setelah berhasil kabur dari rumahnya, ia kembali ke apartemen milik Veris tanpa sepengetahuan seorangpun. ia menekan bel berkali-kali dengan perasaan yang memburu, sebuah rasa takut yang teramat yang ia rasakan membuat nafasnya tersedat-sendat. rasa lelah yang ia rasakan tidak ia hiraukan hingga keringat dingin pun bercucuran keluar menyelimuti seluruh tubuhnya dan wajahnya membuatnya semakin pucat.
beberapa menit berlalu hingga pintu itu pun terbuka dengan seorang pria tampan yang berada di dalamnya menatapnya dengan penuh ke heranan. belum sempat ia berkata-kata apapun gadis yang ada dihadapannya mulai tumbang dihadapannya. ia menggendong gadis yang malang ini masuk ke apartemennya dengan perasaan khawatir dan takut, membaringkannya di ranjang dan mulai bertanya. "apa yang telah terjadi ?" sambil mengusap pipi dan kening gadis itu. ia tak menemukan jawaban atas pertanyaannya yang ia dapati adalah gadis yang ia cintai terlihat sangat buruk, wajahnya sangat pucat dan lemas, pakaiannya lusuh dan penuh keringat. "istirahatlah, aku akan membawakanmu sesuatu". mengecup kening gadis itu dan mulai berdiri pergi menyiapkan segelas air mineral.
"minumlah dan beristirahatlah kau terlihat sangat buruk kali ini" membantunya untuk minum dan menata tempat tidurnya. ketika gadis itu mulai memejamkan matanya ia mulai beranjak pergi dan menutup pintu kamar.
waktu berlalu begitu cepat hingga tak terasa waktu menunjukan pukul 07.10 Pm, waktu makan malam sudah tiba ia mengambil handphone nya dan menekan layar di handpone nya, ia memesan makanan untuk dua porsi dan pergi untuk mandi dan mengecek kondisi dari gadis yang tertidur di kamarnya itu.
"kau sudah bangun?" gadis itu mengangguk. "apa kau lapar? aku telah memesan makanan untuk kita. Zia mengangguk lagi. "kita bicara setelah makan kau bisa membersihkan tubuhmu dulu" sambil menunjuk ke arah gadis itu.
mereka makan bersama di ruang tengah, suasana hening terjadi selama makan malam itu berlangsung hingga mereka berdua akhirnya mengakhiri makan malamnya. Zia bingung harus berkata dan bercerita dari mana, begitupun dengan Veris ia tidak mungkin memulai pembicaraan disaat orang lain tidak mau bicara.
"nikahi aku" kata itu keluar dengan berbagai kekuatan yang ia kumpulkan. "apa? apa yang kau katakan? " jawab Veris heran.
"nikahi aku secepatnya bila perlu sekarang juga" dengan berbagai pertimbangan ia takut ayahnya menjemputnya dan memasukan Veris ke penjara. "apakah aku tidak salah dengar? apakah kau baik-baik saja?" pria itu merasa sangat terkejut. Gadis itu mengangguk dengan mantap dan mulai bercerita.
"jadi kau harus menikahiku secepat mungkin". pintanya. " bagaimana bisa aku menikahimu, bukankah kau tidak hamil bukan, aku belum siap untuk menikah denganmu. bukankah kita harus memikirkannya matang-matang. kita belum lulus dan belum bekerja bagaimana kita bisa menjalani pernikahan kita" penjelasan Veris.
"tenang saja aku akan lulus tahun ini dan lagi aku tidak akan meminta apapun dari mu dan aku akan bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita". jelas Zia.
"tapi keluargaku pasti tidak akan menyetujuinya terutama ibuku" Veris mulai merasa risau.
"aku tidak mau kau masuk penjara gara-gara aku. untuk itu kau harus menikahiku, hanya itu solusinya dan lagi kau bisa merahasiakan pernikahan kita. kita hanya perlu menikah untuk menghindari masalah". pinta Zia.
"baiklah kita akan menikah di akhir pekan ini bagaimana, kita bisa mencatatkan pernikahan kita tapi aku minta maaf mungkin tidak ada perayaan pernikahan seperti orang-orang apakah tidak apa-apa?" jelasnya.
gadis itu mengangguk dengan pasti menyanggupinya.