wenda hanya diam dan melangkah masuk bersama Axton ke dalam sebuah taman. Kedua matanya melebar banyaknya pohon sakura di depannya. Kelopak bunga berjatuhan membentuk hujan bunga sakura yang indah.

Wenda berjalan lebih cepat meninggalkan Axton di belakangnya, dia memajukan lengan dan membuka telapak tangannya. Perlahan beberapa kelopak bunga sakura jatuh di tangannya membuat Wenda girang.

Axton tak bisa berhenti tersenyum melihat istrinya itu senang hanya dengan hal sederhana. "Axton, ini indah sekali." ucap Wenda takjub.

Axton diam, mendekati Wenda menikmati hujan bunga sakura. Dia ikut memandang apa yang dilihat oleh Wenda. "Suatu hari nanti, saat musim dingin datang, aku akan membawamu ke negara musim dingin untuk melihat salju turun bersamamu."

Wenda beralih memandang Axton. "Apa kau mau?" tanya Axton setelah mengalihkan perhatiannya pada Wenda.

"Ya, aku mau." jawab Wenda sambil memperlihatkan senyum manisnya. Axton tersenyum awalnya tapi kemudian pandangannya teralihkan melihat bibir Wenda yang menggoda untuk dicium.

Wajahnya perlahan berangsur mendekat, Wenda tahu melihat gelagat Axton tapi dia membuang mukanya. Axton tak bisa berkata apa-apa, betapa memalukannya yang dia lakukan saat ini.

Dia memposisikan kepalanya kembali. "Kau sedang marah padaku ya?" tanya Axton.

"Tidak."

"Lalu kenapa kau memalingkan wajahmu ketika aku hendak menciummu?" tanya Axton meminta jawaban. Wenda mengerucutkan bibirnya.

"Kau belum pernah mengatakan cinta padaku." jawab Wenda malu-malu.

"Hah?"

Wenda memalingkan wajahnya menatap Axton galak. "Kau belum mengatakan cinta padaku?!" kata Wenda dengan nada satu oktaf jengkel dengan Axton. Dia kembali membuang mukanya.

"Memangnya harus pakai kata cinta dulu baru bisa dibilang kalau kita mencintai seseorang?" Axton menghela napas dan memegang kedua pundak Wenda.

Dihadapkan tubuhnya Wenda menghadap kearahnya. "Wenda, aku tak mengatakan cinta bukan berarti aku tak mempunyai perasaan padamu. Kata-kata bisa berbohong tapi tidak dengan tindakan, semua sikap manisku padamu adalah bukti bahwa aku sangat menyayangimu." tuturnya sambil menatap lekat pada Wenda.

"Tapi aku ingin mendengarnya langsung darimu, apa salahnya kau mengatakannya bukan?" balas Wenda. Axton menghela napas lagi, dia sepertinya sangat keberatan dengan permintaan Wenda.

Wenda mengerti, dia mendesah kecewa dan melangkah pergi hendak meninggalkan Axton tapi suaminya itu dengan cepat mencegatnya. Dia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

Menatap dalam pada Wenda yang tengah menunggu kata-kata yang dia ucapkan. "Aku mencintaimu, Wenda." tiga kata itu meluncur dari Axton yang kini canggung menunggu reaksi Wenda.

Wenda tersenyum. Dia memeluk Axton lalu mengatakan, "Aku mencintaimu juga, Axton." Wajah Axton yang memerah sepadan dengan balasan Wenda.

"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu Wenda." ulangnya sekali lagi memeluk erat Wenda, tersenyum bahagia. Sementara itu Cody tengah sibuk berkutat dengan ponselnya, "Ini Cody sekertaris Tuan Axton, aku ingin kalian mengubah nuansa kamar milik Tuan Axton yang disewanya. Ini perintah dari Tuan Axton." ucap Cody.

Melihat bos besar dan istrinya itu tengah dimabuk asrama, Cody ingin membantu mereka sedikit untuk lebih "dekat" lagi.