Weeken yang dinanti Mega telah tiba dia ingin tidur seharian rasanya karena bekerja terlalu di full apalagi mendengar omelan suaminya jika dia sering bergadang dan kadang tidak peka dengan keinginan suaminya itu. Sebenarnya setelah sholat subuh itu di larang untuk tidur lagi tapi mata ini begitu berat hingga Mega menyeret tubuhnya untuk naik lagi keranjang dan menenggelamkan tubuhnya di atas kasur yang terlihat sangat menggoda.
Beberapa menit setelah di tinggal Abdi pergi lari pagi Mega tidur sebentar nanti jika suaminya itu sudah pulang dia akan bangun. Tapi nyatanya tidak, bahkan ketika Abdi membuka pintu kamar dia mendapati istrinya itu tidur meringkuk dengan nyaman di atas ranjang. "astaga, di ajakin lari pagi dia malah malas dan memilih untuk tidur " Lelaki itu mendekat memutus jarak di antara mereka. Abdi berdiri di samping ranjang sambil melipat kedua tangannya, dia malah gemes melihat istrinya tidur tanpa beban sedikitpun. "Mega... bangun! apa kamu ingin menolak rezeki di pagi hari" Seru Abdi tapi istrinya itu malah mengibaskan tangan tanda tidak ingin di ganggu.
"dia mengabaikanku" kata Abdi ngedumel.
" Mega... ini sudah pagi" Abdi sedikit menundukkan kepalanya agar sejajar dengan wajah istrinya itu.
"Lima menit lagi ya! " pinta Mega Sambil menarik selimutnya makin ke atas, tak urung mata itu juga tidak ingin membuka sama sekali. Abdi mulai jengah dia bahkan akhir-akhir ini sering mengomel tidak jelas karena Mega sering bergadang dan tidur hampir dini hari.
"oky lima menit" kata Abdi singkat, dia berjalan untuk memutuskan mandi dulu baru mengerjai istrinya itu. Setelah beberapa menit di tinggal mandi istrinya itu masih tidur saja bahkan tidak ada tanda -tanda untuk bangun.
Setelah memakai baju santai Abdi menutuskan untuk mengerjai istrinya seperti niat awal sebelumnya. Dia ikut berbaring di ranjang itu dengan mimiringkan badannya menghadap istrinya itu. Terlihat nafas Mega teratur menandakan bahwa dia sangat nyenyak. "Mega.. apa kamu tidak ingin bangun! " tanya Abdi sambil mendekatkan mulutnya ke telinga istrinya.
"lima menit lagi" jawab Mega
"kamu yakin tidak ingin bangun" tanya Abdi lagi yang semakin mendekatkan wajahnya hingga nafas itu terasa di tengkuk Mega. "yakin" jawab Mega lagi masih dalam mata terpejam. "oky, jangan salahkan saya jika saya.. " kalimat itu menggantung begitu saja seiring kecupan Abdi di pipi istrinya itu.
"jangan di ganggu! aku masih mau tidur sebentar lagi ya!" pinta Mega sambil mendorong dada suaminya itu.
"jika kamu tidak bangun sekarang saya akan..." kalimat itu menggantung karena Abdi ragu apakah cara ini akan sukses.
"apa? " tanya Mega yang sudah membuka matanya tapi mata itu masih berkabut kesadaran masih belum dia kuasai, bahkan wajahnya begitu dekat dengan wajah suaminya dia masih belum sadar juga.
tanpa banyak bicara Abdi langsung membungkus tubuh istrinya dengan selimut, alhasil Mega beteriak tak karuan di dalam gulungan itu.
