Chereads / Hembusan Hasrat / Chapter 43 - Setelah Arisa, Giliran Nia

Chapter 43 - Setelah Arisa, Giliran Nia

Arisa terbaring di atas ranjang dengan nafas yang masih terengah – engah. Nia yang sedari tadi menonton Arisa dan Ranata bercinta di atas ranjang pun juga ikut mengalami klimaks ketika berusaha memuaskan dirinya sendiri melihat betapa panas dan mesranya kekasih hatinya tersebut bercumbu dengan sahabatnya. Vaginanya basah kuyup membanjiri lantai tempat dirinya terduduk sementara hatinya panas terbakar oleh api nafsu dan api cemburu.

Nia merasa sangat bernafsu dan begitu terangsang melihat permainan cinta Arisa dan Ranata yang begitu intens. Tapi dia juga merasakan sedikit kecemburuan di hati kecilnya karena dia melihat bagaimana Ranata memperlakukan Arisa dengan sangat lembut dan penuh hati – hati di awal mereka memadu kasih, sesuatu yang tidak pernah Ranata lakukan ke pada dirinya mengingat bagaimana dirinya sendiri juga begitu terangsang dalam pengaruh kuat obat cinta yang telah di minum oleh dirinya sesaat sebelum dirinya digagahi oleh Ranata di ruang UKS dan keperawanannya dia berikan kepada lelaki yang kemudian mejadi kekasih hatinya itu.

Sejak saat itu, setiap kali Nia dan Ranata bercinta, mereka selalu melakukannya dengan intens dan penuh gairah nafsu birahi. Tak pernah sekali pun Ranata memperlakukannya dengan begitu lembut seperti bagaimana dia memperlakukan Arisa saat gadis itu memberikan keperawanannya kepada Ranata.

Nia menghela nafas panjang setelah tubuhnya yang terbakar api nafsu perlahan mereda dan kesadarannya kembali dari puncak kenikmatan seksual yang diraih oleh dirinya sendiri sambil menonton percumbuan cinta antara sahabat dan kekasihnya sendiri. Nia tidak bisa menyalahkan Ranata karena dia sendiri lah yang meminta sang lelaki dan mendukungnya untuk menjawab perasaan sahabatnya itu. Nia juga tidak pernah meminta Ranata untuk memperlakukannya dengan lembut saat mereka bercinta seperti yang dilakukan oleh Arisa saat gasdis itu diperawani oleh Ranata. Malahan Nia merasa sangat menikmati betapa mereka selalu bercinta dengan penuh gairah dimana Ranata selalu menggenjot tubuhnya yang lembut habis – habisan dan dengan intens berkali – kali membawa dirinya mencapai puncak kenikmatan ber tubi - tubi.

Nia berdiri dan beranjak mendekati ranjang. Ranata yang melihat wanita pujaan hatinya tersebut datang mendekati dirinya yang masih terbaring menindih dan memeluk tubuh Arisa segera terbangun dan duduk di samping ranjang. Arisa masih tetap terbaring setengah telanjang di atas ranjang dengan dadanya yang naik dan turun mengikuti nafasnya yang memburu serta mata yang tetap terpejam dalam kenikmatan. Wajahnya yang begitu manis percampuran antara kecantikan timur dan barat masih merona merah dan memperlihatkan ekspresi penuh kenikmatan dan suka cita karena telah berhasil bercinta dengan lelaki yang telah mencuri hatinya ini. Bibirnya yang menganga setengah terbuka untuk mengambil nafas terlihat begitu menggoda dan membuat Ranata ingin segera kembali berciuman dengan dirinya sambil bergumul, mengulum, mengaduk - aduk serta menghisap kedua belah bibir dan lidah Arisa yang tersembunyi di dalam mulutnya. Tapi tentu saja hasrat keinginan ini ditahan oleh dirinya ketika melihat Nia kekasih hatinya berjalan mendatangi dirinya.

Nia duduk di sebelah Ranata dan memperhatikan ekspresi wajah Arisa dengan tatapan mata yang lembut dan penuh kasih sayang. Dia tersenyum kecil sebelum menolehkan wajahnya ke samping dan memandangi Ranata yang duduk di sebelahnya. Ditatapnya Ranata dalam – dalam sembari berkata,

"Ran..., Bukannya aku ini tidak ada masalah ketika melihat bagaimana dirimu bercinta dengan Arisa tadi... "

Kemudian Nia menundukkan kepalanya sedikit dan tatapan matanya kembali melihat ke arah Arisa yang masih terbaring di atas ranjang sebelum dia melanjutkan perkataannya.

"Tapi kalau melihat dia tertidur dengan ekspresi penuh kepuasan seperi sekarang ini, rasanya aku juga tak sampai hati untuk merusak suasananya..."

Nia menghela nafas panjang dan kembali menatap wajah Ranata sambil tersenyum pahit.

"Yah... Lagi pula berkat Arisa juga kita bisa bersama seperti sekarang ini.... Rasanya aku juga sudah tidak bisa protes lagi..."

