Setelah menyelesaikan memasak untuk makan malam Mega memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Saat ini Abdi masih belum pulang karena ada beberapa kegiatan di kantornya dan itu tidak bisa di tinggalkan begitu saja. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00. Mega memutuskan untuk fokus dengan pekerjaanya diluar sana sudah mulai gerimis kecil-kecil musim penghujan seperti ini sering sekali mati lampu Mega sudah antisipasi itu jika sewaktu-waktu lampu padam.
Terlihat Mega membolak balik beberapa jurnal dan agenda yang sudah dilaksanakan di sekolah, laporan keuangan ini sudah memasuki triwulan ke dua, setelah bebas dari sidang SPJ laporan keuangan triwulan I sekarang di hadapkan untuk menyelesaikan laporan triwulan ke dua.
Sementara pak Zikri sudah seperti hantu setiap saat menagih laporan pertanggungjawabpan keuangan Bos yang di kelola oleh sekolah yang di bawah binaannya.
Tak heran siapa saja yang menjadi binaan pak Zikri akan menyelesaikan laporan itu tepat waktu. Jangan harap untuk bersantai ria karena Pak Zikri siapa dengan seribu omelannya. Mega yang notabennya adalah sepupunya orang yang paling dekat dengannya juga sering kena omelnya.
Mega mulai memijat keningnya karena sudah terlalu lama di depat komputer padahal di sekolah tadi dia juga menyelesaikan beberapa laporan peserta didik baru.
Arah pandangannya ke jam dinding yang tergantung manis di didinding kamarnya.
"apa mas Abdi masih lama pulangnya? " tanya Mega pada dirinya sendiri karena saat ini ia sendirian di rumah, tadi Abdi berjanji ia akan pulang lebih cepat jika sudah selesai urusannya. Tapi ini sudah lewat dari jam yang ia janjikan untuk pulang.
Mega kembali memfokuskan matanya ke arah laptop yang sedari tadi menyala, kamarnya yang terlihat sunyi sebenarnya dari tadi Mega memberanikan diri untuk tetap di kamar sebab kalau keluar ruangan akan terasa keheningan yang tercipta, tapi sialnya haus yang ia rasakan tidak bisa di tunda lagi akhirnya Mega memutuskan untuk keluar kamar sekedar untuk mengambil minum.
Saat Mega membuka pintu kamar saat itu juga pintu depan rumah terbuka, rasa kaget luar biasa yang Mega rasakan. Ternyata yang masuk kedalam rumah adalah Abdi yang baru pulang dari urusannya yang mendadak tadi.
"astagfirullah " elus Mega pada dadanya sendiri karena kaget, jantungnya bahkan terpompa lebih cepat.
"kenapa? " tanya Abdi yang bingung melihat istrinya malah berdiri kaku di dekat pintu kamar.
"tidak apa-apa, hanya kaget saja" jawab Mega setelah jantungnya mulai stabil.
"belum tidur? " tanya Abdi sambil mendekat ke arah istrinya itu Mega menggeleng pelan sebagai tanda ia masih harus bergadang malam ini.
"kenapa? masih ada pekerjaan? " tanya Abdi penasaran.
"masih.. sedikit" kata Mega sambil berjalan menuju dapur yang terletak tidak terlalu jauh.
***
Abdi membuka jaket yang tadi ia pakai dan menyampirkannya sembarangan di atas sofa kecil yang ada di kamar itu, badannya terasa panas karena tadi habis berlari dan mengangkat beberapa barang yang lumayan berat jadi dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum melakukan sholat isha yang sudah terlewat.
Arah pandang mata Abdi tertuju pada tumpukan berkas dan laptop yang menyala terang, dia dapat melihat beberapa tulisan dengan deretan angka yang rumit serta perhitungan yang mungkin hanya istrinya yang mampu memahami itu.
"apa dia tidak lelah dengan pekerjaan seperti ini" gumam Abdi di sela kegiatannya melepas baju atasnya karena sudah terasa sangat lengket.
