Pertama kalinya Mega sendirian di rumah yang cukup besar menurutnya, biasanya ada Willy yang menemani ketika di rumah kontrakan dulu. Ayu yang menemaninya ternyata harus pulang kemaren karena ibunya sakit.
Mega berusaha menyibukkan diri agar cepat mengantuk, di luar sana sudah hampir gelap karena senja telah tiba dan malam ini ia harus cepat tidur agar rasa takut itu hilang dengan sendirinya.
Tak ada kabar lagi dari Abdi setelah telpon terakhir, kesunyian makin nyata di rumah itu harap-harap cemas yang ia rasakan, bayang-bayang lemari seperti seperti orang bersembunyi.
"okay Mega... kamu bisa.. ini belum seberapa, bukankah di alam kubur juga sendirian" beberapa kali Mega mencoba untuk menguatkan diri sementara malam mulai datang membawa gelapnya, rumah Abdi cukup besar untuk ia tempati sendirian beberapa hari dia di temani Ayu.
Mega menyalakan tombol lampu agar rumah itu terang benderang demi menghilangkan sunyinya malam ia menyalakan morotal surah Al Baqarah setidaknya ada teman suara, hari ini Mega mendapati ia menstruasi lebih cepat mungkin akibat stres ringan yang ia rasakan beberapa hari dan lembur yang kian membabibuta.
Mega mencoba untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang ia bawa pulang tak terasa waktu menjelang isya dia masih setia duduk di depan laptopnya tanpa ingin berpindah sama sekali.
Petih menggelegar kilat mulai menyambar angin malam menerobos masuk rumah lampu-lampu hias yang bergantung di atas bergoyang di terpa angin hal ini membuat Mega sangat takut ia bahkan tak pernah setakut ini ketika sendirian, hampir separu morotal surah Al Baqarah di lantungkan dia tetap merasa takut. Mega mencari-cari Hp miliknya dan akhirnya menemukannya lalu menghubungi Willy.
"assalamualaikum " sahutan dari seberang sana yang di sambut kelegaan oleh Mega.
"Waalaikum salam.. Willy " panggil Mega kepada temannya itu.
"kenapa? " tanya Willy yang heran Mega menelponya malam-malam begini.
"temani di rumah aku takut! " pinta Mega terdengar seperti memohon dan Willy yang memang orangnya tak tega apalagi ia tau betul bagaimana Mega ketakutannya kalau sendirian apalagi saat ini hujan hampir turun.
"bukannya ada Ayu? " tanya Willy
"kemaren dia pulang ibu sakit"
"kenapa tadi kamu tidak bilang saat di sekolah tadi kalau Ayu pulang, aku bisa kok temani kamu" kata Willy
"aku takut merepotkan kamu Will" sanggah Mega
"tidak apa-apa, kamu tunggu aku datang ya! ini sebentar lagi mau hujan. Tunggu ya aku siap-siap dulu dan izin sama ibu di sebelah" terang Willy.
Setelah telpon itu terputus Mega merasa lega karena Willy akan menemaninya. Malam mulai larut gemuruh guntur makin betalu tapi tak kunjung juga hujan Mega mencoba untuk kembali fokus dalam pekerjaannya melarutkan rasa takutnya, mungkin ia akan mengalami ini di hari-hari selanjutnya mengingat Abdi akan sering pergi untuk tugas. Menjadi istri seorang tentara inilah tantangannya berusaha hidup mandiri dan bersikap dewasa ketika perisai pelindung pergi untuk sementara.
Ketukan di depan pagar rumah Mega terdengar nyarin, dia lari ke arah pintu depan dan mendapati Willy sudah ada di depan rumahnya sepintas Mega memandang kelangit yang tampak tak ada cahaya sama sekali justru awan hitam makin tebal ia percepat langkahnya untuk membuka pintu pagar rumahnya.
"ayo masuk! " pinta Mega yang langsung mendapatkan anggukan dari Willy.
"motornya masukin ke garasi samping aja! " pinta Mega lagi ketika melihat Willy akan memarkir motornya sembarang seperti orang yang mau sebentar saja di rumahnya.
"jadi ceritanya aku nginep nih" canda Willy sambil mendorong motor kesayangannya.
"pastinya" kata Mega dengan cengirannya yang khas.
****
Suasana rumah Mega terlihat rapi dan nyaman Willy bahkan sempat heran melihat rumah Mega begitu rapi dan menawan mata, perabotan seperti lemari kaca tersusun cantik menghiasi rumah tapi arah mata Willy tertuju pada sebuah bingkai coklat seperti foto wisuda.
"itu foto wisuda siapa Mega?" tunjuk Willy kearah foto itu
"ooh itu mas Abdi" jawab mega sambil mengunci pintu yang tadi di tutupnya.
"itu itu sepertinya lulusan desain, suamimu kuliyah itu? " tanya Willy heran karena ia tau dari carita Mega kalau di dalam keluarga Abdi anak laki-laki harus ikut militer dan menjadi tentara karena itu dalam warisan turun temurun dari kakek buyutnya agar anak laki-laki mengabdi kepada negara.
"dulu.. sebelum memutuskan untuk menjadi tentara dia sudah menyelesaikan kulah desainnya, rumah ini dia bangun dengan desainnya sendiri" terang Mega sambil menyerahkan air minum kepada Willy yang langsung mendapatkan sambutan oleh Willy.
