Pembicaraan itu mengalir begitu saja, malam telah larut kini hanya terdengar suara-suara mahkluk malam. Abdi memandangi kedua temannya itu, dia sudah sangat lama tidak berbicara begitu dekat dengan dua orang ini. Kesalah fahaman telah mengikis persahabatan yang sudah di jalin sejak lama.
"ngomong -ngomong.. kalian kemana-mana selalu berdua, mengapa tidak menikah saja! takut jadi fitnah" Abdi mengatakan itu tanpa berkedip sedikitpun dan cara bercandanya begitu kaku hingga yang mendengar hal itu di kira serius.. Jec yang langsung memahami arah pembicaraan itu langsung tersedak oleh teh panas yang sudah hampir sampai ketengorokannya.
"bercanda mu ngak lucu" sergah Jec yang masih saja terbatuk-batuk, dia sedikit melirik ke arah Mala yang ternyata duduk kaku setelah itu Mala tertawa terbahak-bahak seolah beban yang selama ini di pukulnya hilang. Melihat Mala tertawa seperti itu Abdi sedikit mengangkat alisnya dan juga menarik sudut bibirnya untuk ikut memberikan senyuman ringan.
"apa itu terdengar lucu? " sergah Abdi setelah melihat Mala berhenti tertawa.
"bukan begitu, apakah kamu tidak bosan dari dulu meminta kami menikah saja. Ini sudah yang kesekian kalinya kamu memberikan usulan yang lucu" kata Mala sambil menahan tawanya tapi dia tak mampu dan masih tertawa.
"dari pada mondar mandir ngak karuan mending menikah saja" kata Abdi lagi
"sepertinya itu usul yang bagus" Jec ikut menimpali, hal itu langsung mendapatkan tatapan maut dari Mala.
"woww santai... dengan menatapku seperti itu membuat aku ingin melakukan seperti usul Abdi" Jec berujar lagi, tenpa banyak kata bantal kursi itu langsung melayang ke arah muka jec.
"kamu... wah.. kamu tega melempar ini ke wajahku"
"biarkan saja"
"Abdi itu usul yang bagus, aku terima" kata Jec
"awas ya kalian berdua... "Mala gemes melihat dua sahabatnya malah membulinya dia tidak memiliki siapapun untuk membelanya di bawah bulian dua temannya. Lirikan Mala jatuh pada Mega yang sedari tadi hanya ikut tersenyum tanpa mau ikut membela dirinya.
"Mega... " kata Mala memelas
"apa? ngak ikutan ya" kata Mega angkat tangan.
"tapi omongan Abdi ada benarnya juga" kata Jec lagi sambil senyum-senyum karena dia merasa Mala sangat susah kalau di ajak bercanda. Pembicaraan itu mengalir dengan ringan setidaknya dengan interaksi ini hubungan persahabatan meraka yang tercerai berai karena perasaan ikut di dalamnya.
***
Kamar itu terlihat temaram tak ada suara hanya suara tangisan pelan. Tania begitu lama memandangi sebuah foto tapi foto itu sudah tidak berbentuk lagi karena di penuhi oleh goresan -goresan pisau kecil.
"Faris... Faris... jangan terlalu jauh ikut campur"
Tania menambah goresan lagi di atas foto itu hingga tak berbentuk lagi.Terlihat Tania menelpon seseorang.
"jika Faris terlalu jauh ikut campur, singkirkan saja. Dhea harus tetap di sisiku karena ambisinya akan menguntungkanku"
Setelah mendapatkan persetujuan dari lawan bicaranya Tania menutup telpon itu dan dia membakar foto Faris.
"habislah... "
***
Pagi ini mentari begitu cerah, embun pagi serasa sejuk. Kicauan burung menghias di pagi ini, matahari sudah hampir menampakkan sinar cantiknya.
Mega membuka jendela kamarnya agar udara di pagi hari masuk memenuhi ruang. Dia mrmejamkan matanya, merentangkan kedua tangannya lalu menghirup udara pagi itu banyak-banyak.
"segar.. " Suara itu mengagetkan Mega karena tiba-tiba menembus gendang telinganya.
"mau coba? " Ajak Mega tapi Abdi malah mengangkat bahu tanda dia tidak tertarik.
"ikut saya sekarang! " Ajak Abdi sambil menarik tangan istrinya itu.
"kamana? " tanyanya panik karena di tarik begitu saja.