Saat Abdi sukses membuka baju atasnya yang hanya selapis itu Mega membuka pintu, meraka berdua sama-sama kaget. Mega yang melihat pemandangan langka itu jadi salah tingkah sendiri karena baru pertama kali melihat orang melepas baju, Abdi malah terlihat bingung karena istrinya malah salah tingkah melihat dia tidak memakai baju atasnya.
"wah taimengnya tidak tepat nih" keluh Mega dalam hatinya ketika rasa malu itu menyusup ke dalam hati melihat suaminya melepas bajunya.
"maaf mas Mega tidak tau" Kata Mega sambil menutup pintu kamar itu dengan cepat tanpa aba-aba sedikitpun. Abdi yang melihat istrinya dengan cepat menutup pintu itu malah menarik suduk bibirnya membentuk sebuah senyuman.
Setelah pintu itu sepenuhnya tertutup Mega berusaha menenagkan dirinya duduk di sebuah sofa didekat televisi.
"lain kali ketok pintu Mega jangan sembarangan " keluh Mega pada dirinya sendiri.
"tapi diakan suamiku, kenapa aku harus malu?" tau deh jadi bingung sendiri" keluh Mega di sela rasa malunya yang masih tersisa.
***
Setelah makan malam yang dilakukan dengan kecanggungan yang masih tersisa, benar kata orang membangun perasaan dengan seseorang yang bahkan tidak lama di kenal itu sungguh sulit. Mega berusaha membangun perasaan pada mahkluk yang terkenal dingin tapi masih memiliki rasa peduli.
Mega kembali ke tempat duduknya untuk menyesaikan laporan yang di minta pak Zikri untuk di kumpulkan besok jika ada yang masih kurang dapat menyusul di kemudian hari. Sementara Abdi fokus dengan buku bacaannya yang sedari tadi di bolak baliknya, Mega bahkan terlihat sangat serius Abdi yang dari tadi duduk di sofa di kamar itu jadi terlihat seperti pajangan yang tidak di hiraukan. Jenuh dengan kediaman serta kesunyian yang ada Abdi mengatakan sesuatu.
"apa kamu akan bergadang lagi? " tanya Abdi
"sepertinya iya" sahut Mega sambil menampilkan wajah seriusnya kearah suaminya itu.
"ini sudah jam sepuluh malam Mega, kalau kamu sakit siapa yang repot " kata Abdi berujar lagi.
"sedikit lagi... " sahut Mega yang kembali fokus dengan layar laptopnya. Terlihat Abdi menaham emosinya dia meletakkan buku yang ada di tangannya itu sedikit kasar ke atas meja dan berjalan mendekati Mega yang masih sibuk tak tau waktu bahkan dia koropsi waktu tidurnya. terlihat Mega mulai mensave beberapa file yang sudah di ketiknya. Abdi mendekat mencabut kabel penghubung laptop dan stop kontak serta dia juga mencabut flasdis yang berjuntai manis di sisi laptop, Mega kaget dengan apa yang dilakukan suaminya itu.
"loh mas ngapain? kok di lepas semua ini belum selesai mas, filenya masih ada beberapa yang belum rampung" keluh Mega yang malah mendapat tatapan dingin oleh suaminya
"tidur sekarang! " pinta Abdi sambil memasukkan flasdis itu ke sako celananya dan berjalan cepat ke arah sofa yang tadi dia duduki.
"tapi tinggal sedikit lagi mas, balikin flasdisnya! " pinta Mega sambil mengikuti jalan Abdi bahkan ketika Abdi memutuskan untuk keluar kamar menuju dapur Mega masih mengikutinya, meminta agar flasdis itu di balikin.
"ayolah mas tinggal sedikit lagi... balikin ya flasdisnya! " pinta Mega masih dengan rengekannya.
"tidak" sahut Abdi cepat
"kamu harus istirahat tidak ada tawar menawar lagi" kata Abdi sambil meminum air di dalam gelasnya.
"sebentar saja ya.. " pinta Mega tanpa putus asa.
"baiklah... apapun yang mas Abdi pinta Mega kabulkan" kata Mega lagi putus asa karena suaminya benar-benar tidak bisa di ajak kompromi sedikitpun. Mendengar itu Abdi malah menarik sudut bibirnya seperti ada sesuatu di dalam kepalanya yang akan dia utarakan.
