Siang itu Mala bergegas menuju tempat syuting yang sudah di janjikan, panas teriknya matahari tidak dia haraukan sebab ini adalah mimpinya dari dulu.Sesaat telah sampai di tempat tujuan Mala sangat terkejut dengan apa yang dia lihat, posisinya telah di gantikan oleh orang lain.
"bagaimana mungkin anda mengganti saya tanpa komfirmasi lebih dulu? " tanya Mala berapi-api.
Produser itu jengah melihat modelnya yang selalu saja terlibat berbagai masalah dengan rekan kerjanya, bahkan berita pagi ini telah menghebohkan jagat raya.
"apa ini? " tanya produser itu sambil membanting majalah yang baru saja dia dapatkan dari salah satu anak buahnya.
Mala sejenak diam dan mengambil majalah itu. Tangannya bergetar ketika membaca bait demi bait kata yang tertuang dalam berita itu.
Judulnya saja membuat sakit hati " Pelakor yang harus di hindari " Mala Agustina " Mala bingung siapa yang membuat berita bodoh seperti ini, tapi dia dapat benafas lega yang terlihat hanya punggung Abdi yang waktu itu tak sengaja bertemu dengannya di sebuah kedai kopi.
"anda percaya dengan gosip murahan seperti itu? " tanya Mala lagi
"bukan hanya itu, baca halaman berikutnya. berita pagi ini semuanya membahas tentang kamu" kata produser itu lagi, dia mulai jengah dan muak dengan sikap yang selalu mencari alasan Mala.
Kali ini Mala membuka lagi lembaran berikutnya dan benar saja, berita yang dia takutkan akan muncul sekarang muncul kepermukaan.
"apa hubungan kamu dengan pengusaha bernama Jec Necolas itu? " tanya produser
"kami tidak memiliki hubungan apapun"
"kamu tau kan Jec Necolas itu akan menikah, dan siapa laki yang bersama kamu di kedai kopi memakai baju tentara itu?"
"aku tidak bisa menjawab itu" sahut Mala cepat.
"publik sudah geram dengan sikap kamu ini Mala, asal kamu tau saja semua produk yang di bintangi kamu anjlok di pasaran, aku tidak mau rugi kamu saya pecat" kata produser itu tanpa mau menimbang lagi kata-katanya, luruh sudah karir yang selama ini dia bangun susah payah hancur tanpa sisa, siapa di balik semua ini. Selama sakit dia bahkan tak pernah tau info apapun Jec memblokir semua info yang kemungkinan akan menyakitinya.
***
Setelah pemecatan secara sepihak itu enatah kenapa Mala ingin menemui ibunya di rumah lamanya, sejak pertengkaran dengan ibunya waktu itu Mala memutuskan untuk pindah ke rumah yang baru saja dia beli. Langkah kakinya dia bawa menuju rumah ibunya, pagar rumah itu tidak di kunci bahkan pintu rumah terbuka lebar, semakin Mala mendekat semakin jelas terdengar suara tangisan seorang perempuan, suara yang sangat dia kenali itu suara ibunya. Saat sampai di ambang pintu yang dia lihat justru menyayat hati.Ayahnya yang dulu lumpuh kini terbujur kaku tanapa daya di lantai, seisi rumah berantakan hiasan-hiasan rumah semuanya pecah.
"ibu" panggil Mala lemah ketika melihat ibunya sudah tidak berdaya di depan ayahnya yang sudah terbujur kaku.
"Mala"
"ada apa ini bu? " tanya Mala kepada ibunya dia mendekati Ayahnya dan mebantu ibunya untuk mengangkat ayahnya.
"ibu juga tidak tau, tiba - ada perempuan datang dan mengacak-acak semunya" terang ibunya sambil menangis.
"ibu tau siapa dia? " tanya Mala lagi
"dia bilang kamu mengganggu hubungannya dengan Jec Necolas "
"Maria... ini pasti Maria, kita bawa ayah kerumah sakit dulu! "
***
Suasa di rumah sakit itu cukup ramai karena sekarang masih tidak terlalu siang. Berbagai macam orang dalam raut wajah yang berbeda-beda. Ada yang sedih,ada yang bahagia.
Terlihat di ujung koridor rumah sakit Mala dan Ibunya menunggu hasil pemeriksaan ayahnya. Terlihat Ibunya Mala masih panik, air mata seakan tak pernah habis. Berbagai macam fikiran buruk yang muncul di kepalanya. Berbarengan dengan itu seorang dokter laki-laki keluar dari ruangan pemeriksaan dengan harapan cemas Mala dan Ibunya dengan cepat mendekati dokter yang baru keluar itu.
"Bagaimana? " tanya Mala, dia tak dapat menyembunyikan ketakutan akan ke hilangan ayahnya sebab selema ini dia tidak pernah berbakti kepada kedua orangtuanya bahkan sangat sering menyakiti hati dua orang yang berjasa dalam hidupnya itu.
Terlihat raut dokter itu, membuat Mala hampir di telan putus asa.
"maaf kami tidak bisa berbuat banayk, pasyen sudah meninggal" kata dokter itu
Ibunya Mala tak mampu berkata apapun, sementara Mala diam mematung mendengar info yang tak mau dia dengar.
