Akhirnya hari ini kami pun berangkat menuju ke Jakarta bersama Balri dan Yulia.
Yulia tiba-tiba ikut begitu mendengar cerita dari suaminya itu dan rela meninggalkan anaknya bersama orang tuanya.
begitu Setibanya Kami di sana Kami masih harus mencari alamat kalau untuk menghubungi secara langsung dari ibu Melani kami masih belum berani.
Jadi kami mendatangi kantor berdasarkan surat yang pernah diberikan waktu itu salah seorang karyawan di sana.
Arta:" Permisi Bapak maaf mengganggu waktunya sebentar saya mau tanya apa betul ini perusahaan milik ibunya melani"
karyawan:"iya betul, anda ini siapa ya"
Arta:" saya Arta pak, kedatangan saya kesini ingin bertanya dimana alamat tempat tinggal Ibu Melani pak"
karyawan:" tunggu tunggu Ini Bapak Arta Mada ya"
Arta:"iya pal betul"
karyawan:" Hai semua Hei pemilik baru Perusahaan kita sudah datang ke sini beri hormat"
Arta:"loh looh loh pak apa apaan ini"
karyawan:" Maaf Pak, sudah sangat lama kami menantikan kehadiran bapak datang kemari, kami karyawan tetap di perusahaan ini sudah dari dulu kami bekerja disini dan begitu tahu Bapak sudah tiada dan ibu memberi sebagian sahamnya kepada yang menyelamatkan mereka inilah rasa Terima kasih kami kepada bapak"
semua orang mulai berkumpul dan menatap kami lalu mereka semua mulai tersenyum ramah bahkan memberi kami salam sambutan, kami di persilakan kami masuk dan duduk bahkan menghidangkan banyak makanan juga minuman, banyak yank kami bahas saat itu dan kami juga tau beberapa informasi soal kelurga ibu melani.
saat itu beberapa orang bercerita soal kebaikan dua bos mereka itu, mereka bukan hanya sebagai karyawan si sana tapi juga keluarga semua sempat terpukul karna kehilangan bos mereka tapi ibu melani selalu saja jadi pribadi yang kuat dan tegar menyemangati kami membangun kembali semangat kami sampai akhirnya memutuskan menyerahkan setengan kepada orang baik hati yang mau menolong nya dan itu pun meminta persetujun kami.
begitu cerita mereka.
Setelah beberapa jam Kami di sana akhirnya kami pun melanjutkan tujuan awal kami untuk datang ke rumah Ibu Melani.
Setelah tiba ke alamat yang diberikan tadi yang kami dapatkan hal yang sangat mengejutkan Bagaimana tidak itu bukan seperti rumah malah melainkan seperti istana.
begitu kami berdiri di pintu gerbang petugas keamanan sudah langsung menanyai.
" anda anda ini siapa dan Ada perlu apa datang kemari"
katanya tanpa basa basi
" saya Arta dan istri saya juga teman saya Saya ingin bertemu dengan Ibu Melani dan juga Apakah mereka hanya ada di rumah pak"
tanyaku
bukan sebuah jawaban yang kami dapat malah pintu gerbang langsung terbuka dan mempersilahkan kami masuk.
saat kami mulai berjalan masuk lurus dan melewati sebuah taman tiba-tiba tarika.
"harini eeh bukan nirmala"
kaget
"ya ampun kamu udah besar banget sayank"
kami semua yang mendengar menoleh ke belakang melihat tarika sudah menggandeng anak kecil.
"NIRMALAAA!!!!! "
teriak seseorang
dan kami pun melihat ke arahnya.
"siapa kalian ini!! sini sayank sini"
sinisnya pada kami juga menarik nirmala
saat itu nirmala yang tak mau melepaskan pelukannya padaku menangis karna di tarik paksa oleh wanita itu.
"kami siapa ci dianya gak mau kok maksa banget"
bentakku
"kamu yang siapa datang datang kok gendong anak orang"
jawabnya berani
"ya udah saya taruh dia di sini, dia mau sama siapa, lah kalau dia datanga nya ke kamu yaa udah mungkin dia kenal kamu tapi kalau dia datangnya ke saya berarti dia lebih kenal saya"
jawab ku jengkel
"ok siapa takut"
nyolot
saat itu aku menurutkan nirmala baru berhenti menangis itu, di tengah tengah di antara kami saat itu aku baru melangkah 2 langkah nirmala sudah berlari mengejarku, si cewek itu masih merasa tak terima dan meminta ulang, kali ini dia yang menaruh nirmala di tengah aku hanya diam di tempat melihat nirmala mulai menangis.
kak arta yang mulai geram dengan wanita itu pun maju ingin memaki tapi segera aku tahan dia untuk bersabar.
naah saat yang di tunggu pun tiba, dia yang terus dengan caranya memanggil nirmala lah apa lah dan aku hanya tersenyum melihatnya saat aku bicara dengan kak arta sebentar nirmala sudah memelukku lagi.
seneng banget deh dia masih tanda sama aku.