"benarkah? " tanya Abdi memastikan
"iya... tapi balikin dulu flasdisnya" pinta Mega lagi. Abdi mengeluarkan flasdis yang ada di dalam saku celananya yang dari tadi menjadi fokus pembicaraan mereka.
"kamu yakin tidak akan membatalkannya? " tanya Abdi lagi mencari kepastian di mata perempuan yang belum lama ini telah mencuri ketenangan hatinya.
"Mega yakin" katanya lagi dan Abdi menyerahkan flasdis itu lalu Mega menyambutnya dengan suka cita.
"mas Abdi mau apa, mau makan lagi atau begini saja besok Mega akan masakin masakan yang palinggg enak, bagaimana? " tanya Mega kepada suaminya yang dari tadi masih tak lepas pandangannya dari Mega.
Bukannya menjawab Abdi malah berjalan santai menuju kamar mereka sambil membawa gelas yang sudah dia isi dengan air putih.
"mas... ayolah mintanya apa? " tanya Mega sambil mengekori suaminya itu. Ketika pintu kamar itu sudah tertutup Abdi berdiri di tengah ruangan dan Mega berdiri di belakangnya dia membalikkan badannya dan mengatakan keinginannya kepada istrinya itu.
Mega menunggu apa yang akan di katakan Abdi kepadanya..
"saya ingin kamu sekarang" ucapa Abdi Ambigu Mega sedikit mengangkat alisnya karena bingung dengan permintaan suaminya itu.
"maksudnya? " tanya Mega lagi
"saya menginginkan kamu" kata Abdi menekankan kata-katanya.
"aku" ulang Mega dari sisi dirinya.
"kenapa? bukankah saya meliki hak penuh atas dirimu, jadi sekarang saya ingin kamu" kata Abdi lagi, Mega kelimpungan ketika memahami maksud "menginginkan" yang di katakan Abdi, Mega gugup ketika menanggapi itu sebab nanti atau sekarang Abdi pasti menginginkan dirinya.
"se... sekarang? " tanya Mega gugup yang sangat terlihat
"iya sekarang" jawab Abdi sambil meletakkan gelas berisi air itu di atas meja yang ada di kamar itu.
"bagaimana kalau besok malam saja? " tawar Mega lagi sebab ini mendadak dan dia tak melakukan persiapan apapun tapi yang namanya keinginan bukankah itu tak bisa di tebak.
"kenapa harus di tunda besok? saya akan tanya kamu sekali lagi. Apakah kamu siap memberikannya? jika tidak saya akan tunggu kamau siap, dalam hal ini saya tidak ingin ada paksaan dan saya juga sudah memberimu cukup waktu untuk mengenali kewajiban kamu sebagai seorang istri. jika saat ini kamu masih ragu atau tidak siap kita tunda saja" kata Abdi kemudian menunggu reaksi apa yang akan di timbulkan Mega ketika ia meminta haknya sebagai seorang suami yang memiliki kehalalan atas dirinya. Gematar yang terlihat bahkan Mega begitu erat menggenggam tangannya sendiri demi menutupi rasa gemetarnya, wajar ini yang pertama akan mereka lakukan.
"Mega siap" jawab Mega memantapkan hatinya sebab siap tidak siap itu tetap akan menjadi kewajiban yang akan ia pertanggungjawabkan nantinya, mungkin ketika dia mengatakan tidak siap Abdi akan memahami itu tapi bagaimana dengan kebutuhan batin itu yang tidak bisa di tawar-tawar.
"kamu yakin? " tanya Abdi lagi memastikan karena dia tidak ingin Mega terbebani dengan ini, siapapun pasti tidak akan mampu menahan hasrat terlalu lama apalagi melihat wanita yang sejatinya halal untuknya, selalu mondar mandir di depannya harus dia tahan untuk di sentuh demi sebuah penyerahan yang ihklas. Seorang laki-laki yang normal bohong jika tidak tergoda.
"yakin" jawab Mega lagi, sebuah senyuman terbit di wajah Abdi dan di susul senyuman hangat di wajah Mega.
Mega melirik jam dinding yang sudah menunjukkan hampir jam 11 malam.
