Arisa segera memutar badannya dan menunggingkan pantatnya yang putih mulus itu kepada Ranata, yang perhatiannya tertuju pada liang kewanitaannya yang telah begitu basah kebanjiran. Arisa menolehkan kepalanya ke belakang dan tersenyum manis melihat betapa Ranata begitu menginginkan kewanitaannya. Digoyang – goyangkannya pantatnya dengan erotis untuk semakin menggoda Ranata yang burungnya semakin tegak berdiri melihat gerakan nakal Arisa.
Arisa kemudian memutar badannya setengah ke belakang dan dengan tangan kanannya dia pamerkan liang kewanitaannya yang juga telah begitu lapar menginginkan sesuatu yang besar dan keras untuk dolahap olehnya. Jari – jemari Arisa bergerak dengan nakal membuka – tutup bibir vaginanya, memperlihatkan sebuah lubang menganga yang basah meneteskan air – air cinta yang langsung jatuh ke atas kasur. Sambil tersenyum menatap mata Ranata dengan penuh cinta, Arisa berkata padanya,
"Ini sudah kusimpan khusus buat Ranata.... Jadi silahkan, cintailah aku sepenuhnya...."
Tanpa basa basi lagi, Ranata langsung memegangi pinggul Arisa dan memantapkan posisi penisnya tepat mengarah ke liang kewanitaan Arisa. Dengan sekali hentakan, ditancapkannya penis yang telah begitu besar dan keras langsung menembus ke bagian terdalam vagina sang gadis, merobek selaput daranya dan merenggut keperawanan Arisa yang telah dijaga oleh dirinya selama ini.
Selangkangan Ranata seketika beradu langsung dengan pantat Arisa yang lembut dan kenyal, memberikan sebuah sensasi yang kontras dengan penis Ranata yang besar dan keras dalam vagina Arisa yang basah, ketat, kencang dan hangat. Vagina Arisa berkontraksi dengan kuat menerima batang kejantanan Ranata yang menyerang dengan tiba – tiba. Dengan segera Arisa meraih orgasme ketika ujung penis Ranata membentur pintu rahimnya. Vaginanya langsung memuncratkan cairan cinta nya dan tubuh Arisa langsung membusur ke atas sambil meneriakkan sebuah raungan penuh kenikmatan.
Ranata terus mendorong dan menarik pinggulnya tanpa henti, memacu penisnya keluar – masuk vagina Arisa meski tubuh sang gadis telah roboh di atas kasur. Arisa yang telah begitu tenggelam dalam ombak kenikmatan yang menghantam dirinya tidak berdaya menerima seluruh cinta Ranata. Dengan nafas yang terengah – engah, dicengkramnya sprei kasur yang berwarna putih dengan kedua tangannya sementara pantatnya yang menungging terus menerima hantaman dari selangkangan Ranata dan organ kelamin mereka saling beradu tanpa henti.
Darah perawan bercampur cairan cinta Arisa mengalir keluar dengan deras dari vagina Arisa yang terus disodok – sodok oleh penis Ranata. Ranata menahan pinggul Arisa sambil sesekali mengelusi pantat mulus sang gadis yang terus bergetar dan berkedut merasakan kenikmatan yang diberikan oleh sang lelaki.
Perlahan Ranata memajukan tubuhnya ke depan sambil tetap menyodok vagina Arisa. Diihatnya air mata yang keluar mengalir membasahi pipi sang gadis, sementara wajah cantiknya yang diwarnai oleh ekspresi penuh nafsu tenggelam dalam kenikmatan dengan mulut yang menganga mengeluarkan desahan panas penuh hasrat. Sebuah ekspresi yang terlihat begitu kontras di mata Ranata.
Ranata yang khawatir melihat keadaan Arisa memelankan laju pergerakan pinggulnya, mendorong penisnya keluar – masuk vagina Arisa dengan semakin lembut dan perlahan. Didekatkannya bibirnya ke telinga Arisa supaya sang gadis bisa mendengar perkataannya dengan jelas. Ketika penisnya telah mencapai tempat terdalam di vagina Arisa, tubuh sang gadis kembali mengejang dan kepalanya tersentak ke belakang, semakin dekat dengan wajah Ranata. Di saat itulah Ranata bertanya dengan pelan dan jelas kepada Arisa,
"Kamu tidak apa – apa, Arisa? Kalau rasanya sakit, apa mending aku cabut sebentar?"
Tangan kiri Ranata masih tetap berada di posisinya untuk menahan pinggul Arisa sementara tangan kanannya membelai lembut rambut coklat sang gadis. Arisa merasa sangat bahagia mengetahui betapa Ranata begitu perhatian pada dirinya. Meski tubuhnya masih gemetaran digempur oleh perasaan nikmat, dengan gerakan perlahan dan terpatah – patah, Arisa menolehkan sedikit kepalanya ke belakang untuk menatap wajah pujaan hatinya tersebut. Dengan senyuman manis yang tersungging di bibirnya, Arisa berusaha menjawab pertanyaan Ranata meski nafasnya sendiri masih terengah – engah.
