Siapa namamu?
Gadis itu pun membuka matanya dan menatap sekeliling, lalu kemudian menunjuk dirinya sambil bertanya; apa maksudmu itu aku?. Barnat menganggukkan kepalanya.
Gadis itu pun terdiam sejenak, dan ia menatap Barnat seolah - olah merasa ada yang aneh pada diri Barnat. Dan dengan perlahan gadis itu pun membuka mulutnya.
Apaaa..? Teriakan gadis itu.
Kau tak tau siapa namaku?.
Apa maksudmu?.
Apa kau lupa Barnat, kita sudah bersama sejak lama disini?.
Ahahaha.., tampaknya aku lupa akan hal itu. Dengan mata Barnat yang melirik kearah lain.
Apa terjadi sesuatu dengan dirimu?. Aku tidak tau apa yang terjadi pada dirimu selama kau pingsan. Baiklah aku beritahu namaku Sania.
Salam kenal Sania.
Entah kenapa aku merasa kau berbeda dengan dirimu yang dulu.
Aku pikir kau salah. Dan maafkan aku jika aku bertanya ini, apa aku boleh tau kenapa kau menangis?. Barnat tau tidak sopan menanyakan seorang gadis yang sedang menangis.
Ah.. Barnat kau tau, besok aku akan dijual oleh pemilik. Dan kau tidak akan pernah bisa melihat ku lagi. Sambil mata sania mengarahkan ke arah sinar yang perlahan menghilang dan di ganti dengan sinar bulan yang berasal dari jendela.
"Kenapa, kenapa aku tidak akan pernah bisa melihat mu lagi?.
Usiaku mungkin sudah tiga belas tahun. Dan kemarin, ada beberapa pria yang mau membeli ku. Dikarenakan ada banyak yang berminat, pemilik melelang ku, hingga mendapatkan bayaran yang cukup tinggi. Itulah sebabnya aku masih bisa ada disini. Tetapi, besok adalah hari terakhir ku ada disini, dan mungkin saja sudah ada pembeli yang akan membawa ku pergi.
Sena memanglah gadis yang cantik, jika ku lihat, ia juga memiliki postur tubuh yang bagus. Dan tampaknya, ia memiliki ukuran payudara B cup yang tampak terlihat cukup besar untuk gadis seusia dia. Aku rasa itu cukup wajar, bila ada banyak yang berminat terhadapnya.
Tapi bukankah usiamu masih terbilang anak - anak?.
Barnat kau tau, usia dua belas tahun kita sudah dianggap dewasa disini, dan itu artinya sudah semestinya kita akan dijual. Bahkan, apabila ada pembeli yang menginginkan yang lebih muda dari itu, ia akan tetap dijual. Tidak ada ukuran pasti mengenai itu, hanya saja, pemilik biasanya mempersiapkan kita untuk dijual sejak usia dua belas tahun.
Lalu kenapa kau takut, bukannya itu bagus. Kau akan segera keluar dari sini!.
Sania terdiam selama beberapa menit sebelum menjawab.
"Tidak Barnat, bila aku keluar dari sini, mungkin aku tidak akan pernah lagi bisa bertemu denganmu. Aku tidak mau berpisah denganmu Barnat. Aku tidak mau. Suara sania cukup kecil untuk di dengar oleh Barnat. Kemudian Ia menjawab Barnat.
Em.., tidak barnat aku takut. Kau tau tidak ada yang namanya bebas bagi para budak. Itu sama saja seperti kau di pindahkan ke tempat lain dan tidak ada yang tau bagaimana keadaanmu disana, apakah akan lebih baik, atau justru jauh lebih buruk dari tempat ini. Dan aku bahkan tidak tau apa yang diinginkan oleh majikanku yang baru dari membeliku. Apakah justru nanti aku akan di jadikan budak pemuas nafsunya, dan setiap malam harus memberikan tubuhku ini. Aah atau justru ia akan mengatakan ini "HEI KAU BUDAK, AKU SUDAH MEMBELIMU DENGAN MAHAL, MULAI HARI INI, KAU TIDAK BOLEH MENGUNAKAN BAJU APAPUN DAN KAU HARUS TELANJANG" atau justru ia akan menjadikanku sebagai pelampiasan amarahnya. Dan setiap kali aku melayaninya, istrinya akan cemburu akan kecantikan dan tubuhku ini. Sehingga sang istri akan terus menerus menyiksa ku. "Oh..., Dengan posisi berdoa sania mengatakan, "Oh Tuhan tolong aku".
Ya ahahaha, kau memikirkannya terlalu serius.
Apa.., apa kau tidak kuatir terhadap ku?.
Baiklah baiklah, aku mengerti akan ke khawatiranmu.
Kau mengertikan. Dengan tatapan sedih Sania pun kembali menangis dan memeluk lututnya.
Secara refleks, Barnat memeluk tubuhnya Sania, yang berada dalam posisi memeluk lutut dan kepalanya di apit oleh ke dua lututnya.
Itu berlangsung cukup lama. Setelah beberapa lama waktu berlalu, Sania pun menyadari ada yang memeluknya. Ia tersadar dan langsung terkejut, dengan secara mendadak menjauhi Barnat dan menempel pada dinding di belakangnya.
