setelah perdebatan yang tiada artinya Abdi mengalah untuk bangkit, niatnya untuk mengerjai istrinya menjadi gagal total. Perlahan tapi pasti Abdi berjalan menuju pintu rumahnya yang sejak tadi terdengar tidak sabar.
"Iya, sebentar" Sahut Abdi sambil mambuka pintunya. Ketika tau yang mengetuk pintu secara tidak sabar , Abdi mendengus sebal.
"mau apa? " tanyanya.
"yaelah, kasar bangat sih bro. bukan begitu Cara menyambut tamu" Sahut lelaki itu, dia wajahnya yang cerah tak lepas oleh senyuman.
"lagian ngapain sore-sore kesini"
"aku itu di suruh masuk kale, baru tanya. Aku Capek dari perjalanan jauh "Abdi sedikit mambuka pintunya dan mempersilahkan orang itu masuk.
Saat itu Mega keluar lengkap dengan kerudung yang baru saja dia pakai, agak sedikit miring ke Kiri kerudung itu lantaran dia tergesak-gesak untuk mamakainya, Karena tadi Mendengar suara lelaki.
"Assalamualaikum Mega"
"Waalaikum salam, Iwan Kapan balik dari Jogja, betah di sana setelah di angkat Jadi PNS"
"betah donk" Lelaki yang bernama Iwan itu duduk dengan nyaman di sofa. Dia adalah sepupu Abdi yang jarang sekali pulang sebab dia di angkat menjadi PNS di Dinas Pendidikan kota Jogjakarta. Maklum perbedaan pulau yang menghambat dia jarang pulang.
"Kenapa tidak kerumah nenek " Tanya Abdi yang juga ikut duduk Di damping lelaki itu.
"aku males, nenek kerjaannya marah -marah melulu. apalagi kalau di ingat-ingat aku ini anak yang paling membangkang karena tidak mau mengikuti tradisi keluarga, kamu tau sendirikan tradisi keluarga kita itu seperti apa. Hidup tidak bisa memilih "
"berapa Lama di sini? " tanya Mega yang antusias, tapi tatapan terror yang terlihat di wajah suaminya membuat Dia dengan cepat mengatupkan mulutnya.
Iwan melihat keadaan itu bukannya takut dia malah tertwa dengan puasnya, sejak Kapan sepupunya yang terkenal kaku tahkluk dengan wanita sederhana ini.
"Kenapa tertwa? " tanya Abdi
"ngak.. Santai kale bro... lama-lama kamu bisa darah tinggi kalau marah-marah "
"memangnya saya marah" tanya Abdi mulai tidak suka.
"nah.. itu mulai kumat lagi" tunjuk Iwan
Memang sepupunya yang Ini mahkluk jadi-jadian dan selalu membuat orang sebal, juga ingin melayangkan tonjokan yang paling menyakitkan.
"aku akan menginap di sini" kata Iwan hal itu membuat Abdi ingin protes tapi Mega langsung mengiyakan.
"boleh.. berapa Lama? "
"Satu atau dua hari"
"ngak bisa" sergah Abdi
"loh Kok gitu, dua hari saja sampai awan mendung di rumah nenek menghilang" bujuknya pada sepupunya itu, tapi Abdi lebih keras kepala lagi.
"ngak bisa"
"ayolah... Abdi, kamu tau sendirikan... kalau aku pulang nenek akan menjodohkan aku dengan cewak Jadi-jadian, bajunya aja ngak beres bagaimana otaknya. aku tidak mau pulang dulu"
"itu masalahmu"sahut Abdi cepat.
"sudahlah Mas... cuman dua hari ngak akan rugi" sahut Mega yang seolah tak berani memandang mata suaminya itu. Akhirnya Abdi Pasrah saja Dan membiarkan Iwan untuk menginap di rumahnya.
"okay, dua hari dan itu ngak lebih"
"siap" Tawa Iwan sumringah ketika mendapatkan izin dari Abdi, dengan cepat Iwan membawa kopernya kekamar paling belakang karena di sana dia sering menginap.
***
Semenjak pertengkaran yang tidak ada ujungnya, Mala sangat sulit bertemu dengan Jec, sepertinya lelaki itu sering keluar kota bahkan kabarnyapun jarang terdengar lagi.
Kesibukan Mala Saat Ini adalah membantu ibunya jualan Di toko baju sederhana yang Mala rintis dari modal kecil. Sejak inseden beberapa waktu lalu Mala sudah meninggalkan dunia, dunia yang membesarkan namanya.
