Chereads / Aku Dipinang Tentara / Chapter 14 - Dua Puluh Tiga

Chapter 14 - Dua Puluh Tiga

Hari minggu adalah hari yang paling di tunggu oleh sebagian orang karena saat hari minggu semua para pekerja akan libur begitu juga Mega yang memanfaatkan waktu libur akhir pekan ini dengan cara membersihkan rumah.

ia memulai pekerjaan adalah dapur karena dapur cukup berantakan Abdi saja sampai geleng-geleng kepala melihat dapur minimalisnya jadi kapal pecah karena Mega benar-benar keteteran mengerjakan pekerjaan rumah, malah kadang Abdi yang membersihkan dapur.

Saking sibuknya membersihkan rumah, membuang sampah yang sudah penuh, mencuci piring dan akhirnya terlihat bersih dapurnya. Senyum senang terukur di bibir Mega ketika melihat hasil kerjanya dapur sudah bersih, tapi tiba-tiba ada sesuatu yang terbang awalnya Mega tak menghiraukan itu ia tetap melanjutkan melap meja makan. Sesuatu yang terbang ada sayapnya kecil malah menempel di kerudung Mega dan ia melihat itu sambil berteriak kencang.

"kecoa.... " berkali-kali Mega meneriakkan nama kecoa, hal itu mengusik gendang telinga Abdi yang tadi sedang mengerjakan sesuatu di ruang kerjanya.

"hus... hus.. pergi sana! kecoa.." Suara itu lagi yang Abdi dengar tentunya ia sangat penasaran. ia keluar dari ruangannya dan berjalan menuju dapur yang ia lihat membuat Abdi panas dinging, meradang serta emosi yang tertahan. Mega naik ke atas meja makan untuk menghindari kecoa terbang yang ia takuti itu.

"kecoa.. hus.. " Mega berusaha mengusir kecoa yang jahil terbang lagi dan m

nempel di kerudungnya.

"Mega kamu ngapain? turun!" perintah Abdi sedikit mengeraskan suaranya.

"ngak.. kecoanya terbang itu" sahut Mega menolak perintah Abdi. Jelas emosi Abdi hampir tumpah bagaimana kalau istrinya itu jatuh siapa yang akan repot.

"turun! " perintah Abdi lagi sambil mendekati meja makan tepat Mega berdiri, terlihat Mega sangat ketakutan apalagi kecoa itu berhasil nemple di kerudungnya jelas ia sangat syok dan teriakannya makin kencang.

"turun! nanti jatuh Mega" seru Abdi lagi, tapi di luar dugaan Mega malah melompat kepelukan Abdi untungnya Abdi siap menyambut Mega tanpa ia ikut jatuh. Mega masih berteriak ketika sudah selamat dalam gendong Abdi.

"kecoanya nempel mas.. kecoanya" Mega tetap tidak mau tenang padahal ia sudah dalam gendong Abdi.

"Mega diam dulu! nanti kamu jatuh" seru Abdi yang melihat istrinya tidak mau diam. Cengkaraman tangan Mega makin kuat di baju Abdi hal itu membuat Abdi kesulitan menyeimbangkan tubuhnya.

"Mega.. ya Allah.. Mega diam dulu kalau kamu gerak-gerik terus saya bisa jatuh juga! " perintah Abdi dengan sedikit meninggikan suara, akhirnya Mega diam air mata membasahi pipinya ia benar-benar ketakutan. Tapi anehnya mereka berdua tidak ada yang sadar kalau posisi mereka saat ini sangat dekat dan itu jarang terjadi.

"diam.. oky.. jangan gerak-gerak terus nanti kamu jatuh! " pinta Abdi lagi, ketika istrinya itu sudah diam Mega mengangguk mengiakan permintaan Abdi.

"tapi.. kecoanya terbang" seru Mega lagi saat ini Mega masih dalam gendongan Abdi.

Abdi menurunkan pelan istrinya itu dalam gendongnya dan berkata.