"joging"
"tidak... aku tidak mau... joging itu membuat aku sering laper dan bawaannya ingin tidur terus" keluhnya sambil tetap mengikuti langkah Abdi yang saat itu masih erat menggenggam pergelangan tangannya.
"kamu itu harus rajin olehraga biar sehat, lihat kamu sekarang terlalu banyak lemak"
"apa? mas Abdi tidak suka melahat aku ya? sekarang aku memang agak gemuk karena porsi makanku akhir-akhir ini sering berlebihan" Mega menarik tangannya lagi dia sudah terlanjur kesal karena di bilang banyak lemaknya.
"bukan begitu maksudnya, Mega... dengarkan saya..! "
"ngak mau, mas mau bilang aku gemuk iyakan. " Abdi malah gemes sendiri melihat istrinya akhir-akhir ini sangat sensitif bahkan tidak bisa di ajak bercanda sedikitpun bahkan kadang istrinya itu melow sendiri.
"sudah mulai bosan ya" sahut Mega lagi sambil menghapus airmatanya, dia menyadari bahwa akhir-akhir ini begitu sensitif.
"astagfirullah.. tidak pernah terlintas di fikiran saya seperti itu. saya mau ajak kamu joging biar kamu... "
"sudahlah Mega ngak mau ikut" Mega langsung memotong kata-kata suaminya itu dia pergi berlari menuju kamarnya menutup pintu itu rapat-rapat. Abdi dengan susah payahnya mengetok pintu kamar itu tapi sepertinya penyakit sensitif Mega kumat lagi.
"astaga... hanya karena kata gemuk dia sensitif begitu" Abdi mulai frustasi sambil mengusap wajahnya sendiri. Ada apa dengan Mega akhir-akhir ini sering membuat dia pusing sendiri. kemaren dia menelpon saat Abdi sibuk cuma ingin minta di belikan rujak, dan tadi malam membangunkannya sekitar jam 2 pagi hanya ingin nasi goreng buatannya.
Lama sudah Abdi menunggu di depan pintu, membujuk istrinya itu agar membuka pintu. Akhirnya ada pergerakan dari gagang pintu yang akan terbuka dan saat terbuka istrinya berdiri di ambang pintu, mmatanya masih bengkak mungkin akibat menangis.
"Mega.. maafkan saya ya! " kata Abdi semanis mungkin agar tidak menyinggung wanitanya lagi, dia mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi istrinya yang mulai berisi itu.
"mas.. "
"apa? "
"Aku pengen makan mangga muda yang ada di halaman tetangga kita"
"apa? Mega.. kamu tidak salah meminta, saya harus kekantor pagi ini dan ini sudah sangat telat. saya mandi dulu ya"
"mangga mudanya bagaimana? " tanya Mega
"setelah saya mandi, nanti saya minta ke tetangga mangga mudanya ya"
"tapi... aku maunya sekarang"rengeknya tidak mau tau Abdi harus memenuhi keinginannya yang kadang-kadang aneh ini.
"sekarang? " tanya Abdi lagi dan Mega mengangguk pasti. Abdi tidak punya pilihan selain meminta mangga muda yang baru saja berbuah untungnya tetangga mereka bukan orang yang pelit hingga Abdi bisa mendapatkan mangga itu dengan mudah meskipun dia mendapatkan pertanyaan yang membuatnya bingung ketika baru saja selrsai turun dari pohon mangga.
"istrinya lagi ngidam ya Nak Abdi? " kata Bu Uta tetangga Abdi.
"ngak bu.., mungkin dia hanya ingin makan mangga muda saja" Sergah Abdi dengan sopan.
"biasanya kalau makan mangga muda itu pasti lagi ngidam, coba tanya istrinya kapan tetakhir datang bulan" kata bu Uta sambil tersenyum jahil. Abdi bingung dia buat ibu itu, setelah mendapatkan mangga itu dia berpamitan untuk pergi.
***
"Mega.. saya berangkat dulu ya" kata Abdi yanh sidah siap untuk berangkat, sementara Mega masih sibuk dengan mangga mudanya yang dia letakkan di pangkuannya sambil menyetel Tv.
"kamu tidak ke sekolah hari ini? " tanya Abdi yang sudah duduk di samping istrinya itu.
"iya, hari ini aku ada pertemuan di Dinas pendidikan jam 10 pagi tapi sudah izin untuk tidak datang pagi" Matanya masih fokus ke arah Tv dan mulutnya masih memakan mangga muda itu seperti cemilan manis.
Abdi melihat istrinya memakan mangga itu tanpa ada merasa rasa asam sedikitpun.