"ngak makan dulu" Tanya Ibu Mala sambil menyentuh lengan putrinya itu.
"nanti saja" sahutnya
"oh ya ibu sudah Lama tidak melihat Jec, kemana dia? "
"ngak tau"
"Ada apa? apa kamu ada masalah dengannya? "
Mala diam saja dia enggan untuk menjawab sebab dia sendiri juga tidak pernah mendapatkan kabar lagi. Jec seolah hilang tanpa jejak sama sekali lelaki itu kejam dan berperasaan begitulah kata hati Mala.
***
Iwan memasuki Kamar itu dan yang pertama menyambutnya adalah kesunyian dibalik tawanya yang sumringah ada tergores luka, luka yang sangat dalam bahkan sampai sekarang luka itu tersimpan rapi di ujung hati yang paling dalam. Dia merebahkan badannya, memandang lurus kelangit-langit Kamar justru yang terlintas adalah bayangan orang itu.
"sampai kapan" gumamnya, ketokan Di pintu kamarnya membuat dia dengan sigap menghapus airmatanya yang merembas di ujung matanya.
"apa? " tanyanya ketika yang berdiri kokoh Di depannya adalah Abdi.
"ngak usah sewot gitu"
"Ada apa kaka sepupuku?" Tanya Iwan sambil menampilkan senyuman yang paling mania di depan Abdi.
"ngak usah senyum begitu" Abdi hampir saja melayangkan jitakan mautnya ke kepala sepupunya itu.
"kamu sudah makan? " Tanya Abdi lagi
"Jadi kesini Mau ngajakin makan" tawa Iwan hal itu membuat Abdi jengkel.
"ya sudah kalau tidak mau"
"attts... ya Mau lah, apalagi yang masak Mega, pasti enak makanannya"
Abdi mendengus sebal Mendengar pujian untuk istrinya itu.
"kamu janji cuman dua hari disini" kata Abdi terlihat setengah memperingatkan.
"Iya... Iya.. , ayo kita makan"
***
Hidangan itu terlihat enak di lihat Dan begitu menggoda, ternyata Mega benar-benar pinter masak Dan tentunya sepupunya yang kaku Ini begitu menyayangi istrinya.
"bagaimana masakannya? " Tanya Mega yang begitu berbianar melihat Iwan dengan sangat lahap mamakan makanannya.
"tentu Ini sangat enak" sahutnya
Sementara Abdi diam saja tidak mau ambil pusing dengan Perasaan cemburunaya.
"Alhamdulillah " seru Mega yang sangat senang Mendengar masakannya mendapatkan pujian.
Ketika mereka sedang asik ngobrol Ada sebuah ketokan pintu depan yang membuat mereka bertiga saling memandang.
"Biar aku saja yang buka" seru Iwan, Dia pun berdiri Dan berjalan menuju pintu depan.
ketika pintu rumah itu terbuka lebar berdiri sosok yang sangat di hindarinya. Nenek Ara berdiri dengan begitu murkanya melihat cucunya justru memilih untuk menginap di rumah sepupu ketimbang di rumahnya.
"oh Jadi Di sini" Nenek Ara sangat marah dan secara cepat dia menjewer telinga cucunya itu.
"Allahuakbar nenek Ini sakit, lepaskanlah! " pinta Iwan sambil menahan sakitnya.
Mendengar kegaduhan di beranda depan Abdi Dan Mega dengan cepat berjalan menuju arah suara.
"nenek" Sapalih Abdi, Dan nenek Ara memandang ke arah Abdi dan dia juga memandang Mega.
"Kenapa kamu izinakan Iwan menginap di sini, Dia itu sudah jarang pulang Dan sekarang menginap di sini"kata Nenek Ara tanpa Mau melepaskan jewerannya di Luling Iwan.
"ya Allah nek Ini sakit, lepaskan dulu" Nenek Ara melepaskan jewerannya itu.
"apa Mau menjelaskan apa? " Iwan Masih merasa kebas di kupingnya, ternyata neneknya Ini Masih kuat meskipun sudah tuanya.
"aku ngak mau ke rumah nenek sebelum nenek membatalkan perjodohan itu" Sahut Iwan
"tapi kamu Belum bertemu dengan Mentari yang sekarang"
"aku ngak perdulu" Sahut Iwan, Dia berlalu begitu saja, Dan nenek Ara hampir saja Mau pingsan dengan bentakan Iwan tapi dengan sigap Mega memegangi Bahu perempuan itu, sekilas nenek Ara memandang Mega gadis yang dulu tidak Di sukai justru Dia paling di cintai oleh cucunya.