Perlahan Arisa mulai menggerakkan tangannya sendiri dan mencoba untuk merogol selangkangannya yang mulai basah di balik roknya yang telah tersingkap. Wajah Arisa yang tepat berada langsung di hadapan wajah Ranata memperlihatkan ekspresi yang penuh akan nafsu birahi, sesuatu yang pertama kali ini baru dilihat oleh mata Nia dan Ranata. Paras wajah Arisa yang begitu manis tampak begitu seksi dan menggairahkan. Racauan dan erangan bercampur dengan nafas Arisa yang memburu menghantam wajah Ranata semakin membangkitkan gairah mereka berdua.
"Akkkhhhh.... Aku..., Sudah...., Tidak... tahan... Mau bilang...."
Dengan terengah – engah, Arisa berusaha menyampaikan sesuatu kepada Ranata meski tangannya tidak berhenti merogol – rogol vaginanya yang masih terbalut celana dalam berenda berwarna hitam yang tampak begitu seksi untuk dipakai pergi ke sekolah. Nia dengan takjub semakin menyingkap rok Arisa dan menatap permainan jari – jari Arisa yang begitu lihai bergerak di selangkangannya, memainkan vaginanya dengan cepat berusaha mengejar kenikmatannya sendiri sambil menggoyangkan pantat dan pinggulnya dalam sebuah tarian erotis penuh nafsu.
Arisa yang sudah tak berdaya dalam pengaruh obat cinta buatannya sendiri mulai menarik nafas panjang dan bersamaan dengan klimaks pertama yang dirasakannya, dia teriakkan perasaan yang selama ini dia pendam dalam – dalam di hatinya.
"Aku sudah lama jatuh cinta padamu!"
Sambil meneriakkan perasaannya tersebut, Arisa menekankan jari – jari tangannya di vaginanya yang langsung muncrat mengeluarkan air mancur yang membanjiri paha dan selangkangannya, menembus celana dalam berenda yang dikenakannya. Seluruh tubuhnya bergetar dan pinggulnya mengejang, melengkungkan punggungnya yang membusur menolakkan kepalanya ke atas dan ke belakang.
"Aaaaaaakkkkkhhhhhh~!!!"
Sambil menggelinjang dengan hebat dengan posisi menungging di atas tubuh Ranata, Arisa mengeluarkan teriakan penuh nikmat yang tidak tertahankan menggema mengisi seluruh ruangan kamar pribadinya.
Celana dalam Arisa yang berwarna hitam basah kebanjiran dan menjadi lengket, menempel dengan daerah pribadinya, memperlihatkan siluet lekuk – lekuk lembah kenikmatan yang begitu merangsang mata. Jari jemari Arisa yang lentik tetap tidak berhenti memainkan lubang kewanitaannya meski cairan cinta terus mengalir keluar membasahi paha dan selangkangannya.
Arisa masih saja terus memuaskan dirinya sendiri tanpa henti meski sudah terbuai dalam kenikmatan orgasme. Matanya tetap menatap langsung ke mataku dengan tatapan penuh cinta bercampur dengan hasrat birahi yang meluap – luap dari dalam hatinya. Wajah kami berada begitu dekat satu sama lain, hingga nafas kami beradu dan bercampur menjadi satu.
Nia yang masih terduduk di atas kakiku memandangi selangkangan Arisa yang telah basah kuyup kebanjiran sambil berkata,
"Akhirnya kamu bisa jujur juga dengan perasaanmu, Arisa...."
Dengan tatapan mata penuh kasih sayang, Nia memandangi tubuh Arisa yang masih mengejang karena orgasme yang baru saja dialaminya. Kupeluk tubuh Arisa yang roboh menindih tubuhku sambil mengomantari kata –kata Nia barusan.
"Kamu bilang begitu, tapi apa kamu tahu obat macam apa yang barusan dia minum?"
"Sama dengan obat cinta yang dulu kuminum, kan? Yang bikin aku jadi nafsuan dan pengen dirimu melulu~" Dengan tersenyum manis, Nia membalas perkataanku dan kemudian lanjut berkata,
"Ranata sayang, ayo tunjukkan sisi jantanmu. Kamu pacarku, kan?"
"Akkhhhh ahhh~ Aku suka banget sama Ranata."
Arisa yang berada dalam pelukanku menggeliat dan bergerak merayapi tubuhku. Dia dekatkan wajahnya dengan wajahku dan mulai menjilati pipi dan bibirku dengan penuh nafsu. Payudaranya yang berukuran sedang dan masih tertutup seragam sekolah menekan dadaku memberikan sensasi kenyal yang penuh nikmat. Vaginanya yang basah masih tertutup celana dalamnya yang lengket bergesek – gesek di paha dan selangkanganku.