***
Keinginan untuk tidur sepanjang hari gagal karena Mega berencana tidak mau bangun sama tapi suaminya itu begitu jahil dengannya menggangunya sampai dia menyerah dan beranjak dari tempat tidur dengan hati yang masih kesal.
setelah menyelesaikan cucian yang sudah menumpuk, memasak dan akhirnya dia dapat menikmati waktu santainya. Mega berjalan menuju ruangan perpustakaan kecil di sana banyak tumpukan buku yang bersusun rapi di rak-rak yang indah. Mega masuk dan berjalan menyusuri rak-rak itu sudah terasa lama dia tidak menghabiskan waktu untuk membaca. Terlihat di ruang itu Abdi sibuk dengan kertas-kertas yang ada di depannya bahkan dia tidak ambil pusing atas tindakannya pagi tadi yang membuat Mega malu sendiri tapi itu adalah kegiatan yang halal mereka lakukan.
Tangan mungil Mega telah menemukan buku yang akan di baca, dia langsung mengambil buku itu dan mencari sofa panjang untuk duduk. Abdi yang tadinya fokus kini fikirannya buyar melihat mahkluk yang mulai mengganggu hari-harinya.
"apa yang kamu lakukan Mega?" Tanya Abdi yang tidak ada keingin untuk berdiri meninggalkan kursinya.
"baca" sahut perempuan itu tanpa mengalihkan matanya dari buku yang di pegangnya kadang perempuan itu tertawa sendiri.
"buku apa? " tanya lelaki itu lagi.
"mau tau sedikit atau mau tau banyak? " tanya Mega. Bukannya menjawab Abdi malah mendekat duduk di sofa itu juga, terlihat Mega masih fokus dengan buku bacaannya.
"mas" Mega menegakkan duduknya dia melipat kakinya di atas sofa mendekatkan tubuhnya kearah suaminya.
"apa?" jawab Abdi sambil menyandarkan punggungnya. Ada keraguan di wajah Mega dan hal itu tidak luput dari pandangan sang tentara itu.
"apa yang ingin kamu tanyakan? kalu soal pagi tadi maaf itu di luar kendali" kata Abdi penuh penyesalan.
"bukan itu"
"terus"
"bantu aku belanja kebutuhan dapur ya! "
"oky, ayo sekarang "
Senyum sumringah Mega menghiasi wajah perempuan itu.
***
Mega sibuk memilih belanjaan yang memang di perlukan, sementara Abdi mengekorinya dengan cara mendorong troli belanjaan yang masih belum penuh ketika kesibukan itu keheningan terjalin di antara mereka ada sebuah panggilan yang begitu Abdi kenali. Mata itu bertubrukan perempuan yang paling di hindarinya kini di depannya dan saat ini Mega juga ada di sana berdiri kaku di samping suaminya.
"Abdi.. " perempuan cantik dengan balutan jilbab panjang. Mega sedikit bingung dengan perempuan yang baru saja menyapa suaminya itu. Perempuan itu mendekat memutus jarak antara keduannya. Guratan kecantikan masih terlihat jelas di wajah itu.
"siapa ya? " tanya Mega memecah keheningan yang baru saja terjalin, Abdi terlihat kaku dan mukanya datar seolah tak perduli dengan perempuan yang berdiri di depannya.
"saya Tania" kata perempuan itu mengalihkan pandangannya kepada Mega. Detak jantung Mega berpacu dengan cepat ketika nama itu terngian di telinganya, nama itu hampir dia lupakan terakhir mendengar adalah ketika perdebatan Abdi dan Jec waktu itu.
"kamu... Mega? " tanya Tania, Mega menganggukan kepalanya sedikit dia melirik kepada suaminya untuk melihat apakah Abdi memberikan respon baik terhadap Tania.
Tenyata suaminya itu tidak ada keinginan untuk bertatap muka dengan Tania dia malah mengalihkan matanya ke arah lain.
"ada perlu apa? " tanya Mega
"tidak ada apa-apa hanya kebetulan bertemu disini. Saya sudah berteman lama dengan Abdi jadi saya menyapanya ketika bertemu "
" oh begitu"
"ayo kita pergi! " ajak Abdi sambil menggenggam tangan istrinya itu.
