Arisa dan Ranata kembali mengubah posisi persetubuhan mereka.
Kali ini Arisa terduduk di atas selangkangan Ranata, memunggungi sang lelaki yang berbaring di atar ranjang dengan kedua tangannya menahan pinggul Arisa. Arisa menggerakkan pinggulnya yang ditahan oleh tangan Ranata naik dan turun, membuat penis Ranata yang sudah berdiri dengan tegaknya keluar – masuk dan menghantam berbagai bagian dalam vagina Arisa, memberinya sensasi kenikmatan yang berbeda dari posisi – posisi sebelumnya.
Arisa dengan mudah dapat mengatur posisi tubuhnya saat dirinya bergerak naik dan turun di atas tubuh Ranata, sehingga dia dapat merangsang berbagai bagian yang berbeda dalam vaginanya sesuai dengan keinginan hatinya. Hal ini membuat dirinya merasakan kepuasan tersendiri dalam menentukan bagian mana di dalam vaginanya yang ingin diberi rangsangan kenikmatan saat berhubungan intim dengan sang lelaki pujaan hatinya tersebut.
Setelah mereka berdua sudah terbiasa dengan posisi tersebut, Ranata pun mulai menggerakkan pinggulnya berlawanan dengan arah gerakan pinggul Arisa. Ketika Arisa menaikkan pinggulnya ke atas, Ranata menurunkan pinggulnya hingga menekan ranjang, sehingga penisnya keluar sampai hanya tersisa ujung kepalanya saja yang dijepit oleh bibir vagina Arisa. Saat Arisa menurunkan pinggulnya ke bawah, Ranata menyodokkan pinggulnya ke atas yang membuat penisnya yang sudah berdiri dengan tegak melesak masuk dan menghantam bagian terdalam vagina Arisa, bergesekan dengan berbagai daerah di dalam vaginanya, mulai dari bibir vagina Arisa yang menjepit serta menahan penisnya agar tidak keluar dari mulut vaginanya, melewati setiap bagian dinding – dinding vagina Arisa yang begitu ketat dan kencang memijat – mijat penis Ranata tanpa henti, hingga akhirnya sampai di bagian terdalam lliang kenikmatan Arisa dan membentur pintu rahimnya.
"Aaaakkhhhh~!!! Penis Ranata hebat banget~!!!"
Arisa mengeluarkan teriakan penuh gairah mengagumi betapa nikmatnya bersetubuh dengan lelaki idaman hatinya ini. Dirinya begitu menikmati persetubuhan yang mereka lakukan. Betapa tidak, dengan posisi sekarang ini, Arisa tidak hanya dapat merangsang daerah G - Spot yang merupakan titik kenikmatan dirinya, Arisa juga dapat dengan mudah merangsang berbagai daerah yang tidak pernah disodok oleh ujung penis Ranata sebelumnya, seperti misalnya bagian belakang dinding vaginanya. Hal ini memberikan sensasi baru yang terasa segar menambah nikmatnya permainan cinta mereka.
"Aaahhh..... Aaaaahhhhh!!!! Isi perut... ku... Dipompa – pompa terus – terusan...!!!!"
Nafas Arisa yang tersengal – sengal tidak menghentikan gerakan pinggulnya naik turun di atas selangkangan Ranata. Malahan mereka berdua semakin bersemangat memacu pinggul mereka dan beradu kelamin dengan intens.
"Arisa..., aku sudah mau keluar....!"
Ranata yang sudah merasakan klimaks yang semakin mendekat dan akan segera meletus di ujung kepala penisnya memperingatkan Arisa yang menggerakkan pinggulnya dengan semakin cepat penuh gairah dan semangat.
"Aku keluar di dalam, boleh?"
"Iya..., nggak apa - apa..., Ran... Keluarkan saja semuanya... di dalam..."
Dengan nafas yang tersengal – sengal, Arisa masih berusaha menjawab pertanyaan Ranata. Ranata pun memacu gerakan pinggulnya semakin cepat.
