hubungan mereka semakin lama semakin membaik bahkan mungkin timbul rasa nyaman yang membuatnya menjadi candu. saling membutuhkan membuat mereka selalu ingin bersama, saling berbagi dan memberi. bahkan tak jarang Veris membawa Zia ke apartemennya. Apartemen yang ia sewa selama kuliyah. Veris jarang sekali pulang kerumahnya karena merasa tidak nyaman dan memutuskan tinggal sendiri selama kuliyah.
Apartemen itu tidak begitu besar, hanya ada ruang tamu, kamar tidur dan dapur kecil. Apartemen itu hanya ia tinggali sendiri, tapi kadang-kadang sesekali teman kuliyahnya akan menginap jika sedang berkumpul dan membuat semuanya berantakan. Bisa dibilang Veris anak yang rapi, suka kebersihan dan rajin, dapat terlihat dari susunan buku di rak buku, sepatu, dll. semuanya terlihat ideal, tapi entah kenapa ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak sempurna. ya keluarganya sudah lama broken home bahkan sejak dia masih di taman Kanak-kanak, sering kali dia melihat orangtuanya bertengkar dengan keras. ketika ia menginjak di sekolah menengah pertama, ayah dan ibunya memutuskan untuk resmi berpisah. itu yang membuatnya sering bergaul dengan pemuda yang kurang baik.
Zia mulai merasa bersimpati dengan semua itu dan mulai menaruh perhatian terhadapnya. tentang masa lalunya, Veris tidak pernah mau menceritakannya, bahkan ketika dipaksa sekalipun ia lebih memilih diam dan menyendiri. perlu perjuangan keras untuk mengetahuinya. dibalik semua senyuman manis itu tersimpan kenangan buruk yang ingin sekali ia lupakan.
di apartemen itu, hanya ada mereka berdua Zia merasa sangat canggung dan aneh, Zia tidak pernah melihat celana-celana pria sebelumnya. karena celana yang sering dipakai ayahnya dan kakaknya jauh berbeda dengan yang dipakai Veris. bahkan Zia baru pertama kali melihat celana dalam laki-laki. Zia melihat sekeliling memperhatikan detail demi detail.
"kenapa kamu mau tinggal disini, disini begitu sempit" tanya Zia. "karena aku menyukainya" jawab Veris singkat dan meletakan segelas air minum di depan Zia serta mulai duduk dan melanjutkan kata-katanya "seperti dirimu bila aku menyukaimu aku tidak akan perduli bagaimanapun bentukmu dan pendapat orang tentangmu, aku akan tetap menyukaimu dan akan selalu bersamamu" goda Veris di telinga gadis yang sedang meminum minumanya dan hampir tersedak. Zia tersipu malu dan wajahnya mulai memerah. suasana di sana begitu hening karena hanya ada mereka berdua dan kata-kata itu seakan-akan berdengung di terlinganya. Veris mulai mendekat dan mendekat bagaikan seekor kucing yang melihat mangsanya perlahan dan perlahan membuat langkah pasti, matanya nan seksi itu menatap dengan fokus dan mulai mencium gadis manis yang tersipu malu dengan pipi merahnya. ciuman itu sangat mesra hingga terasa hasrat yang mulai menjalar di sekujur tubuh mereka masing-masing mulai mengambil alih hingga tanpa sadar mereka telah berjumbu dengan sangat intim hingga lupa akan semua pembatas yang ada, yang ada hanyalah kenikmatan yang mereka rasakan. suara desahan dan raungan menghiasi ruang yang sepi itu hingga keduanya tak memiliki tenaga lagi dan mulai tertidur. walaupun ini masih terasa aneh untuk gadis ini tapi dia mulai terbiasa dan mulai menikmatinya.
kebersamaan yang selama ini tak pernah ia duga seakan-akan menjadi candu yang membuatnya tak pernah merasa puas bahkan selalu menginginkan lebih. bukan sebuah cinta tapi nafsu yang menyiksa. "apakah kau mencintaiku ?" pertanyaan yang sama yang pernah Zia tanyakan bahkan hampir dengan jawaban yang sama hanya bedanya "bukankah kau juga sama nafsunya denganku" jawab Veris santai sambil tersenyum tipis. Zia tersipu malu sangat malu bahkan dia gugup untuk meresponnya, sambil salah tingkat Zia berkata "kenapa apa tak boleh? bukankah kau yang mengajarinya" tersipu malu sambil menundukan kepalanya di dada Veris seperti anak kecil. dan Veris pun membelai rambut panjang Zia dengan lembut. semua prilaku lembut Verislah yang membuatnya nyaman seolah-olah mereka saling memiliki.
Veris mulai membatasi semua aktifitas Zia di medsos dengan mengubah status pertemanan mereka menjadi berpacaran. -berpacaran dengan sang malaikat jahat-
Zia pun tidak merasa keberatan akan hal itu dan merasa tidak perlu untuk memperdulikannya. hanya ada satu orang yang sangat memperdulikan akan hal itu, bahkan sangat sangat merasa terganggu dengannya. Fandi berusaha menghubungi Zia berkali-kali tapi Zia tidak mau menghiraukannya. bahkan Fandi tidak segan-segan mencaci maki Veris dengan kata-kata kasar di sosmed karena merasa pria tersebut telah merampas kekasih hatinya, tapi Veris pun tak mau ambil tindakan dan mengabaikannya, usaha Fandipun berakhir tanpa membuahkan hasil bahkan akun sosmednya telah di block.
setiap akhir pekan Veris dan Zia habiskan untuk bergulat bersama. entah kenapa sebuah kesalahan yang selalu ia benci kini menjadi sebuah kesenangan tersendiri dan benar saja rasa itu bisa menghilangkan semua perasaan dan semua permasalahan yang ada, dan rasa itu pula yang membuat wanita ini kehilangan akal sehatnya dan mengabaikan semuanya. hingga sebuah masalah yang besar benar-benar terjadi sebagai akibat dari perbuatanya itu. ia sering tidak masuk kuliyah dan menginap di apartemen Veris untuk beberapa hari. itu yang membuatnya mendapatkan masalah besar ketika ada yang melaporkannya kepada orangtuanya.
"Zia, kakakmu tadi datang untuk menjemputmu tadi" kata Elis