"baiklah... saya berangkat dulu.. assalamualaikum "
"Waalaikum salam" seperti biasa Mega akan mencium punggung tangan suaminya dan Abdi akan membalas dengan mencium kening istrinya itu.
***
Mala bergegas untuk pergi kerumah Jec karena dia ingin membahas masalah dan mencari bukti tambahan bahwa Tania memang terlibat dalam kasus itu kalau hanya bukti seperti ini tidak akan cukup untuk menyerat perempuan itu kepenjara.
Pagi itu Mala sudah sampai di depan rumah Jec, sepeninggal ayahnya Jec kini sibuk mengurusi bisnis yang di tinggalkan oleh ayahnya itu hingga kadang untuk bertemu dengan lelaki itu akan sangat sulit.
Mala mengetok pintu rumah itu dan yang membuka pintu itu adalah pembantu paruh baya yang sudah lama bekerja di rumah itu.
"dimana Jec? "
"ada di kamar atas non"
Tanpa banyak kata Mala melangkahkan kakinya cepat menaiki anak tangga yang lunayan tinggi, memang orang kaya itu boros buktinya mereka memiliki tangga yang lumayan panjang hanya untuk menuju kamar mereka. Tanpa mengetok pintu putih itu Mala masuk begitu saja karena pintu itu tidak di kunci sama sekali oleh sang pemilik yang saat ini masih tidur, meringkuk dengan nyaman di bawah selimut hangat. Jec tidur seolah tanpa beban sama sekali.
Saat Mala mendapai keadaan orang yang di carinya malah tidur dia begitu geram, dia berdiri di dekat ranjang sambil berkacak pinggang.
"bangunnn..! " Teriakan itu menggema seisi kamar dan Jec sangat kaget mendengar itu dia spontan menutupi telinganya dengan bantal. Karena tidak mendapatkan respon apapun bahkan niat membuka mata saja lelaki ini sangat malas. Mala menarik selimut itu.
"apa yang kamu lakukan? aku masih mengantuk" rengeknya di sela ketidak sadarannya karena masih begitu mengantuk.
"bangun... ini sudah jam 11 pagi dan kamu masih meringkok di sini"
"lima menit lagi! " pintanya sambil menarik lagi selimut itu.
"ngak ada lima menit, kamu harus bangun sekarang" Mala menekankan kata-katanya agar lelaki itu bangun.
"kamu ini cerewet sekali" Dengan sangat terpaksa Jec bangun tapi hatinya masih sangat kesal.
"kamu bilang aku cerewet, lihat itu sudah jam 11 dan kamu masih di sini"
"aku baru saja pulang dari Surabaya dan belum tidur sama sekali"
"aku tidak perduli, kamu harus bangun! mandi dan aku tunggu "Jec mendengus mendengar omelan Mala melebihi omelan ibunya dan tunggu dulu sejak kapan Mala berani masuk kekamarnya dan mengomelinya seperti ini. Jec menyeret kakinya untuk memasuki kamar mandi dan menutupnya lagi.
Beberapa saat kemudian Jec sudah terlihat segar sehabis mandi dia siap untuk menyantap sarapan pagi yang sudah terleat ini, di sana ada Mala yang sudah duduj manis seperti satpam tanpa ekspresi sama sekali. Jec duduk di kursi dekat Mala dan tanpa permisi langsung mencomot roti tapi gerakan tangan itu terhenti karena Mala mencegahnya.
"sudah cuci tangan? " tanyanya
"apa, kamu pikir aku anak kecil yang harus di suruh kalau mau makan cuci tangan. aku sudah cuci tangan nyonya" kata Jec berujar karena sangat kesal terhadap Mala.
Saat Jec siap memsaukkan roti itu ke mulut lagi-lagi Mala menghentikannya.
"tunggu dulu! "
"apa lagi? " kesalnya terhadap perempuan itu
"baca bismillah dulu! kamu mau makannya di ikutin setan"
"iya... iya.. bismillahirommannirrahim" Roti itu masuk dengan sempurna kemulut Jec. Mala tersenyum puas setelah mengerjai Jec balik kali ini.
"apa yang membawamu kemari? hingga mengganggu tidur ku" Jec berujar setelah roti itu lolos dalam seleksi tenggorokannya.
"kalau cuma info seperti ini kita tidak bisa menyeret Tania kepenjara. Kita harus temua keluarga dari korban, apakah Tania memang terlibat atau ini hanya info hoax yang tidak berguna"
"kita temui Faris hari ini, intelijennya bisa di percaya"
***