"apa kau sudah mendengarnya bahwa anak gadis dari keluarga Pratama telah kabur" Andi Sanjaya sedang duduk di ruang tamu dan meminum kopinya.
"ya, aku sudah tau" jawab putranya itu.
"tapi mereka masih berusaha menutup-nutupinya. bukankah sudah aku katakan dia akan mengecewakanmu, dia lari di saat lulus kuliyah dan hampir kau nikahi. dan sekarang kau masih mengharapkannya, dia tidak menginkanmu,... sambil menghisap rokoknya.
"mungkin kau kurang tampan, haha"...mengejugje. "dasar anak kecil masih sempat dia main lari-larian dengan keluarganya sendiri, bukankah itu sifat kekanak-kanakan." celetuk Ayahnya. pria yang ada di depannya tak menjawab apapun hanya fokus akan leptopnya. Ayahnya mulai berdiri dan berjalan melewati anaknya itu. "Ayah akan mencarikanmu calon yang baru".menepuk pundak anaknya itu. "tidak, aku akan mencarinya sendiri". "baiklah, ingat umurmu. kami harap kau tidak terlalu tua untuk dipilih oleh gadis-gadis diluar sana".
sebenarnya banyak sekali yang mendekati Tama dan ingin menjadi istrinya tapi. aku masih ingin mengawasinya sedikit lagi. dan apakah aku kurang tampan? benarkah itu. pria itu berfikir sejenak.
Zia masih bergulat dalam fikirannya, kenapa bisa seperti ini. bukankah namanya Veris tapi kenapa selama ini dia tidak mengetahui bahwa nama aslinya adalah Fian Aditiya. apa yang terjadi sebenarnya? apa aku terlalu bodoh... apakah dia selama ini hanya ingin bermain-main saja denganku.
"Fian Aditiya" serunya kepada suami barunya itu. "hm" jawab pria itu.
awalnya ia tidak ingin membahasnya tapi perasaan tak karuan itu mendorongnya untuk menanyakan semuanya. " itu namamu bukan? " ya benar, kenapa?" pria itu bertanya dengan santai sambil melanjutan aktifitasnya. "bagaimana dengan nama Veris itu?" tanyanya lagi. "oh itu, itu nama samaranku. kau taukan cowok itu sering memakai nama samaran atau nama palsu dalam kelompoknya termasuk juga untuk berkenalan dengan seorang gadis...haha..." ia tertawa garing. "sudahlah bukankah bukan masalah penting nama itu, duduklah disini". Gadis itu masih merasakan rasa yang tidak nyaman. rasa yang aneh yang tak bisa dia ungkapkan, seseorang pria yang tak pernah serius akan hubungannya akan selalu merahasiakan identitasnya. ah bisa saja dia lari meninggalkanku...,tapi aku juga harus mempersiapkan akan hal itu.
mereka duduk bersama di depan televisi. semua acara terasa membosankan, iklan diputar secara berulang-ulang sampai kita hapal setiap alurnya. Pria itu mulai merebahkan kepalanya kepundak gadis yang duduk tenang disampingnya di sofa itu. leher putihnya terlihat bersih putih bagaikan porselin keramik, begitu nyaman dan harum, sesekali pria itu menghirup aroma tubuh dari gadis yang ada di sampingnya. tapi gadis itu masih membisu, mematung, tatapannya hanya tertuju pada televisi yang menayangkan acara yang membosankan.
pria itu melingkarkan lengannya di pinggang gadisnya itu dan mulai menghirup aroma tubuh dari gadis itu dan mulai dengan aksinya. "apa yang kamu lakukan" gadis itu mendorong wajah pria itu menjauh." aku mau ke toilet" gadis itu berdiri dan lari ke toilet. pria itu menatapnya bagaikan seekor anak kucing yang memohon sesuatu.