Setelah mandi dan merasakan tubuhnya agak lebih kuat Mega berjalan keluar kamar karena dari tadi saat dia masuk kekamar suaminya sudah tidak ada. Ketika pintu kamar itu di bukanya dengan pelan Mega mencium bau aroma wangi, " ini wangi makanan" pikir Mega diapun membawa kakinya untuk menuju dapur dan benar saja di sana ada suaminya sedang memasak.
"mas ngapain? " tanya Mega ketika sudah berhasil berjalan menuju dapur dia berdiri di atara meja makan dan berpegangan di sana.Terus terang kepalanya juga masih terasa pusing dan kram di perutnya sudah lebih baik dari sebelumnya.
"masak" jawab Abdi tanpa melihat Mega
"Mega tau itu lagi masak, tapi masak apa?"tanyannya lagi sambil dia mencoba untuk duduk di salah satu kursi ruang makan. Mega melihat punggung tegap dilapisi kaos sederhana sedang berdiri membelakanginya.
"makanlah! " pinta Abdi sambil menyodorkan semangkok sup hangat bahkan asap dari magkuk itu masih mengepul dengan sempurna karena baru saja di bangkit dari kompor. Mega menelisik isi mangkuk itu dan wajahnya berbinar " ternyata kalau sakit tidak buruk juga" pikirnya. Dia menarik mangkok itu agar lebih dekat dengannya, mencoba sesendok kuah dari sop itu, rasa hangat, manis bercampur menjadi satu, dan satu kata untuk sop itu "enak".
Mega begitu menikmati makan malamnya serasa ini seperti makan pertamanya karena begitu enak. Abdi melirik perubahan wajah dari istrinya itu, terlihat senyum Mega mengembang sambil menikmati sop langka yang di buat oleh suaminya. Sop itu tandas tanpa sisa sama sekali sampai-sampai Abdi melongo melihatnya, sop itu satu mangkok untuk ukuran dua orang dan Mega menghabiskan semuanya tanpa sisa sama sekali.
"kamu laper apa doyan? " tanya Abdi
"mungkin laper atau bisa juga doyan" sahut Mega sambil tersenyum.
"perutnya masih sakit? " tanya Abdi ketika Mega berdiri membantunya untuk mencuci piring bekas mereka makan.
"lumayan" jawabnya singkat.
"lumayan, lumayan apa? " tanya Abdi lagi karena tidak puas dengan jawaban istrinya itu.
"lumayan apa yah? "Mega berjeda sejenak " sepertinya sudah mendingan" sahutnya sambil membilas tangan bekas sabun.
"sama saja " Kata Abdi tapi suara itu pelan dan Mega masih mendengar suara itu. Dia tidak ingin ambil pusing, Abdi berjalan lebih dulu menuju ruang kerjanya sementara Mega membuka pintu kamar, keinginan saat ini adalah tidur.
***
Entah sudah berapa lama Mega terlelap,di tengah malam buta begini dia malah terbangun dalam keadaan perut masih sakit sementara Abdi sudah tidur dan tidak ada terlihat pergerakan sedikitpun dari lelaki itu. Mega menekan perutnya karena sangat sakit, dia menurunkan kakinya dari ranjang menengok sebentar ke samping kalau-kalau suaminya itu terbangun Gara-gara dia. Mega menginjakkan kakinya di atas karpet tebal yang ada di lantai dia berusaha berjalan menuju kamar mandi, setelah beberapa saat di kamar mandi dia keluar tapi kram itu masih ada bahkan sangat sakit hingga Mega berjongkok untuk mengurangi rasa sakit itu, setelah mulai mereda dia berjalan menuju pintu kamar, membukanya dengan pelan dan tanpa suara setelah itu menutup kembali ketika dia sudah keluar dari kamar itu. Seperti biasa kesunyianlah yang menyambutnya tapi dia membutuhkan obat pereda nyeri karena datang bulan ini sangat sakit. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan Mega berjalan menuju ruang tengan di sana ada kasur lipat yang biasanya dia gunakan untuk tidur di depan Tv dan dia juga sering memanfaatkan kasur itu untuk duduk. Mega meringkuk di sana mencari kenyamanan ketika rasa sakit itu mulai menyerang lagi.
Sementara itu entah kenapa Abdi terbangun dari tidurnya meraba di sisi kasurnya ternyata tidak di temukan apa yang dia cari, spontan dia membuka matanya dan Mega tidak ada di sampingnya dengan langkah cepat Abdi turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu kamar, perempuan yang dari tadi di kwatirkannya justru meringkuk tidur di ruang tengah hilanglah gelisah yang dia rasakan karena perempuan itu baik-baik saja.
Melihat Mega tidur meringkuk tanpa selimut Abdi mengambil selimut yang ada di kamar dan menyelimuti istrinya yang tidur di luar. Beberapa detik kemudian Mega kembali mengerang karena sakit di perutnya sampai-sampai dia menangis dalam diam karena saking sakitnya.
"masih sakit? " gumam Abdi tak ada jawaban dari istrinya itu hingga Abdi berinisiatif mengambilkan minyak kayu putih untuk mengoles perut istrinya itu. "Mega di oles pakai minyak kayu putih aja ya! " Mendengar suara suaminya itu Mega membuka matanya dan ingin duduk tapi tidak bisa malah tambah sakit.
"sudah.. saya bantu" Abdi mengulurkan tangannya untuk membuka kacing baju tidur Mega agar dia bisa mengoleskan minyak kayu putih itu keperut istrinya.