Abdi mengajak Mega untuk mengambil wudhu dan sholat dua rakaat meminta perlindungan ketika mereka akan melakukannya nanti.
***
Sebelum mereka melakukan apa yang semestinya dilakukan oleh suami istri, mereka melakukan sholat dua rakaat demi menjaga diri mereka dari gangguan setan ketika mereka melakukannya nantinya. Megapa mereka menunda melakukannya padahal mereka sudah cukup dewasa untuk memahami itu karena sebelum memadukan kulit dengan kulit alangkah baiknya memadukan hati terlebih dahulu agar beban dan rasa takut itu sedikit berkuran karena mereka yang dulunya tidak saling mengenal. Dua orang asing yang di ikat dengan ikatan pernikahan.
Apabila seorang suami ingin menggauli istrinya, janganlah dia terburu-buru sampai keadaan istrinya benar-benar siap, baik secara fisik, maupun secara psikis, yaitu istri sudah sepenuhnya menerima keberadaan suami sebagai bagian dari dirinya, bukan orang lain.
Dalam hal ini Mega sedikit banyak telah belajar kewajiban yang memang harus di lakukan oleh sepasang suami istri.
Begitu pula ketika suami telah menyelesaikan hajatnya, jangan pula dirinya terburu-buru meninggalkan istrinya sampai terpenuhi hajat istrinya.
Inilah yang membuat Abdi menekan keinginannya terhadap istrinya karena Mega harus siap lahir batin ketika menyambut kedatangannya dengan hak yang ia bawa bersamanya.
"Mega maafkan saya" pinta Abdi yang tulus, karena perempuan yang duduk manis di depannya ini telah mencuri hampir sepenuhnya hati yang telah lama mati akibat terlalu sakit ketika di tinggalkan dan hal itu menjadi kenangan pahit dan mungkin akan terlupan seiring berjalannya sang waktu.
Mega melayangkan sebuah senyuman yang manis untuk mahkluk yang bernama suaminya ini.
Keduanya merasa canggung karena hal ini tidak pernah mereka lakukan. Abdi meletakkan tangannya di atas kepala mega dan mulutnya mulai membacakan do'a di atas ubun-ubun istrinya itu.
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya (istri) dan kebaikan tabiatnya, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan tabiatnya."[HR. Bukhari dari sahabat Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallaahu 'anhu].
Setelah do'a itu selesai di bacakan Abdi mencium kening istrinya dan memulai apa yang menjadi haknya atas istrinya itu. Mereka bertasbih dalam setiap hembusan nafas dan mensyukuri atas nikmat yang telah Allah berikan. Allah telah menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan janganlah kamu mendustakan itu.
***
Dia telat jam sudah menunjukkan pukul 7.30 bagaimana mungkin Abdi tidak membangunkannya, memang ini salah Mega yang kembali memutuskan untuk tidur lagi setelah sholat subuh padahal suaminya sudah melarangnya untuk tidur lagi.
"kenapa Mega tidak di bangunkan? " gerutunya kepda Abdi yang nutabennya harus membangunkannya.
"saya sudah membangunkan mu tapi kamu tidak mengindahkan panggilan saya" sahut Abdi yang sudah siap berangkat.
"sekarang Mega telat" Rengeknya
Abdi yang niatnya ingin berangkat lebih dulu mendekati istrinya itu yang sama sekali masih belum siap untuk berangkat kerja. Dia mengulurkan tangannya dan menyentuh leher Mega ada hawa panas yang di timbulkan tibuh Mega sepertinya sedang panas dan Mega juga terlihat pucat.
"apa kamu sakit? Tanyannya
"tidak" jawab Mega
"badan kamu panas, ini akibatnya kalau kamu keseringan bergadang. saya akan mintakan izin kamu untuk libur dulu hari ini"
"tapi" sahut Mega yang ingin membantah
"saya tidak ingin ada bantahan Mega, kamu di rumah saja hari ini" tutup lelaki itu tanpa mau di tolak. Akhirnya Mega izin bekerja hari ini berkat bantuan Abdi yang menghubungi Willy akhirnya Mega mendapatkan izin cuti sakit.
Seharian di rumah membuatnya sangat bosan tidak ada pekerjaan berarti yang dia lakukan Abdi selalu saja menelponnya untuk tidak melakukan apapun.