"tapi.." Abdi menarik Mega untuk meninggalkan perempuan yang tidak ingin dia temui.
"mas.. tunggu dulu! " pinta Mega karena Abdi belum ada keinginan untuk menjelaskan suasana tadi. "dia Taniakan? Tania yang... " Abdi berjlan cepat untuk meninggalkan perempuan yang bernama Tania itu agar tidak terlalu jauh berkomonikasi dengan istrinya.
Setelah membayar ke kasih serta memasukkan semuanya kedalam kantong plastik putih mereka meninggalkan tempat itu dengan keheningan.
Ketika di dalam mobilpun tak ada percakapan berarti yang meraka lakukan dan hal itu mbuat Mega bosan. Ketika kebisanan menghantui Mega suaminya itu tiba-tiba membelokkan mobilnya pinggir jalan dan berhenti di sana..
"ada apa? " tanya Mega yang bingung berhenti mendadak. Abdi menegakkan punggungnya dan menolehkan kepalanya ke arah istrinya yang duduk di sebelahnya.
"Mega dengarkan saya! mau bagaimanapun Tania sekarang saya tidak ingin kembali dengannya tidak ingin bertemu dengannya, tidak ingin membahas apapun dengannya" Mega melongo mendengar kata-kata suaminya itu.
"sekarang tanggung jawab saya adalah kamu, kamu bagian dari hidup saya dan saya tidak ingin ada siapapun di tengah kita! " sambung Abdi lagi. Mega malah tersenyum mendengar penuturan suaminya itu.
"ooo jadi perempuan itu benar Tania, masalalu biarlah di belakang dan jangan ada keinginan untuk menoleh lagi" Mega berjeda sejenak dia mulai ragu ingin melanjutkan tapi dia butuh kepastian tentang perasaan lelaki ini, dia menerima semua perlakuan manis dari suaminya tapi apakah suaminya mencintainya?
"apakah mas Abdi sudah jatuh cinta kepadaku?" tanya Mega sambil tersenyum tapi kegugupan dan rasa takut itu masih ada karena menurut Mala, Abdi adalah sosok yang sangat sulit ketika mengungkapkan perasaan.
"apakah tidak terlihat saya jatuh cinta! " tanya Abdi serius.
"bukan begitu hanya saja... "
Abdi menarik Mega kedalam pelukannya, membawa perempuan itu kedalam pelukannya.
"kamu pikir semua perbuatan saya kepadamu itu bukan bentuk rasa cinta saya kepadamu?
"ya.. setidaknya aku ingin mendengar kata-kata itu" Sahut Mega yang masih dalam pelukannya.
"saya memang orang yang tidak bisa mengungkapkan persaan tapi... " Abdi melepaskan pelukannya memandangin perempuan itu dan melanjutkan kata-katanya.
"tapi kamu memenuhi di sini, kamu selalu ada di sini dan menjadi bagian dalam hidupku" Abdi membawa tangan istrinya itu kearah jantungnya menandakan bahwa jantung ini berdetat untuknya. Mega tersenyum mendapatkan apa yang selalama ini dia inginkan.
***
Setelah sampai kerumah Abdi langsung masuk kedalam ruang kerjanya, dia sedang mencerna pertemuannya dengan Tania dia bahkan berusaha mati-matian agar Mega istrinya itu tidak bertemu dengan Tania. Melihat respon Mega terhadap Tania membuat Abdi gusar apa yang ada di kepala istrinya itu.
Ketika Abdi sibuk dengan pikirannya suara teriakan mengalihkannya "Mega... ada apa dengannya? " tanpa pikir panjang Abdi berlari kearah dapur tempat istrinya tadi, tapi alangkah kagetnya ketika apa yang dia liat Mega seperti sedang berusaha menangkap ikan yang melancar mulus di lantai Abdi mendekat.