Setiap gerakan tubuh Arisa yang terlihat begitu sexy dengan pakaian yang sudah setengah tersingkap membuat penisku semakin tegak berdiri dengan semua rangsangan yang dia berikan padaku.
"Tunggu, Arisa! Pelan – pelan!"
Dengan semua rangsangan ini aku hampir tak sanggup untuk menahan godaan yang kini ada di hadapanku. Arisa bergerak erotis di atas tubuhku disaksikan oleh kekasih hatiku Nia. Aku bingung harus bagaimana, haruskah kuturuti nafsuku dan bercinta dengan Arisa, sementara Nia kekasihku menyaksikan semuanya di depan mata kepalanya sendiri?
Nia yang penuh pengertian tampaknya mengerti kekhawatiran dan dilema yang ada di pikiran kekasihnya. Dia segera mendekati dan memeluk tubuh Arisa dari belakang. Diangkatnya tubuh Arisa yang semula rebah di atas tubuhku hingga terduduk di atas selangkanganku, merangsang penisku dengan belahan pantatnya yang kencang dan empuk. Perlahan dilucutinya seragam sekolah yang masih dikenakan oleh sahabatnya tersebut hingga memperlihatkan kedua payudara yang masih tertutup oleh bra hitam berenda yang sangat matching dengan celana dalamnya.
"Ayo, Arisa. Perlihatkan tubuhmu pada Ranata."
Sambil tersenyum manis memandangi kekasihnya, Nia menggerakkan tangannya ke dada Arisa. Dibukanya clap depan bra Arisa sehingga kedua payudaranya langsung membal melompat bebas keluar, memamerkan kedua buah dadanya yang ternyata berukuran cukup besar dan selama ini tersembunyi di balik branya. Kedua tangan Nia mulai meremas – remas buah dada Arisa seperti mengolah adonan roti. Payudara Arisa begitu elastis menerima setiap remasan tangan sahabatnya dan menuruti setiap bentuk mengikuti gerakan tangannya. Tak lama kedua puting susu Arisa terlihat jelas mulai mengeras dan menonjol. Dengan lembut, Nia menjepit kedua puting susu sahabatnya ini dengan jari jemarinya dan mulai mencubit, menarik, mempermainkan dan memutar – mutar puting susu kana dan kiri Arisa.
"Ayo, kalau kamu kurang berani, nanti Ranata tidak menikmatinya lho~"
Sambil memainkan buah dada dan puting susu Arisa, Nia mengecum lembut pipi kiri Arisa dan mulai menjilati pipi dan lehernya untuk semakin merangsang tubuh sahabatnya ini.
Arisa memejamkan matanya menikmati pemainan tangan dan lidah sahabat terdekatnya itu. Sementara dapat kurasakan juga bahwa selangkangan Arisa menjadi semakin becek dan cairan cintanya merembes keluar menembus celana dalam yang masih membalut daerah pribadinya hingga membasahi paha dan selangkanganku tempat dirinya terduduk.
"Tidak... Aku... Aku cinta kalian berdua..."
Sambil terpejam, Nia yang mabuk dalam kenikmatan seksual mulai mendesah dan meracau. Dikeluarkannya semua isi hati dan perasaan yang dipendam oleh dirinya sampai saat ini. Nia tersenyum mendengar pengakuannya dan perlahan dia memindahkan tangan kanannya yang semula meremas – remas dada Arisa bergerak turun meraba dan mengusap – usap tubuh Arisa dengan ujung – ujung jarinya yang langsung menyentuh kulit. Tubuh Arisa terkadang menggelinjang dan mengejang karena semua rangsangan yang dialaminya.
Arisa kini duduk mengangkang di atas tubuh Ranata yang masih terbaring di atas ranjangnya. Pantatnya yang duduk di atas selangkangan nya dirangsang oleh gesekan – gesekan halus dari penisnya yang berdiri. Vagina Arisa yang basah kuyup dapat terlihat jelas di balik celana dalamnya yang menjadi setengah transparan karena basah dan lengket menampilkan siluet lembah kewanitaannya yang begitu indah.
Di hadapan mata Ranata, tangan Nia dengan nakal bergerak mulus menyusup ke dalam celana dalam Arisa dan mulai bergerak – gerak mengusap - usap vaginanya. Siluet pergerakan jari jemari kekasihnya yang begitu erotis mempermainkan vagina sahabatnya di depan mata kepalanya sendiri sementara penisnya yang dijepit oleh pantat Arisa dan selangkangan Nia yang kini memeluk erat tubuh Arisa dari belakang terasa ingin segera meledak dengan semua rangsangan yang diterima oleh dirinya.
"When Angel (Nia) and Devil (Arisa) meet, there is truly a mix of Heaven and Hell!"
Hal itu lah yang terlintas dalam pikiran Ranata ketika melihat sepasang wanita yang merupakan sahabat dan kekasihnya bercinta di atas selangkangannya sendiri....