"kecoanya sudah pergi"

"benarkah? " tanya Mega lagi memastika perkataan Abdi. kecoa yang tadi sempat membuat ribut di pagi hari sudah tak terlihat lagi terbang. Mega berencana melanjutkan pekerjaannya lagi, melihat istrinya itu sudah dalam mode tenang Abdi berniat untuk melanjutkan pekerjaannya lagi ia sudah balik badan untuk menuju ruangannya.

Tapi rupanya kecoa itu masih jahil menggangu Mega, kecoa itu terbang tepat jatuh di atas meja hal itu membuat Mega melompat lari terbirit-birit.

"kecoanya terbang lagi" seru Mega sambil berlari tapi dia tidak memperhatikan orang yang ada di depan pastilah Mega menubruk punggung Abdi yang lebih tinggi dari pada dia.

Abdi balik badan dan melihat istrinya terduduk di lantai dengan muka masih ketakutan.

"ada apa lagi? " tanya Abdi yang mulai gemas melihat istrinya yang dari tadi ribut masalah kecoa.

"kecoanya masih ada" seru Mega yang masih setia duduk di lantai.

Abdi benar-benar pusing melihat istrinya tanpa aba-aba ia mengangkat istrinya itu.

"loh kok kenapa? " tanya Mega yang bingung melihat Abdi tiba-tiba menggendongnya dan secara spontan Mega berpegangan pada bahu Abdi agar ia tidak jatuh, laki-laki itu membawanya keruang kerjanya dan mendudukan Mega di sebuah sofa besar di ruangan kerja yang merangkap perpustakaan.

" hari ini kamu tidak perlu menyelesaikan pekerjaan, diam saja di sini" pinta Abdi hal itu membuat Mega bingung tapi ia tetap mematuhi permintaan Abdi.

"tapi kecoanya" Mega ingin menyuarakan kata-katanya lagi tapi di poting Abdi.

"kecoanya sudah pergi, kamu di sini saja! " Mega menganguk dan Abdi kembali duduk di kursi kerjanya.

Pagi itu Mega diam saja di ruangan kerja padahal ia sangat bosan di ruang itu tapi Abdi tidak mengizinkannya keluar dari ruangan itu.

Mega Terkantuk-kantuk menunggu Abdi selesai, tapi sepertinya Abdi tidak terlihat akan selesai dalam pekerjaannya. Mega gelisah dalam duduknya ia tak minat untuk membaca sebab niat hati ia akan menyelesaikan pekerjaannya.

***

Karena kebosanan menunggu Abdi Mega memejamkan matanya yang mulai dari tadi minta untuk di pejamkan.

Ia tidur di sofa yang ada di ruangan, cukup nyaman Mega tidur hingga tak terganggu sama sekali.

Abdi sudah menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda Gara-gara kecoa yang menyerang Mega tidak ada hentinya.

Cukup lama ia berdiri di dekat istrinya, memandangi tulus wajah perempuan yang mulai mengisi kekosongan hatinya, perempuan yang mulai memberi warna dalam hidupnya. Tapi ketakutan masih menguasai hatinya ia takut tak bisa menjaga perempuan sebaik Mega, ia takut menyakitinya. Abdi mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah putih Mega, hal itu sedikit mengganggu tidur Mega terlihat ia bergerak sedikit tapi tak membuat ia bangun.

"kamu memang berbeda dengan yang lain Mega" gumam Abdi

Mega membuka matanya, menatap mata Abdi tapi kesadaran masih belum Mega kuasai. Melihat mega membuka mata Abdi buru-buru menarik tangannya karena kaget melihat Mega tiba-tiba membuka mata.

"jam berapa? " kata Mega sambil berusaha untuk duduk dan menguasai kesadarannya. Abdi melirik jam dinding yang ada di ruangan itu.

"11.30 " jawab abdi singkat

"astaga kenapa tidak di bangunkan? " keluh Mega ketika ia sadar sudah tertidur cukup lama.

"aku belum masak" kata Mega lagi berujar.

"kita makan di luar saja, lagian ini sudah hampir zhuhur " kata Abdi berujar ia berjalan santai meninggalkan Mega dengan kesadaran yang masih setengah - setengah sehabis bangun tidur.

