Saat aku melihat sania pergi. Aku diperintahkan oleh pemilik untuk mengikutinya, aku tidak bisa melawan perintahnya, aku terpaksa mengikuti sesuai yang ia perintahkan.
Ia membawaku kembali ke ruangan sel. Kemudian aku di tinggalkan olehnya. Setelah beberapa saat ia membawa sebuah cambuk Flagelum yaitu sebuah cambuk bercabang yang memiliki ujung bola besi berduri. Ia menyuruhku untuk memperlihatkan pungungku.
Kemudian, ia memanggil penjaga yang sudah tersadar untuk mengikat ku mengunakan rantai. Penjaga itu mengikatku ke jeruji besi yang masih utuh.
Aku bisa melihat emosi dan amarah pada pemilik saat menatapku. Aku sadar bahwa dia memiliki niat membunuh.
Setelah itu pemilik pun mencambuk ku sebanyak 39 kali dengan menggunakan cambuk itu. Adalah mudah untuk mengucapkan 39 tapi jika harus mengalaminya, pasti akan sangat menyakitkan. Cambuk itu akan mengenai pundak, badan belakang dan kaki dari ku. sehingga kulit ku mulai tercabik, memperlihatkan otot bahkan mungkin juga tulang jika otot bagian tubuh tersebut tipis (seperti iga). Hukuman cambuk adalah hukuman ekstrim, orang yang menerimanya biasanya terluka begitu parah dan tidak jarang bisa mengakibatkan kematian.
Saat cambukkan pertama aku hampir pingsan dan tak mampu bertahan. Akan tetapi aku mencoba mengunakan kemampuan ku dan memikirkan tubuh kebal. Aku bersyukur bahwa aku memiliki kemampuan ini.
Aku berusaha meningkatkan kemampuan tubuh kebal ini, pada awalnya saat aku mencoba kemampuan tubuh kebal, aku merasakan sakit seperti terkena pukulan rotan. Akan tetapi ini jauh lebih baik di banding pukulan pertama.
Rasa sakit perlahan - lahan mulai hilang. Dan tepat pada pukulan ke sepuluh rasa sakit itu pun mulai hilang. Tidak ada rasa sakit apapun di tubuh ini.
Pemilik tampaknya sangat kesal terhadap ku, berulang kali ia mencambuk ku dengan sangat kuat. Tidak ada seorang pun yang berani menatap ku.
Berani - beraninya kau mengangu ku. Kau juga membuat para budak melarikan diri. Kau menganggu transaksi yang sedang berlangsung kau harus menerima hukumannya.
Kau hanyalah seorang budak, jangan berharap kau bisa terbebas. Seorang budak bahkan tidak layak menjadi manusia dasar sampah.
Kalian dengar, siapapun yang melarikan diri akan di tangkap dan di hukum seperti ini. Kalian tidak akan pernah bisa kabur!.
Tapi karena dia ini yang menyebabkan kalian kabur, akan merasakan hukuman yang paling berat.
Aku memang tau bahwa, rasa sakit yang ku rasakan apabila aku tidak menggunakan kemampuan ku pastilah menyakitkan.
Tampaknya ia mulai ke lelahan dan setelah pukulan berulang kali aku bisa melihat ia mulai berhenti.
Kemudian ia memerintahkanku untuk di bawa ke sebuah ruangan. Aku tidak menyangka ia akan seemosi ini. Dan aku mendengar bahwa ia berkata; Penjaga, kau bawah dia ke ruang bawah tanah.
Aku tak tau bahwa disini ada ruang bawah tanah. Penjaga yang ia suruh untuk membawaku, ia menuntunku ke tempat ruang bawah tanah.
Lokasi dimana tempat ruang bawah tanah itu, terletak di belakang ruangan sel berada. Penjaga itu kemudian membawaku keluar, ia membawa ku ke belakang area ruangan sel. Aku tak menyangkah bahwa terdapat gudang di belakang sini. Aku melihat sebuah pintu yang terlihat seperti pintu gudang.
Lalu penjaga itu membuka pintu itu dan ia membawaku ke dalam gudang itu. Disana aku melihat terdapat tangga yang menuju kebawah. Ruangan tersebut sangatlah gelap, kami hanya bisa melihat dari obor yang penjaga itu ambil dari gudang tersebut, yang di gantung di dinding.
Di ruang bawah tanah itu memiliki ruangan sel yang sama seperti di atas. Tetapi tidak ada seorang pun disana. Aku kemudian di lempar oleh penjaga itu ke dalam ruangan sel tersebut.
Aku sama sekali tidak bisa melihat apapun setelah penjaga itu naik ke atas. Di sini tidak ada penerangan sama sekali dan sangatlah gelap.
