Chereads / Hembusan Hasrat / Chapter 38 - Arisa dan Ranata 1

Chapter 38 - Arisa dan Ranata 1

"Akkkkhhhh.... Aku suka banget....!"

Arisa meracau penuh nikmat menerima setiap rangsangan yang diberikan oleh Nia kepada dirinya. Pipi dan bibir Arisa dikecup, dicium, dihisap dan dijilat oleh lidah nakal sahabatnya tersebut. Payudara miliknya yang sudah begitu ranum terasa begitu nikmat diremas dan dipijat oleh tangan kiri Nia, sementara tangan kanan Nia tanpa henti bermain di daerah pribadi Arisa. Sementara lekukan pantat Arisa terus bergesek – gesek dengan penis Ranata yang sudah sangat keras terjepit di antara mereka berdua.

"Aa... Aku cinta sekali...!!! AAakkkkkkkhhhhh~ Aaahhhhh~!!!"

Akhirnya dengan sebuah ciuman di pipinya yang basah, cubitan di puting susunya yang sudah mengeras dan sebuah hentakan dari jari – jemari Nia di bibir vaginanya, Arisa mengalami orgasme dan langsung muncrat di atas tubuh Ranata. Pancuran air cintanya mengucur keluar membanjiri selangkangannya dan merembes menembus celana dalamnya dan membasahi selangkangan Ranata tempatnya terduduk. Tubuh Arisa yang bergetar dan mengejang ditahan oleh ditahan Nia yang memeluk dirinya dan mempertahankan posisi tangannya di tempat – tempat strategis di tubuh Arisa.

Setelah menikmati setiap tetes puncak kenikmatan yang dirasakannya dengan mata terpejam dan nafas yang terengah – engah, tubuh Arisa jatuh ke dalam pelukan Nia. Sambil menahan bahu sahabatnya, Nia menatap Arisa dengan tatapan penuh kasih sayang sembari berkata:

"Arisa cinta sekali sama Ranata, ya.... "

Kemudian sambil mendekatkan wajahnya, Nia mengecup lembut pipi Arisa dan melanjutkan kata – katanya,

"Maaf, aku tidak tahu ternyata Arisa punya perasaan seperti itu, padahal aku selalu minta saran cinta darimu...."

Kemudian Nia memeluk tubuh Arisa dan mengelus – elus kepalanya yang tertunduk dan bersandar di bahunya. Arisa yang sudah tak sanggup membendung perasaannya lagi mulai mencurahkan isi hatinya. Kelopak matanya yang tertutup bergetar memperlihatkan kepahitan yang dipendamnya sendiri jauh di dalam hatinya dan suaranya yang lirih sayup – sayup terdengar menyentuh hati sanubari kedua sahabat yang begitu menyayangi dirinya.

"Itu karena aku yang seperti ini.... Orang – orang selalu menjauhiku... Aku dianggap sebagai gadis angkuh yang sombong... Padahal mereka sendiri yang tidak pernah mendekatiku... Tapi kalian selalu menerimaku apa adanya... Apalagi Ranata.... Selalu membantuku dan ada di sisiku..."

Sambil terisak menahan air mata di sudut matanya yang terpejam, Arisa melanjutkan perkataannya lagi.

"Sudah pasti aku akan menjadi suka dengan Ranata!"

Nia terus memandangi Arisa yang menangis dalam pelukannya. Dibelai dan dihiburnya sahabatnya tersebut. Ranata hanya diam melihat mereka berdua yang masih menduduki dirinya yang setengah terbaring di ranjang.

Ranata menghadapi sebuah dilema. Dirinya tidak tahu harus berbuat apa. Ingin rasanya dia menerima cinta Arisa, tapi dia sekarang sudah memiliki seorang kekasih yang sudah lama menjadi wanita idamannya. Apalagi Nia juga sangat mencintai Ranata. Tidak mungkin Ranata berani berbuat sesuatu yang bisa membuat pacarnya itu sedih ataupun kecewa karena dirinya. Tapi di saat yang sama, dia juga ingin membahagiakan sahabat yang telah membantunya selama ini. Apalagi Arisa juga sudah banyak berperan dalam membangun hubungan cinta di antara Nia dan Ranata.

Nia yang penuh pengertian memahami situasinya dan bisa menebak apa yang ada di pikiran Ranata. Dengan tersenyum, dia menoleh memandangi lelaki yang sudah menjadi kekasihnya tersebut. Setelah mempertimbangkan semua hal yang ada masak - masak, akhirnya Nia memutuskan untuk menyampaikan sebuah permintaan kepada Ranata.

"Ehmmm..., Ran... Rasanya tidak adil kalau kita meninggalkan dia sendirian sekarang ini... Apalagi Arisa juga sudah sangat banyak membantu kita berdua.... Anu..., Ran.... Setidaknya untuk kali ini saja, bisa kah dirimu menjawab perasaan Arisa? Tolong kamu bahagiakan dirinya juga, walau hanya sekali..."