Ranata tertegun mendengar curahan hati kekasihnya tersebut. Dipeganginya dagu sang wanita pujaan hatinya ini dengan ujung jari – jarinya dan perlahan dia tarik wajah cantik Nia mendekati wajahnya yang juga ikut mendekat hingga akhirnya bibir mereka saling bertemu. Nia dan Ranata mulai saling berciuman. Awalnya hanya kecupan tipis di bibir mereka sebelum kemudian lidah Ranata yang nakal masuk menerobos ke dalam mulut Nia dan beradu dengan lidahnya, yang direspon oleh Nia dengan senang hati dan penuh gairah menarikan lidahnya berduet bersama dengan lidah Ranata dalam ciuman mereka.

Tak lama tangan Ranata dengan lincah menyambar payudara Nia yang ranum menggoda dan sang gadis pun memposisikan dirinya menghadap tubuh Ranata. Sambil tetap saling berciuman, Ranata mulai meremas – remas buah dada Nia sambil ikut memposisikan dirinya untuk menyesuikan dengan posisi duduk Nia.

Akhirnya di sisi ranjang tempat Arisa terbaring menikmati sisa – sisa kepuasan seksual hasil percintaannya dengan lelaki idaman hatinya, Ranata dan Nia duduk dengan posisi lotus dimana kaki mereka saling menyilang mengunci pinggang , pinggul dan pantat satu sama lain. Kedua tangan Nia merangkul melingkari leher Ranata sementara kedua tangan Ranata asyik memainkan payudara kekasih hatinya tersebut.

Dalam ciuman dan nafas mereka yang bersatu, tubuh Nia dan Ranata yang saling berangkulan dengan posisi saling mengunci ini tak elak membuat ujung kepala penis Ranata mematuk – matuk selangkangan Nia, mencari – cari sebuah lubang besar yang basah dan menganga yang siap untuk menelan dirinya. Nia tersenyum dan menghentikan sebentar ciumannya dengan Ranata. Sebelah tangannya yang tadinya masih merangkul leher Ranata dengan gesit bergerak memaskan posisi batang kejantanan sang lelaki hingga berada tepat di hadapan liang kewanitaannya. Dengan perlahan dimasukkannya penis Ranata hingga kedua belah bibir vaginanya menjepit kepala penis sang lelaki sebelum tangannya kembali merangkul leher Ranata.

Dengan sekali hentakan di pinggulnya, Ranata mendorong penisnya hingga langsung melesak masuk ke dalam liang vagina Nia yang telah begitu licin dan basah sehingga memuluskan laju penisnya sampai akhirnya membentur pintu rahimnya Nia. Tubuh Nia langsung bergeliat dan melonjak menerima hantaman ombak kenikmatan yang menyerbu dan menenggelamkan dirinya. Teriakan yang akan segera keluar dari mulutnya tertahan oleh ciuman bibir Ranata yang menyegel mulutnya.

Nia mengencangkan tangannya merangkul leher Ranata dan pinggulnya perlahan ikut bergerak naik dan turun, mendorong dan menarik mengikuti gerakan pinggul Ranata sehingga penis Ranata yang telah dilumasi oleh cairan vaginanya dengan mulus bergerak keluar – masuk lubang kenikmatannya.

Kedua tangan Ranata yang semula meremas – remas payudara Nia kini bergerak dan berpindah tempat. Tangan kanan Ranata kini menahan pinggul Nia yang ramping, sedangkan pantat Nia yang montok kini ditahan dan diremas – remas lembut oleh tangan kiri Ranata.

Cukup lama mereka bergumul dan bergesek – gesekan dalam posisi lotus hingga akhirnya tubuh Nia tiba – tiba bergejolak dan menggelinjak hebat. Otot – otot vaginanya yang ketat dan kencang dengan kuat meremas – remas dan memerah susu putih yang disemburkan oleh penis Ranata tepat langsung menyerbu menembus ke dalam pintu rahim Nia yang telah terbuka lebar – lebar siap untuk meminum setiap tetes cairan putih kental yang penuh dengan kenikmatan yang dikeluarkan oleh batang kejantanan sang lelaki. Vagina Nia memuncratkan cairan cintanya yang lansung menyembur membasahi selangkangan mereka berdua yang telah bersatu menempel satu sama lain. Sementara penis Ranata yang berada di dalam liang vagina Nia juga tidak henti – hentinya menyemprotkan susu putih kental nikmat di dalam rahim Nia, yang tidak sanggup untuk menampung semuanya hingga akhirnya tumpah meluber keluar, merembes melalui liang vagina Nia dan bercampur dengan cairan cinta sang gadis.

Nia dan Ranata mengalami klimaks secara bersamaan dan disaksikan oleh Arisa yang sudah tersadar kembali dari buaian kenikmatan yang dengan puas telah dinikmati oleh dirinya sembari menatap kedua sahabatnya yang sedang memadu kasih di samping tubuhnya yang masih terbaring lemas di atas ranjang kamar pribadinya. Arisa tercenung menatap kedua insan yang sedang dimabuk kasih tersebut sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya terkait dengan kedua sahabat yang sangat dicintainya ini.