"ada apa? " Mega mengangkat kepalanya
"ikannya melompat"
"apa? " Ingin rasanya Abdi tertawa lepas melihat tingkah istrinya.
"sini saya bantu! " Secara cepat Abdi menangkap ikan itu dan memasukkanya kedalam ember yang tadi sudah Mega siapakan.
"alhamdulillah " seru Mega ketika ikan itu berhasil masuk kedalam ember.
"terimakasih, anda memang yang terbaik" kata Mega lagi berujar memberikan senyum terbaiknya. Abdi melihat senyum tulus di wajah istrinya itu benaknya berkelana kejadian tadi siang saat Mega menanyakan "apakah dia jatuh cinta kepada istrinya itu?"
"Mega? "
"ya" Sahut singkat perempuan itu, dia memandang mata suaminya.
"sudahlah lupakan" Sahut Abdi dan berjalan meninggalkan Mega dengan kebingungannya.
***
Siang itu panas teriknya matahari tak di hiraukan oleh Faris yang di inginkan sekarang adalah menyerat Dhea pulang bersamanya. Siang itu Dhea baru saja keluar dari sebuah supermarket, belanjaannya cukup banyak seperti sudah sebulan lebih tidak belanja kebutuhan dapur.
Tanpa banyak bicara Faris mendekati perempuan itu yang sedang sibuk memasukkan barang yang baru saja di belinya.
"Dhea.. " cekalan di tangan perempuan itu sungguh membuatnya kaget, dia ingin menghindari lelaki ini tapi justru malah sering sekali bertemu akhir-akhir ini.
"mau apa kamu? "Dhea berusaha untuk melepaskan cekalan itu tapi sia-sia.
"kita pulang! " ajak Faris sambil menyeret tangan gadis itu.
"aku tidak mau" sergah perempuan itu dengan kasarnya di menghempaskan tangan Faris.
"kamu mau kita menikahkan, oky kita menikah dan pulang sekarang"
"aku tidak mau"
"Dhea... apa yang kamu inginkan? sekarang kamu... "
"sebelum Mega hancur aku tidak akan mau pulang" sengit perempuan itu dengan nafas turun naik.
"apa? ini semua hanya obsesi gila kamu.. sadar Dhea apa yang kamu lakukan tidak akan menguntungkan kamu, apa yang sudah Tania lakukan sampai kamu kehilangan jati diri kamu? " Faris begitus kesal dan frustasi hingga dia tidak sadar meremas kedua pundak perempuan rapuh yang telah salah arah karena rasa iri dan bencinya.
"justru dia orang yang paling baik, ketika semua orang tidak perduli denganku justru Tania yang melebarkan tangannya untuk membantuku, kamu... kamu bahkan tega meninggalkanku, membatalkan pernikhan dengan alasan yang gila. mulai sekarang jangan ikut campur"
"Dhea... " suara panggilan itu membuat perdebatan sengit mereka berhenti, air mata masih mengalir deras di pipi Dhea. Faris akhirnya bertemu dengan Tania dan perempuan itu tidak sama sekali berbahaya tapi mengapa Dhea bisa tidak terkendali sekarang. Tania mendekati dua mahkluk yang tadi pereang dingin.
"Kamu Faris? " tanya Dhea
"ayo kita balik! " ajak Dhea sebelum Faris menjawab pertanyaan dari Tania. Dhea menarik tangan Tania seperti ada sesuatu yang tidak ingin Tania ketahui tentang lelaki itu.
Didalam mobil Dhea tidak banyak bicara dia seperti menghindari sesuatu.
"apa dia yang bernama Faris? " tanya Tania dengan penuh misteri.
"jangan usik dia! " kata Dhea, mendengar itu Tania tertawa sumbang.
"kenapa? kamu takut aku berbuat macam-macam dengan lelaki yang kamu cintai itu"
"intinya jangan usik dia, dia tidak ada dalam perjanjian kita" tekan Dhea dengan kata-katanya.