Aku berusaha untuk mengingat hal - hal lucu untuk mengusir kebosananku. Ada sebuah cerita tentang pesan salah sambung.
Seorang suami sedang berlibur ke Bali seorang diri. Istrinya akan menyusul lusa karena sedang ada urusan kerja di Jakarta.
Setelah tiba di Hotel, suami tersebut memutuskan untuk mengirim pesan singkat pada istrinya. Ia mengabarkan keadaannya dan situasi di Bali.
Ia belum menyimpan nomor ponsel istrinya yang baru, maka ia mengetik satu-satu nomornya. Tampaknya, ada satu nomor yang salah ketik. Pesan singkat itu pun malah terkirim kepada seorang wanita yang baru saja ditinggal suaminya meninggal dunia.
Wanita yang sedang berduka itu sontak berteriak kencang lalu pingsan. Keluarganya kaget dan berlari menghampiri wanita itu, kemudian membaca isi pesan singkat yang membuat wanita itu pingsan.
"Istriku tercinta, semuanya telah dipersiapkan untuk menyambut kedatanganmu lusa. Aku sangat menantimu. Oiya, di sini panas juga, ya."
Aku tau bahwa di sini sama sekali tidak ada yang namanya telepon. Dan aku pikir orang - orang disini pastilah tidak mengerti akan cerita ini. Akan tetapi mungkin cerita ini dapat sedikit menghibur ku.
Aku menyadari bahwa dunia ini begitu kejam, aku tak tau bahwa menjadi seorang budak akan semenderita ini.
Seandainya saja tidak ada perintah sama sekali dari pemilik. Aku mungkin masih memiliki kesempatan untuk kabur. Sebelum aku di bawah kesini, ia memerintahkan ku untuk tidak kabur dan mengikuti penjaga. Tampaknya ia tau bahwa aku masih memiliki kemampuan untuk kabur.
Luka yang ada pada tubuhku memang cukuplah parah. Aku di pukuli saat itu dengan mata yang di tutupi. Kalau ku ingat - ingat sebelum ia membawa cambuk itu, ia menutupi ku dengan kain.
Aku tau jika aku di pukuli dalam keadaan bisa melihat, maka tubuh ku pastilah akan secara otomatis berusaha menghindar, dan sekalipun aku tetap terkena pukulan itu maka tubuh ku sudah akan bereaksi secara alamiah untuk siap menerima rasa sakit atau nyeri tersebut. Namun, efeknya akan berbeda jika aku menerima pukulan dalam keadaan mata tertutup aku akan mengalami trauma dan nyeri yang lebih. Sepertinya aku menerima banyak pukulan pada wajah dan tubuh, mungkin sekali pelipis, alis ku sudah mulai bengkak dan mengeluarkan darah.
Aku sendiri tidak dapat merasakan kesakitan karena aku mencoba mengunakan kemampuan penahan rasa sakit ku.
Tubuhku memanglah sepenuhnya kebal, akan tetapi masih belum sepenuhnya aku kuasai. Seluruh tubuhku penuh dengan luka, tetapi aku sendiri tidak merasakan sakit. Aku sendiri tak tahan akan rasa sakit. Syukurlah, aku bisa sepenuhnya membuang perasaan sakit itu.
Aku bisa merasakan ada banyak darah yang mengalir dari tubuhku. Aku pikir aku bisa sepenuhnya menyembuhkan lukaku dengan cepat. Namun, kenyataannya tidak. Tampaknya luka ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh.
Karena ruangan ini gelap aku sangat berharap bisa menguasai kemampuan melihat malam. Aku sudah berusaha kemampuan ini harus di latih. Aku memandang ke atas langit - langit dan berharap aku bisa bebas dari tempat ini.
Di sebuah ruangan bawah tanah yang lain, seorang pria tua masuk ke dalamnya. Ruangan ini terbilang cukup di rawat dan disana terdapat penerangan yang memadai. Cahaya yang menerangi tempat ini berasal dari batu sihir yang bisa bersinar di tempat gelap.
Di dalam ruang bawah tanah tersebut, terdapat tiga ruangan sel. Dan di dalam masing - masing sel tersebut, terdapat tiga orang wanita yang tampaknya juga seorang budak.
Pria tua itu memandang ke arah tiga sel tersebut. Dan ia tersenyum licik.
Bila di lihat dengan seksama, maka akan terlihat bahwa ke tiga wanita itu, bukanlah dari ras yang sama. Satu diantara mereka memiliki telinga runcing dan sedikit panjang serta berkulit putih, memiliki telinga dan ekor seperti seekor kelinci dan juga telinga manusia.
Pria tua itu berkata; malam ini kalian akan melayani ku.