Ranata langsung terbengong – bengong mendengar permohonan kekasih nya itu. Eh? Nia mengijinkan dia main dengan wanita lain!? Eh, salah, Nia meminta dia untuk ikut "membahagiakan" Arisa? Mulutnya menganga setengah tidak percaya mendengar apa yang baru masuk ke telinganya.

Arisa yang mendengar perkataan Nia merasa sangat bahagia di dalam hatinya. Sahabatnya ini sungguh begitu pengertian. Nia rela berbagi kekasih dengan dirinya, walau hanya untuk sementara, tapi itu sudah cukup membuat hatinya mekar berbunga – bunga. Ketika dilihatnya keraguan yang tergambar di wajah Ranata, Arisa segera membuka mulutnya dan berkata untuk meyakinkan lelaki pujaan hatinya tersebut.

"Ran, kalau kamu tidak keberatan, tolong terima lah perasaanku ini."

"Kalian benar – benar yakin mau begitu? Aku tentu saja akan membahagiakan Arisa, tapi apa Nia juga benar tidak apa – apa?"

Nia dan Arisa mengangguk mantap mendengar pertanyaan Ranata. Dengan tersenyum, Nia berkata padanya'

"Aku tidak apa – apa, Ran. Sekarang giliran aku yang mengawasi kalian berdua~"

Nia segera berdiri dan meninggalkan Arisa dan Ranata berdua di atas ranjang. Dirinya memilih duduk di atas lantai sambil menonton mereka dan tidak menutupi dirinya yang masih telanjang bulat.

Ranata segera menarik tubuh Arisa ke dalam pelukannya. Didekatinya wajah cantik Arisa dan bibir mereka mulai bertemu . Ranata dan Arisa saling berciuman dan lidah mereka yang saling beradu keluar masuk menari dengan erotis di dalam mulut mereka. Mereka saling mengulum dan bergantian menghisap lidah satu sama lainnya, air liur mereka yang menyatu membentuk benang – benang perak yang menghubungkan ujung – ujung lidah mereka yang tidak pernah berpisah dalam harmoni nafas yang penuh nafsu.

Setelah beberapa lama akhirnya mereka menghentikan ciuman mereka dan Arisa yang kini duduk di atas pangkuan Ranata menaruh kedua telapak tangannya di dada sang lelaki. Dengan tersipu malu, Arisa menatap wajah Ranata dan tersenyum dengan penuh cinta. Sebuah ekspresi yang tidak pernah terlihat sebelumnya baik oleh Nia mau pun Ranata.

"Ciuman pertama dengan Ranata..." Bisik Arisa dengan pelan.

Nia hanya tersenyum saja mendengarnya. Tak disangka sahabatnya ini yang sering dianggap sebagai "gadis nakal" oleh teman – teman sekelas ternyata masih begitu polos dan murni. Ranata juga tersenyum dan dibelainya gadis manis ini dengan penuh kasih sayang. Dari rambut sampai ke punggung, belaian Ranata memberikan sensasi nikmat yang membuat Arisa memejamkan mata sambil menenggelamkan dirinya dalam buaian Ranata.

Sambil menyentuh bibirnya dengan ujung jemarinya, Arisa tersenyum manis dalam pelukan Ranata dan berkata,

"Entah kenapa rasanya begitu menenangkan... Enak banget, Ran...."

Lalu Arisa mulai bertingkah sedikit manja di pelukan Ranata. Tubuhnya menggeliat dengan penuh nikmat menikmati setiap sentuhan penih kenikmatan yang diberikan oleh Ranata. Bagaikan kucing pangkuan, Arisa menggeliat menikmati setiap belaian lelaki pujaan hatinya ini.

Setelah merasa sangat rileks, dia mulai membuka hatinya dan mengeluarkan setiap keluh – kesah kepada sahabatnya.

"Beberapa hari ini aku merasa murung terus..., sampai – sampai mau tidur nyenyak pun aku tidak bisa... Tapi sekarang rasanya enak banget.... Ran, aku sayang banget sama kamu..."

Lalu dengan mesra diciumnya bibir sahabatnya itu. Ranata dan Arisa kembali berciuman dengan irama yang semakin intens. Dipeluknya erat tubuh sintal gadis blasteran Indo - Jerman ini dan sang gadis pun membalas semuanya dengan mesra....

Tangan kanan Ranata mulai bergerak membelai rambut Arisa, lalu turun menyusuri punggungnya yang melengkung menyondongkan tubuhnya menekan lembut dada Ranata, hingga akhirnya sampai pada pantat Arisa yang setengah menungging di atas selangkangan Ranata. Setelah membelai – belai pantat Arisa yang mulus dan menenanggkan tubuhnya yang sedikit menegang, tangan Ranata bergerak kembali dan berpindah ke bawah menyinggahi selangkangan Arisa yang telah menjadi begitu basah karena orgasme yang dialami oleh gadis tersebut sebelumnya....