Tiba – tiba Ranata menghentakkan pinggulnya dengan keras menyodok bagian terdalam vagina Arisa yang membuat kenikmatan yang begitu luar biasa menghantam diri Arisa secara tiba – tiba hingga membuat kedua kakinya lemas dan tubuh Arisa yang sudah tidak kuat lagi bertahan pun terjungkir ke depan hingga tertungging di atas kasur. Ranata pun bangkit maju ke depan dan terus menyodok vagina Arisa dari belakang dalam posisi doggy – style. Dipegangnya pergelangan tangan kiri Arisa dengan tangan kirinya sementara tangan kanan Ranata menahan pinggul Arisa. Tubuh Arisa tersentak membusur ke atas menerima setiap sodokan keras dari selangkangan Ranata yang menepuk – nepuk pantatnya yang putih dan mulus. Kedua payudara Arisa yang membusung berayun – ayun ke atas dan ke bawah seiring dengan hentakan pinggul mereka berdua. Nafas Arisa dan Ranata semakin memburu dipacu oleh betapa intensnya persetubuhan mereka berdua.
"Ran..., Tembakkan semuanya sampai ke ujung rahimku...! Buat vagina ku menyembur dengan sperma mu...!" Teriakan Arisa yang penuh nafsu menggema memenuhi seisi ruangan kamarnya yang telah dipenuhi oleh aroma seks yang begitu kuat.
"Kamu yakin, Ris? Bagaimana kalau nanti hamil?"
Dengan sisa – sisa akal sehat yang masih ada di pojok pikirannya, Ranata menanyakan hal yang paling penting di momen yang krusial ini. Mereka sekarang sudah kelas tiga, tinggal sebentar lagi akan menjalan ujian kelulusan. Kalau Arisa sampai hamil, bagaimana?
Arisa tersenyum mendengar pertanyaan Ranata yang begitu perhatian padanya. Di saat seperti ini, kalau laki – laki lain pasti tidak akan ragu untuk segera muncrat hingga menghamili dirinya. Tapi Ranata masih berusaha menahan dirinya sendiri dan memikirkan masa depan Arisa. Arisa menolehkan kepalanya ke belakang dan menatap wajah lelaki idaman hatinya ini. Dengan mulut yang megap – megap berusaha mengambil nafas yang tersengal – sengal, Arisa berusaha menghilangkan kekhawatiran di dalam diri mereka berdua dan bertanya balik kepada Ranata.
"Kalau nanti aku hamil..., kamu mau bagaimana?"
Tidak hanya Ranata yang tersentak mendengar pertanyaan Arisa, Nia yang sedang menonton percumbuan cinta mereka berdua di atas ranjang sambil berusaha memuaskan dirinya sendiri pun ikut membelalakkan mata dan menghentikan gerakan tangannya yang masih dengan semangat mengusap – usap vagina dan payudaranya.
Gerakan Ranata sempat terdiam sesaat dan batang kejantanan yang tadinya sudah siap meledak berkedut – kedut dengan ukuran maksimal tertancap di bagian terdalam liang kewanitaan Arisa pun terasa sedikit menciut di dalam jepitan otot – otot vaginanya. Arisa mengernyitkan dahinya merasakan perubahan penis Ranata yang ditransmisikan ke otak nya dari sensasi yang dirasakan di dalam lubang percintaanya yang semakin menyempit meremas penis Ranata. Mata biru Arisa yang tadinya masih merem melek terbuai dalam kenikmatan pun perlahan terbuka dan ditatapnya mata Ranata dalam – dalam.
Mata Ranata bertatapan langsung dengan mata Arisa. Tangan kanannya yang tadi masih berada di pinggul Arisa kini sudah berpindah ke kepalanya. Dibelainya rambut Arisa dengan penuh kasih sayang dan ditariknya pergelangan tangan kiri Arisa sehingga tubuh Arisa yang masih lemah lunglai dihajar oleh kenimatan bertubi – tubi dengan mudah naik mendekat ke dalam pelukan Ranata.
Ranata memeluk tubuh Arisa dari belakang. Wajah Arisa yang tertoleh ke belakang kini berada begitu dekat dengan wajahnya. Sangat dekat hingga nafas mereka dapat bercampur dan menyatu. Ranata melingkarkan tangan kirinya ke depan memeluk perut dan pinggul ramping Arisa, memantapkan pelukan tubuh mereka berdua. Penis Ranata masih tetap menancap di dalam vagina Arisa, berkedut - kedut penuh gairah menikmati setiap pijatan otot - otot dinding vagina sang gadis. Sementara itu, tangan kanan Ranata tak berhenti membelai lembut rambut Arisa yang berwarna coklat hazel. Mata mereka masing saling bertatapan dan bibir Ranata memberikan sebuah kecupan lembut di mulut Arisa yang sedikit terbuka sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaan Arisa dengan disaksikan oleh kekasih hatinya, Nia....