Sementara Abdi keluar dari itu dan menutupnya lagi, Abdi menyandarkan punggungnya di pintu dan mengangkat tangannya yang tadi ia gunakan untuk menyentuh pipi Mega.

"kamu.. kenapa kamu menyentuhnya?" gumam Abdi pada tangannya padahal tangan itu sama sekali tak akan bergerak kalau sang empunya tak menggerakkannya. Tapi ada sebuah senyum yang terbit di bibir Abdi.

***

Siang itu Abdi dan Mega pergi belanja beberapa peralatan rumah tangga yang mereka perlukan, maklumlah rumah Abdi terlihat besar tapi prabotan dapur hampir tak memenuhi dapur. Selama ini Mega hanya mengggunkan peralatan seadanya itupun sebagain yang ia bawa dari rumah kontrakannya dulu, Abdi jarang memasak di rumah ia biasanya memilih untuk kerumah neneknya yang memiliki tukang masak atau dia makan diluar bersana teman-temanya ketika belum menikah. Saat ini di rumah itu ada penghuni lain.

"kamu beli apa yang kamu butuhkan! " pinta Abdi ketika sudah sampai di pusat perbelanjaan.

Mega terlihat bimbang untuk membeli apa tapi ia tetap berjalan menuju tempat prabotan dapur, seperti pemanggang kue, teplon dan sebagainya. Arah mata Mega menangkap sebuah teplon yang dari dulu sangat ingin ia beli.

"beli ini ya! " Pinta Mega sambil mengarahkan teplon itu ke pada Abdi, setelah mendapatkan anggukan dari laki-laki itu barulah Mega membawa teplon itu dengan semangat.

Mega membawa trolinya ke bagian sabun bukuk dan terlihat Mega sibuk memilih beberapa sabun bukuk yang sering ia pakai, Abdi dengan setia mengamati ketelitian istrinya itu ketika memilih sabuk bubuk itu.

"ini apa ini ya mas? " tanya Mega sambil menenteng dua diterjen bubuk kepada Abdi.

"kamu suka pakai yang mana? " tanya Abdi lagi

"kok balik nanya sih mas, yang ini apa yang ini? " tanya Mega lagi sambil mengangkat dua diterjen bubuk dengan merek yang berbeda.

"yang ini saja" tunjuk Abdi pada diterjen bubuk yang plastiknya berwarna kuning.

"yasudah kita ambil yang ini saja" kata Mega sambil memasukkan diterjen yang berwarna biru kedalam troli miliknya, kening Abdi sempat berkerut bingung melihat istrinya "tadi meminta untuk di pilihkan, setelah di pilih malah pilih yang lain, apa maksudnya? " batin Abdi berteriak melihat tingkah agak konyol istrinya itu.

Mega membeli bahan-bahan dapur yang cukup untuk satu minggu meskipun dia perempuan sibuk tapi setidaknya suaminya ini makan dengan teratur,sebenarnya Mega ingin sekali memakan masakan Abdi tapi sepertinya laki-laki ini tidak akan mau mengabulkan permintaan kecilnya ini melihat tingkah laki-laki itu selalu berubah-ubah.

***

Setetelah belanja bahan-bahan yang mereka perlukan Abdi membawa Mega ke suatu tempat untuk sekedar meringankan fikirannya yang akhir-akhir ini di tumpuki pekerjaan yang tiada habisnya, Abdi sudah bekali-kali mengatakan jangan memaksakan diri tapi Mega tetap saja berlagak seperti perempuan tangguh.

"kita mau kemana sih? " tanya Mega yang dari tadi heran melihat Abdi mengambil jalur lain untuk pulang kerumah mereka.

"kita ke suatu temlat dulu, mendinginkan fikiran" kata Abdi tanpa menoleh kepada istrinya itu.

"kemana? " tanya Mega penasaran

"nanti kamu juga akan tau" sahut Abdi misterius.

Mega diam tak bertanya lagi dia memilih untuk melihat kearah luar jendela mobil karena mobil Abdi di jalankan tidak terlalu cepat Mega bisa menikmati pemandangan luar yang mulai menghijau meski panas matahari di siang hari sangat menyilaukan.