Willy manggut-manggut mendengarkan penuturan yang Mega katakan.
"tapi Mega rasanya ada yang kurang" selidik Willy setelah matanya mengitari sekeliling ruangan tamu rumah Mega.
"apa? " tanya Mega heran
"foto pernikahan kalian mana? " tanya Willy dengan polosnya.
"ooh itu, mungkin dua hari lagi akan di kirim" sahut Mega.
Percakapan mereka mengalir begitu saja, mereka bernostalgia tentang rumah kontrakan murah yang mereka sewa, terkadang ada canda tawa menyertai mereka. Sepertinya hujan tak jadi turun karena terlihat cahaya bulan menerobos masuk lewat jendela kamar cahaya begitu indah hingga mereka terbuai dengan keindahannya.
Mega dan Willy memutuskan untuk tidur karena malam sudah mulai larut besok mereka harus kembali bekerja.
"Mega" panggil Willy yang dari tadi susah tidur
"kenapa? " tanya Mega
"apa kamu nyaman dengan posisi seperti ini?" tanya Willy ambigu.
"maksudnya? " Mega agak heran.
"perjodohan ini" kata Willy
"kenapa kamu bertanya seperti itu, apa ada sesuatu yang tidak kamu ceritakan padaku? " tanya Mega
Willy agak ragu membuka mulitnya tapi dia ingin sekali bercerita, akhir-akhir ini kepalanya hampir pecah karena terus memikirkan tentang tawaran ayahnya yang begitu memaksa.
"aku... di paksa Mega"
"dipaksa bagaimana? " tanya Mega mulai heran dan sedikit takut ketika melihat kegetiran di wajah sahabat baiknya itu.
"ayahku memaksaku menikah dengan orang yang bahkan sampai saat ini aku tak pernah bertemu dengannya, bagaimana dia aku buta pengetahuan tentang laki-laki itu tapi ayahku bahkan tak bertimbang rasa dengaku dia memaksa, menuntut bahkan mengancam" kelur Willy menggebu-gebu ada setitik air mata mengalir dari sudut matanya, Willy yang memiliki paras rupawan bahkan saking cantiknya orang mengira ia keturunan timur tengah. Dulu saat bertemu denganya Willy masih belum sempurna menutup auratnya perlahan Mega mengajarkan betapa pentingnya menutup aurat akhirnya Willy Anggraini menutup auranya dengan sempurna.
"Will kamu sudah bicara baik-baik dengan ayahmu?" tanya Mega sambil menatap iba pada sahabtnya itu.
"sudah.. bahkan berkali-kali tapi ayahku seolah tuli dan tak perduli dia bahkan merenggut kerudung di kepalaku karena begitu benci melihatku menutup auratku" kata Willy lagi
Mega tak tau harus berkata apa lagi, dia tak pernah bertemu dengan ayahnya Willy. Rasa iba membawanya memeluk sahabatnya itu yang mulai menangis bahkan bahunya bergoncang hebat. Manusia di lahirkan dengan membawa takdir mereka masing-masing. Ketika di dunia Allah memberika kita banyak pilihan ketika pilihan itu kjta ambil maka taldir yang mengikutinya juga ikut bersama pilihan itu. Ketika Mega berusaha menguatkan hatinya menerima pinangan dari ibunya Abdi maka ia juga harus menerima takdir yang mengiringi langkah hidup mereka.
Untuk saat ini Abdi masih bersikap baik kepadanya, masih perduli dengannya padahal mereka di pertemuka cukup singkat.
Mendengar cerita Willy apakah ayahnya akan memilihkan laki-laki yang baik untuk sahabatnya ini atau justru laki-laki moderen yang bahkan tak memakai norma dalam hidupnya. Sungguh ironis jika Willy masuk dalam kubangan yang di buat ayahnya sendiri.
Willy satu-satunya anak perempuan di dalam keluarganya dua kakak laki-lakinya telah menikah dan membangun rumah tangganya masing-masig sementara ibunya telah meninggal saat ia masih sekolah dasar, kemana tempat mengadu kecuali ayahnya yang berhati keras pada anak perempuannya.
Dalam tangisannya Willy tak mampu membendung asa dia begitu menyayangi ayahnya tapi dia tak mau menikah dengan laki-laki yang di pilihkan ayahnya.
"sabarkan hatimu, perbanyak sholat malam! minta sama Allah jalan keluar dari semua ini, minta petunjuk sama Allah jika memang laki-laki yang dipilihkan ayamu baik maka akan baik semuanya" Naseha Mega untuk sahabatnya yang selama ini selalu saja caria dan menampilkan awan sejuk ketika dekat dengannya.
"mulai sekarang cari tau siapa laki-laki itu! " pinta Mega lagi.
Malam telah larut Willy mencoba memejamkan matanya sementara Mega berusaha untuk tidur tapi dia kepikiran Willy yang akan di jodohkan ayahnya, menurut cerita Willy ayahnya dulu saat Willy memutuskan untuk menutup auratnya Ayahnya bahkan mengamuk tanda tak terima, apalagi kalau menolak Mega tak tau apa yang akan di dapat oleh Willy nantinya.