Barnat merasa suasana tampaknya mulai cangung, itu cukup wajar bagi gadis seperti seusia Sania yang merasa malu bila dipeluk oleh lawan jenis.
Barnat mencoba terbatuk. "Ehem.., maafkan aku yang langsung memeluk mu begitu saja.
E..em, tidak apa - apa.
Lalu apa kau tau siapa yang akan membeli mu?
Aku masih belum tau, tapi yang ku dengar dari pemilik ia adalah seseorang bangsawan dan memilih merahasiakan dirinya. Itu sebabnya, aku disuruh untuk mempersiapkan diri dengan sangat baik untuk bertemu dia. Dan malam ini aku harus beristirahat dan tidur lebih cepat, serta bangun pagi - pagi agar bisa mempercantik diri.
Apakah setiap budak perempuan yang akan di beli harus selalu mempersiapkan diri terlebih dahulu, dan tampil dengan cantik?
Maksudmu?
Maksudku, apakah setiap budak yang akan di beli selalu mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sampai begitu pagi?.
Tidak juga, para pembeli biasanya tidak memperdulikan hal itu, mereka biasanya akan membawa para budak yang menurut mereka menarik, dan membawanya langsung begitu mereka membelinya dari tempat ini. Sehingga tidak ada yang di suruh untuk mempersiapkan dirinya terlebih dahulu.
Lalu, apa yang kau persiapkan sepagi itu?
Pemilik mengatakan, bahwa pembeli akan membawa ku pergi dari sini pagi - pagi. Jadi aku diminta untuk mempersiapkan penampilan ku dengan sangat baik, untuk bertemu dengan dirinya, dan aku harus tampil dengan cantik.
Mengapa dia ingin membawa mu pergi sepagi itu?
Entahlah Barnat, aku juga tak tau. Kenapa ia harus membawa ku pergi sepagi itu.
Apa mungkin karena ia adalah seorang Bangsawan?, Mungkinkah seorang Bangsawan harus menjaga citra dirinya dari publik?.
Aku tidak tau akan hal itu. Selama ini ada Bangsawan yang membeli budak secara terang - terangan, jadi tidak semuanya seperti itu.
Baiklah, terimakasih atas informasinya.
Apa kau tidak akan merasa sedih berpisah dengan ku.
Em??, Mengapa begitu?
Ya.., bu...bukankah kita su..sudah lama be..bersama.
Maksudmu?
Ma..maksudku, tidak kah ada perasaan mu yang merasa kehilangan sesuatu bila aku tidak ada disini lagi padamu. Sania berkata sambil mengerakkan jarinya pada kedua tangannya yang saling di dempetkan membuka dan menutup.
Aku pikir, aku tidak akan merasakan sesuatu seperti itu.
Apa..., teriak Sania sambil mengepalkan ke dua tangannya di dekat pinggang. Aku menangis karena aku takut berpisah dengannya, dan dia tidak merasa apa - apa setelah tau bahwa aku akan pergi!, Sania berkata dalam hatinya.
Ada apa?
Ti..Tidak, jawab Sania dengan gugup. Jadi aku sia - sia menangisinya. Ia bergumam pada dirinya.
Ya, karena besok kita akan berpisah, aku ucapkan terimakasih selama ini sudah menjagaku. Dan besok kau akan pergi pagi - pagi dari tempat ini, mungkin kau harus segera tidur.
I.. Iya.
Selesai percakapan mereka. Mereka berduapun memilih untuk tidur dan juga beberapa dari para budak sudah kembali.
Di tengah malam, Barnat terbangun dan memastikan tidak ada seorang pun disana yang terbangun.
Baiklah semua sudah pada tidur. Ia pun bangkit dan berdiri. Tidak ada salahnya aku mengingat dan belajar semua ilmu bela diri yang ada. Pertama - tama aku akan mencoba beberapa gerakan karate.
Hmm. Ini jauh lebih bertenaga, dan tampaknya aku bisa mengusai semua gerakan. Seandainya Barnat pada saat itu bertanding dengan seseorang, sudah pasti level Barnat bukan hanya sabuk hitam, tetapi mungkin jauh melebihi semua sabuk hitam yang ada di bumi.
Bagaimana jika aku mencoba bela diri yang tampaknya mustahil. Oh iya, bagaimana tenaga dalam!, ada beberapa hal yang mustahil di film - film kungfu, seperti mereka bisa terbang atau menghancurkan batu tanpa menyentuhnya. Aku akan mencoba mengingat cara mereka mengaktifkan dan melatih tenaga dalam mereka.
"Wow.., Tampaknya aku tau bagaimana cara mengendalikan tenaga dalam. Ini menarik, apakah semua gerakan dan pengetahuan itu bisa aku pelajari dan ketahui. Baiklah, malam ini aku akan mencoba meningkatkan tenaga dalam ku.
Malam itu, ia dengan menenangkan pikirannya. Ia pun bekonsentrasi dan dengan tenang menarik nafas. Seluruh tubuh Barnat di aliri sebuah aliran yang tenang dan dalam.