"sayank ini tante tarika, kamu tanda yaa kangennya"
saat nirmala tertawa dalam pelukanku yaa walau susah di aku gendongin dia dalam keadaan hamil tiba tiba dengan paksa si cewek itu narik paksa.
"apa apaan ciih kamu, anak nya gak mau kok"
bentakku
"bukan urusan kamu yaa orang asing sok kenal saya pengasuhnya, ayo nirmala kita pulang"
dengan kasarnya dia memperlakukannya.
aku yang merasa tak terima langsung menarik rambutnya dan mendamparnya.
dia yang merasa tak terima langsung ingin membalasku tapi di halangi seseorang entah siapa.
"APA APAAN INI HAH!!? "
teriaknya
membuat kami semua kaget dan membisu.
kami melihat tubuh besar dan kekarnya dari belakang saja membuat takut apa lagi wajahnya ya.
perlahan dia perbalik daan malah membuat kami makin terkejut.
"maafkan perawat nirmala ini yaa buk tarika dan pak arta, terima kasih yaa sudah mau datang ke sini mari kita masuk, ibu pasti sangat senang dengan kedatangan kalian"
kata katanya membuat cewek itu diam membisu
"KAMU DI PECAT!! SEGERA BERESIN BARANG BARANG KAMU"
katanya jelas dan langsung membuatnya menyesal bahkan menangis.
saat itu aku kasihan padanya tapi ada rasa geram juga si masak dia kasar banget sama nirmala yang masih kecil gitu.
tak lama kami di persilahkan masuk ke dalam istana itu yaa ampun di dalamnya waaah banget banyak tiang tiang besaaar warna catnya krem di dominasi warna emas setiap dinding terdapat lukisan lukisan yang terlihat mahal, guci besar dan banyak lagi.
akhirnya kami di persilakan duduk dan memakan dan minuman yang di sediakan sambil menunggu ibu melani datang.
saat aku terduduk rasanya sangat lelah sekali sampai tak terasa aku tertidur dan di bangunkan kak arta baru saja terbuka mataku aku di peluk seserang entah siapa.
saat aku baru mulai sadar aku lihat baik baik wajahnya dia seorang wanita yang cantik masih bingung aku bertanya.
"maaf siapa yaa"
tanyaku
"masak lupa sama saya"
katanya tapi aku tetap menggeleng
"hahahaha iya yaa, kita ketemu cuman 1 kali, saya mamanya nirmala buk"
kata katanya membuat mataku ingin keluar karna kagetnya.
"aah maaf saya lupa kamu lagi hamil hehe kelamaan peluk, gimana kabarnya sehat buk"
tanyanya lagi tapi aku masih bengong
"ibu tarika"
panggilnya
"aah yaa maaf"
kagetku
"saya sangat berterima kasih sekali atas pertolongan kalian apa lagi ibuk tarika ini, dia bersedia mendengar permintaan saya waktu itu, kalau tak ada klian entah bagaimana nasip saya ini"
katanya
"yaa ampun buk siapa saya biasa saja menolong saat itu, dan kami hanya kebetulan di belakang apa lagi suami saya ini dokter pasti ada lah keinginan menolong itu.
jawabku
"gak ahh, beda dong kalo orang lain mungkin sudah meninggalkan kami hanya di rumah sakit, tapi kalian malah mau merepotkan diri untuk merawat anak saya"
katanya lagi
"sesama kita memang wajib saling menolong buk, jadi itu terhitung hal yang wajar "
sambung kak arta
"hahaha ya udah deh iya iya saya ngalah tapi pokonya saya sangat berterima kasih yaa, dan saya mau tanya kenapa saat saya memberikan saham itu kalian tak pernah sekali pun untuk datang melihat aset dan saham itu"
wajahnya serius
"hhmm kami rasa kami tak pantas menerima itu semua buk, dan maaf bukanya gak sopan uang ini juga kami tak dapat menerimanya"
kata kak arta sambil memberikan koper hitam berisi uang.
"daan saya juga minta maaf aset saham itu memang sudah atas nama kalian dan itu uang juga gak bisa saya terima kembali dan saya akan sangat sedih kalian menolaknya"
seius
"tapi buk kami membantu ibu itu tanpa mengharap balasan kok beneran kami iklas"
sambung tarika
"saya juga iklas kok dan ini bukan balasan ini pemberian dan ini gak boleh di tolak"
tegasnya
kami semua yang sudah mulai kehabisan kata kata karna ibu ini sangat ngotot untuk menyerahkan aset sahamnya pada kami, dan kahirnya kami menyerah dan menerima dengan pasrah, dan bahkan dia pun menyatakan biarkan kariawannya yang mengolah dan mereka cukup di rumah menerima uang gila gak sih.
================
maaf lama yaa lagi agak sibuk
hehehe
jangan pada bosen yaa