"baik... baik..., kamu tenang saja dia tidak ada dalam hitungan, tapi jika kamu melanggar sumpahmu maka dia akan menjadi target berikutnya"
Dhea melirik Tania drngan rasa takut, perempuan ini bersembunyi dalam kedok kelembutan, bersembunyi dalam balutan kerudung tapi tidak ada yang tau sifat asli perempuan itu jika kerudung itu telah di tanggalkan.
***
"apa ini Jec? " tanya Mala yang baru saja menerima sebuah amplop coklat, Jec terlihat lelah tapi dia tetap saja menyempatkan untuk membatu mala.
"kamu akan terkejut jika membaca isi amplop itu, aku tidak habis fikir kok bisa" dengan gerakan cepat Mala membuka amplop itu di sana tertulis berbagai macam informasi.
"apa ini benar? Tania... dia" Mala semakin bingung, ternyata terlalu banyak pertanyaan tentang perempuan bernama Tania ini.
"ternyata dia dalam penyamaran, dan sekarang menjadi boronan polisi karena dia terlibat dengan kasus pembunuhan seorang pengusaha yang ada di jakarta." kata Jec menjelaskan.
"kita ketemu Abdi sekarang! " kata Mala
Berkali-kali ketokan pintu itu tapi tidak ada jawaban dari pemilik rumah. Tanpa putus asa Mala mengulang ketoksnnya lagi dan akhirnya ada sahutan di dalam sana.
"assalamualaikum " kata Mala memecah kekagetan di wajah Mega.
"Waalaikum salam, ada apa? "
"boleh kita masuk dulu! "
Mega membuka pintu itu agak leber agar dua orang itu bisa masuk. Dia juga mempersilahkan dua orang itu duduk.
"ada apa? " tanya Abdi tanpa basa basi, sebab hubungannya dengan Mala mungkin akan terlihat baik di luar tapi ada kecacatan, dia duduk di antara dua temannya ini karena permintaan Mega agar dia menyelesaikan masalah di antara mereka dengan kepala dingin.
"Maaf sudah membuatmu kecewa, aku yang meminta Tania untuk pergi jauh dari hidupmu karena saat kamu masih dalam pendidikan dia hamil dengab orang lain. Aku tidak bisa membiarkan itu karena aku peduli denganmu" Mala mulai menjelaskan kenapa dulu Tania hilang begitu saja, mendengar penuturan itu Abdi awalnya sedikit kaget ternyata yang dia dengar dulu bukan hanya omongan belaka.
"dan ini adalagi yang tidak kamu ketauhi setelah dia menghilang dari hidupmu dan sekarang datang lagi" Mala menyodorkan amplob berisi informasi itu, Abdi membukanya dia kaget luar biasa tenyata perempuan itu sudah bernar-benar di luar batas.
"apa maksud semua ini? " tanya Abdi
"dia hanya ingin mengusik hidupmu, aku harap kamu lebih menjaga diri terutama untuk Mega karena sasaran berikutnya bisa saja istrimu" kata Jec
"Mengapa aku dilibatkan dalam lingkaran kalian? " tanya Mega yang saat itu mulai gugup, tapi kegugupan itu mereda karena Abdi dengan naluri dan rasa sayangnya menggenggam tangan istrinya yang mulai ketakutan.
"ini akan lain ceritanya jika Abdi masih sendiri" kata Jec lagi.
"mereka tidak akan bisa mrngusikmu Mega... ada saya di sini" kata Abdi memberikan sedikit ketenangan pada istrinya itu.
Setelah semua pembicara serius itu dilalui, entah ide dari mana Abdi berseloroh sambil memandangi kedua teman lamanya ini.
"ngomong -ngomong, kalian kemana-mana selalu berdua... kenapa tidak menikah saja? takut jadi fitnah " Jec yang instingnya yang tajam langsung tersedak oleh teh yang baru saja dia munum.
Bersambung
***