"Enggak usah..., Ran.... Aku udah mulai.... terbiasa... "
Ranata menghentikan gerakan pinggulnya dan menahan penisnya yang berada di bagian terdalam vagina Arisa. Dipeluknya tubuh sang gadis dari belakang dan dibelainya rambut serta paras wajahnya yang cantik dengan penuh kasi sayang. Arisa kembali tersenyum menikmati perasaan cinta yang diberikan oleh Ranata. Otot – otot vaginanya yang ketat dan kencang semakin bersemangat memijati setiap bagian batang kejantanan sang lelaki yang tertanam di liang cintanya. Cairan cinta Arisa yang hangat mengucur semakin deras membasahi paha dan selangkangan mereka berdua, menjadi bukti akan kenikmatan luar biasa yang dirasakan oleh sang gadis.
Melihat ekspresi wajah Ranata yang terlihat masih begitu khawatir pada dirinya, Arisa berusaha menenangkan hati sang lelaki dengan berkata pada dirinya,
"Aku gak apa – apa, Ran.... Soalnya masih ada sisa pengaruh obat cintanya juga..."
Dengan mata yang masih berlinang air mata kebahagiaan, Arisa kembali membuka mulut manisnya untuk melanjutkan perkataannya.
"Tapi kalau bisa, Ran.... Aku maunya pelan – pelan sedikit.... Aku ingin menikmati setiap momen kali pertamaku..."
Ranata mengaggukkan kepalanya lalu mengecup lembut bibir Arisa sambil memenuh permintaan sang gadis.
"Ok, baiklah."
Kedua tangan Ranata kembali menahan pinggul Arisa yang menungging di atas ranjang.
Dengan lembut dan perlahan disodokkannya penisnya keluar masuk vagina sang gadis dengan lembut. Ketika selangkangan Ranata bertemu dengan pantat Arisa, digesek – gesekkannya selangkangannya sambil mengaduk – aduk penisnya dalam liang vagina Arisa. Arisa tersenyum bahagia dan begitu menikmati irama baru permainan cinta antara dirinya dengan Ranata. Pinggul dan pantatnya ikut bergerak bergesek – gesekan dengan selangkangan Ranata dan otot – otot di lubang kewanitaannya terus memijati penis Ranata yang dijepit oleh dinding – dinding vaginanya dengan penuh gairah.
Perlahan Ranata mengeluarkan penisnya dari vagina Arisa hingga hanya tinggal ujung kepalanya saja yang masih dijepit oleh bibir vaginanya. Lalu dengan lembut didorongkannya kembali penisnya masuk melesak perlahan ke dalam vaginanya sambil menikmati setiap pijatan di sepanjang lubang kewanitaan Arisa.
Irama permainan cinta Ranata dan Arisa yang begitu lembut dan harmonis menjadi sebuah simfoni di atas ranjang. Nia yang menonton pertunjukan cinta antara kekasih dan sahabatnya itu merasakan sebuah rasa frustrasi yang menyesakkan dadanya. Dihentikannya permainan tangan yang berusaha memuaskan nafsu badannya sendiri dan dengan penuh perhatian ditontonnya permainan cinta di antara Ranata dan Arisa di atas ranjang. Nia perlahan mengernyitkan dahinya sambil tersenyum pahit melihat betapa pasangan tersebut menikmati permainan cinta meraka yang begitu lembut dan halus. Perlahan mulutnya terbuka sambil bergumam sayup - sayup,
"Ternyata begitu.... Melihat hal seperti ini memang bisa membuat stress... Bagaimana bisa Arisa menahan dirinya waktu melihat kami bercinta dari kemarin – kemarin?"
Perlahan Nia kembali mengusapi vaginanya dengan hati yang diliputi oleh perasaan frustrasi sambil tetap memperhatikan percumbuan Arisa dan Ranata di atas ranjang. Mulutnya kembali bergumam mengeluarkan kepahitan di dalam hatinya.
"Padahal waktu main dengan ku, Ranata tidak pernah selembut itu... Rasanya curang sekali... Aku juga pengen... diperlakukan begitu..."
Arisa dan Ranata kini telah berpindah posisi dan mengubah percumbuan mereka.
Kali ini Arisa terbaring di atas ranjang dengan paha mengangkang memamerkan vaginanya yang masih terus disodok – sodok, diaduk – aduk dan dikocok – kocok oleh batang kejantananan Ranata. Tubuh Arisa tersentak ke atas dan ke bawah mengikuti gerakan pinggul Ranata dan kedua payudara Arisa yang membusung bergoyang – goyang dan berayun kesana – kemari mengikuti gerakan tubuhnya. Irama permainan mereka yang awalnya halus dan lembut perlahan tapi pasti menjadi semakin intens seiring dengan berkobarnya hasrat birahi di dalam diri Ranata dan Arisa. Arisa mengeluarkan desahan – desahan penuh nafsu dengan nada yang perlahan semakin meninggi dipacu oleh kenikmatan luar biasa yang dirasakan oleh dirinya....