"tapi tadi detak jantungnya masih ada" jawab Mala putus asa.
"maafkan kami" tutup dokter itu berlalu meninggalkan kesedihan yang di rasakan Mala. Belum habis semua yang dia rasakan benaknya berkelana" apakah ini karma" hatinya bergumam miris.
Sebuah pesan singkat mengalihkan perhatiannya.
"Dengan berat hati kami mengakhiri kontrak dengan anda" isi pesan singkat yang membuat Mala tambah yakin ini adalah karma, karma ketika dia sering menyakiti orang-orang baik di sekitarnya. Dia berjalan gontai menemui ayahnya untuk terakhir kalinya. laki-laki itu telah meninggalkan dia dan ibunya serta dua adiknya yang masih sangat kecil.
"ini hukuman untuk mu Mala" benaknya selalu berkata seperti itu dan itu berulangkali.
"ayah maafkan aku... maaf untuk semuanya, Mala janji mulai sekarang akan berubah seperti yang ayah inginkan. Mala janji! " kata Mala ketika Memegang tangan dingin ayahnya, sementara ibunya sudah beurai air mata.
***
Sore itu diiringi rintik hujan menyambut tenggelamnya matahari sepertinya sangsurya sudah hampir menyelesaikan tugasnya.
Mega tampak diam memandangi rintik hujan melalui jendela kaca kamar miliknya. Sejak pulang dari rumah Mala waktu itu Abdi seolah sangat sulit di dekati dia semakin menutup dirinya. Tak ada penjelasan yang keluar dari mulut laki-laki itu Mega bingung harus berbuat apa, bertanyapun enggan karena Abdi seolah selalu menghindarinya.
"tutup jendelanya Mega" suara itu hampir mengagetkan Mega yang dari tadi melamun di dekat jendela kaca yang terbuka sementara hujan di luar sana dari rintik kecil berubah menjadi derasnya hujan.
Mega bergegas menutup jendela itu, dia berjalan pelan mendekati suaminya yang sekarang sedang sibuk mengganti bajunya yang basah akibat hujan tadi.
"mas" panggil Mega terlihat ragu, Mendengar itu Abdi menoleh sedikit kepada istrinya itu. Jelas sekali Abdi melihat keraguan di pelupuk mata istrinya itu, dia berjalan mendekati Mega yang ragu ingin mengatakan apa.
"ada apa? " tanya Abdi ketika sudah berdiri menjulang di dekat istrinya itu.
"soal... soal yang kemarin itu... bisakah kamu menjelaskan kepadaku siapa Tania? " tanya Mega, ada kekagetan di wajah Abdi tapi dia dapat mengendalikan situasi itu sekarang.
"dia perempuan di masalalu yang ingin kulupakan" jawab Abdi singkat, tapi bukan itu yang ingin Mega dengar.
"apa kamu mencintainya? " jawab Mega cepat, Abdi sedikit mengangkat alisnya mendengar istrinya menanyakan itu.
"tidak, sesuatu yang sudah menjadi masalalu itu harus di lupakan"
"terus sekarang kamu mencintai siapa? " tanya Mega lagi
****
Sore itu ayahnya Mala langsung di kebumikan, Mala begitu terpukul dengan ke adaan ini. Jec berdiri kaku di dekat Mala sampai saat ini Mala belum menceritakan apapun yang terjadi di rumah ibunya pagi itu. Mala memandangi kuburan ayahnya tetesan air mata tak mampu ia tahan tapi air mata itu buru-buru Mala hapus dia harus terlihat kuat di depan ibu dan kedua adiknya itu.
Setelah pemakaman itu selesai Mega membawa ibu dan kedua adiknya untuk bergegas pulang harena hari mulai mendung.
"Mala kita bicara sebentar! " Pinta Jec sambil menarik tangan perempuan itu.
"Tidak ada lagi yang perlu di bahas, aku akan tetap memperkarakan Maria calon istrimu itu"
"percuma Mala dengan keadaan mu yang seperti ini tidak akan bisa membuat Maria mengakui perbuatannya "
"kamu menakutiku? " tanya Mala penuh emosi
"tidak... aku sama sekali tidak menakutimu. kamu tidak kuat sekarang posisimu lemah dia memiliki kekuasaan yang sewaktu-waktu dapat menghancurkan kamu, terima tawaran ku ini aku akan bantu kamu"
"tidak perlu, bukankah seharusnya kamu membantu dia"
"aku tidak akan membantu dia, aku sudah membatalkan pernikahan ku dengannya"
"apa" Mala kaget mendengar itu
"aku lebih baik kehilangan segalanya dari pada hidup dengan perempuan barbar seperti itu, ayahku yang memaksa untuk menikah dengannya"
"dengar Mala aku akan bantu kamu karena saat aku di usir dari rumah dulu kamu yang sering menolongku jadi giliran aku akan bantu kamu"
Sejenak Mala terdiam ternyata masih ada tali persahabatan mereka yang dulu. Tapi tali itu tercerai berai setelah inseden Abdi gagal menikah dengan Tania.
****