"tidak perlu mas, aku bisa sendiri" kata Mega mencegah tangan suaminya membuka kancing bajunya. Dia sangat malu kalau sampai itu terlihat.
"kenapa? malu? " tanya Abdi cepat
"bukan begitu, aku bisa sendiri" sahut Mega
"Bagian mana yang tidak pernah saya lihat? saya pernah melihat kamu lebih dari ini jadi untuk apa malu" kata Abdi berujar hal itu jelas membuat pipi Mega memerah karena malu.
"sekarang izinkan saya bantu kamu! " "kata Abdi melanjutkan kata-katanya. Akhirnya Mega mengalah dia membiarkan suaminya membuka sedikit kancing bajunya dan mengoleskan minyak kayu putih itu di perutnya.
Mega berbaring miring untuk mengurangi rasa sakit yang kadang-kadang datang serta pergi tiba-tiba , Abdi juga ikut menyusul Mega berbaring di balik punggung istrinya itu. Ketika malam mulai larut Mega gelisah lagi dengan sakitnya itu Abdi dengan sigap mengoleskan minyak kayu putih itu di perut Mega hingga dia ketiduran dan tangan itu masih menempel setia di atas perut Mega yang tidur miring.
***
Azan subuh berkomandang dengan merdunya memecah sunyinya subuh, di luar sedikit gerimis tapi tidak membuat orang berleha-leha untuk meninggalkan sholat subuh.
Posisi Abdi masih setengah memeluk istrinya dari belakang dan lengannya menjadi bantal perempuan itu, Mega belum sama sekali merubah posisi tidurnya dia masih miring menghadap dinding.
Mendengar Azan subuh sudah tiba Abdi ingin bangun tapi terhalang kepala Mega yang masih berbantalkan lengannya dengan pelan Abdi menyingkirkan tangannya tapi tidak berhasil Mega bergerak lagi hal itu membuat Abdi kesulitan untuk mengangkat kepala istrinya itu.
Abdi mencoba untuk mengangkat kepala istrinya itu lagi tapi Mega malah bergerak untuk merubah posisi tidurnya menjadi menghadap dada Abdi otomatis hal itu membuat dia kaget setengah mati. Pergerakan di luar dugaan itu membuat Abdi kesulitan memindahkan kepala istrinya ke bantal tanpa harus membangunkan perempuan itu. Bahkan tidak sampai di situ pergerakan Mega yang membuat Abdi kaku, perempuan itu malah memeluknya dalam tidur hingga Abdi tidak bisa berkutik sama sekali untuk bangkit.
"astaga Mega" gumam Abdi di sela putus asanya. Tidak ada cara lain selain membangunkan perempuan itu kalau tidak dia tidak bisa bangkit untuk sholat subuh..
"Mega" panggil Abdi tapi tak ada sahutan mata itu tetap tertutup rapat. " Mega... bangun! sudah subuh" Abdi mengulurkan tangan satunya untuk menyentuh leher istrinya itu dengan niat agar perempuan itu bangun.
"hmm" hanya itu kata yang keluar dari mulut istrinya, apakah dia tidak tau sekarang posisi tidurnya seperti apa. " Mega... " panggil Abdi lagi tapi tetap saja tidak ada keinginan dari perempuan itu untuk membuka matanya dia malah semakin membenamkan kepalanya pada dada suaminya dan mempererat pelukannya. "Astaga bagaimana mungkin perempuan ini tidur dengan cara seperti ini dia telah mengusik sesuatu " fikir Abdi frustasi karena Mega makin menempel padanya. Sejenak dia memandangi wajah perempuan yang telah mengisi hari-harinya, usapan lembut bertengger manis di pipi Mega.
"Mega... kamu tidak bisa saya sentuh sekarang, jadi lepaskan pelukanmu!" Abdi menundukkan kepalanya dan membisikan kata-kata ketelinga istrinya itu. Spontan Mega membuka matanya dan mata itu langsung berhadapan dengan wajah Abdi yang begitu dekat dan Mega menyadari bahwa dia sedang memeluk suaminya itu dengan cepat Mega melepaskan pelukannya dan berguling ke samping hingga punggungnya membentur dinding. "aduh.. "benturan itu menggema bahkan membuat Abdi kaget. Mega bangun dan langsung duduk tapi punggungnya lumayan nyeri akibat benturan mendadak itu.
"kamu tidak apa-apa? " tanya Abdi yang sudah berhasil bangun ada guratan kecemasan di wajahnya.
"tidak apa-apa, maaf mas" jawab Mega singkat terlihat wajahnya sudah memerah karena malu.
"maaf untuk apa? "tanya Abdi bingung.
"anu.. maaf,.. ya maaf" sahut Mega gugup.
Abdi mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi istrinya itu.
"sudahlah tidak apa-apa " kata Abdi sambil bangkit untuk menuju kamar mandi.
Sepeninggal suaminya sholat subuh, Mega lagi-lagi geleng kepala akibat tidurnya yang tidak bisa diam dan bagaimana mungkin dia tidur seperti itu.
"Mega... kamu... ini... bikin malu" gerutu Mega pada dirinya sendiri. Dia tidak tau apa yang akan terjadi ketika nanti dia berhadapan dengan suaminya itu malu pasti sangat malau, tadi dia berasa tidur memeluk guling jadi semakin membenamkan kepalanya.
***