***
Pintu rumah itu di ketuk beberapa kali awalnya Mega tidak ingin beranjak dari sofa karena dia sedang menonton acara Tv yang di gemari ibu-ibu kompleknya. tapi ketukan di pintun itu begitu kencang dengan berat hati dia melangkah dan membuka pintu itu tapi dia begitu kaget karena yang datang adalah Mala perempuan itu, perempuan yang tidak ingin dia temui. Mega ingin menutup kembali pintu itu tapi ada tangan lain yang menghalangi agar pintu itu tidak tertutup sempurna. Setelah putus asa tidak dapat menutup pintu itu akhirnya Mega berkata seolah putus asa.
"mau apa lagi" sahutnya
"Mega dengatkan kami dulu" sahut Jec.
"tidak aku tidak mau mendengar apapun" Mega menutup telinganya sendiri, dia tidak mau mendengar apapun dari perempuan yang telah berani terang-terangan menyatakan cintanya kepada suaminya itu membuatnya sakit hati, Mega tidak ingin mendengar itu lagi apalagi setelah penyerahan dirinya seutuhnya kepada suaminya itu.
"aku datang ke sini bukan untuk mengambil apa yang sudah menjadi milikmu" sahut Mala
"aku ke sini dengan membawa sejuta permohonan maaf, mega maafkan aku.. maaf atas semua perbuatanku maaf untuk semua tingkah ku kepadamu" sahut Mala lagi hampir putus asa karena Mega seolah enggan untuk mendengar itu.
"Mega dengar aku" kata Mala lagi menarik tangan Mega yang berusaha kuat untuk menutup telinganya.
"aku minta maaf" sahutnya hampir menangis padahal Mala tak pernah menunjukkan kelemahannya di depan siapapun. Luluh akhirnya Mega dia melihat ketulusan di wajah perempuan itu tapi Mengapa dia meminta maaf.
"kenapa kamu meminta maaf? bukankah kamu sudah berkali-kali mengganggu kehidupanku" tanya Mega penuh selidik.
Bukannya menjawab Mala malah menubruk Mega, memeluk perempuan itu begitu erat bahkan tangannya bergetar hebat tapi mulutnya seolah bisu dia tak mampu mengatakan apapun.
"karena aku sadar terlalu sering menyakiti orang-orang baik yang ada di sekelilingku maka aku akan selalu mendapatkan karma, aku sudah fikirkan itu matang-matang aku hanya ingin meminta maaf kepadamu tolong maafkan aku! " pintanya di sela pelukannya kepada Mega.
"tapi bagaimana perasaan mu kepada suamiku? " tanya Mega
"aku akan berusaha membuang rasa itu, karena ku fikir Abdi akan baik-baik saja jika dengan kamu"
"baiklah aku memaafkan mu" sahut Mega
"terimakasih Mega, terimakasih aku akan menjadi teman kamu, aku akan menjadi orang yang pertama akan membelamu" sahut Mala dengan penuh suka cita. Mega melihat ketulusan di wajah perempuan itu semoga apa yang di ucapkan Mala sesuai dengan hatinya. Jec yang ada di sana akhirnya merasa lega ketika Mala berdamai dengan perasaannya sendiri apalagi Mega itu memang cocok dengan Abdi.
***
"sudah lega" tanya jec ketika mereka sudah meninggalkan rumah Mega.
"sudah dan ini entah kenapa membuat aku serasa kehilangan beban berat di pundakku" sahutnya tenang.
"itu namanya kamu ikhlas" sahut Jec yang masih setia dengan kemudinya.
"sepertinya ikhlas itu lebih baik dari pada memaksakan, kini tinggal bagaimana cara agar Tania tidak bertemu dengan Mega, aku membenci perempuan penipu itu"
"kita lihat dulu pergerakan perempuan itu sampai dimana, saat ini sepertinya dia sedang fokus untuk menyingkirkanmu melalui tangan Maria"
"maria perempuan itu harus membayar mahal karena sudah berani mengusikku"
"tidak usah terlalu dendam seperti itu" sahut Jec yang entah kenapa menyentuh kepala Mala.
****