Rizal menjemput Elin Jam 4. Rencananya berjalan lancar, semenjak dia berpura-pura merelakan Elin dengan Aga. Dia bisa leluasa mendekati Elin, dengan alasan pertemanan. Elin semalam mengirimnya pesan bahwa Mama nya mengizinkan Elin pergi dengan Rizal sore ini.
Fer, lu sudah pesen ruangan yang VVIP kan? Jangan lupa, hari ini jangan ada yang bawa mainan. Gua nga mau, Elin tau kalau kita kesini sama mainan.
Aman, hari ini spesial buat loe. Semua sudah di set, yang diruangan nanti gua, Frengky, Ibam, Anas sama Bang Johan. Yang lain nanti di meja depan ruangan. Sesuai rencana nanti, beberapa pacar anak-anak itu akan datang. Biar gebetan lo ngerasa nyaman.
Thank You Sob... Gua setengah jam lagi sampai di situ. Lu sudah sebarkan foto kemarin. Intinya, biarkan dia melihat tapi bukan mendekat.
Aman... aman... tempat itu jagaan Bang Johan. Semua pelayan di sana sudah tau, harus nempatin rombongan mereka dimana. Terlihat tapi tidak dekat.
Rizal menang banyak ketika salah satu teman mantannya sangat mengenal Aga. Aga sering main di sini untuk taruhan. Rombongannya sangat terkenal di sini. Hampir tiap malam libur mereka pasti ke sana. Aga sempat lama tidak muncul tapi ketika Rizal ke sana malam minggu kemarin. Nasib baik Rizal bisa melihat Aga di sana dengan teman-temannya, belum lagi ada seorang wanita yang duduk tepat di depan Aga. Walaupun Rizal tau, Aga sama sekali tidak mengobrol dengan wanita itu selama di sana. Sepertinya itu bawaan salah satu temannya. Tapi siapa yang bisa membuktikan itu. Toh video itu jelas menunjukkan ketika Aga berkenalan dengan wanita itu, mereka saling berbicara dan tertawa.
Mama Elin tidak banyak berpesan karena dia sudah tau dengan Rizal.
Tante minta kamu jaga Elin ya, kalian mau kemana?
Ada acara ultah teman kantor te, acaranya memang di Lotusa tapi di ruangan khusus. Rizal janji Elin akan aman.
Baiklah, hati-hati ya nak ujar Mama Elin.
Rizal terpana melihat Elin hari ini. Dia memang selalu bisa menempatkan situasi. Dengan rok di atas lutut dan baju kemeja merah muda, dipadankan dengan sendal high hell putih serta tas jinjing kecil putih. Rambutnya di urai separuh sehingga muka mungilnya terlihat sangat jelas
Elin memakai lipgloss tipis berwarna pink dan blush on tipis.
Tumben kamu berdandan, Rizal membuka obrolan.
Kenapa kak? Apakah tidak bagus?
Bagus, sangat bagus. Kamu benar-benar cantik hari ini.
Aku hanya menyesuaikan tempat dan dengan siapa kita akan berkumpul. Aku tidak ingin nanti kamu di anggap ngajakin bocah ke sana.
Kamu benar-benar cantik hari ini tapi kamu mau berpenampilan seperti apa, aku tidak terlalu perduli penilaian orang lain tentangku. Yang penting kamu nyaman.
Rizal membukakan pintu untuk Elin dan berjalan sambil sesekali mengarahkan agar Elin tidak bersentuhan dengan orang-orang di sana. Karena ini weekend jadi Lotusa ramai. Malam ini juga akan ada Live musik acara rokok jadi sudah pasti akan ramai sekali.
Ramai sekali ya kak? Teman-temanmu dimana?
Berhubung hari ini akan ada acara Live Musik jadi kami memesan ruangan khusus agar tidak terlalu berisik dan kamu lebih nyaman serta aman. Nga lucukan kalau kamu pulang hilang sandal karena bertabrakan dengan orang lain.
Elin bukan anak kecil kak ucapnya sambil memukul lengan Rizal.
Rizal berpura-pura kesakitan sambil menjaga Elin agar tetap aman.
Hay, Ferry menyambut di depan ruangan. Happy birthday ya bro ujar Rizal sambil memeluk Ferry. Perkenalkan ini Elin ujar Rizal...
Hy, salam kenal Elin. Ferry mengulurkan tangannya.
Salam kenal Kak, Saya Elin temennya kak Rizal. Apakah ini acara Ultahmu?
Kebetulan saja hari ini tanggal lahirku tapi aku memang sering bermalam minggu di sini. Secara jomblolah ya, malam minggu kumpul menghabiskan malam.
Maafkan, Kak Rizal nga ngasih tau sama sekali. Kalau tau aku akan membawakanmu kado.
Tidak... tidak apa2, aku serius. Kamu sudah mau bergabung saja, aku sudah senang.
Elin membuka tasnya. Oh ya, aku ada membawa coklat. Anggap saja ini kado dari ku. Kebetulan kemarin temanku ada yang baru pulang dari Belanda. Dia membawakanku beberapa coklat. Terimalah ini sebagai niat baikku ucap Elin.
Wah, kenapa jadi repot-repot begini. Zal, ferry menoleh ke Rizal.
Terima saja, kapan lagikan makan coklat langsung dari Belanda.
Baiklah, terima kasih ya Lin. Aku jadi enak ini ucapnya sambil tertawa.
Dengan senang hati Kak, jawab Elin sambil membalas Ferry.
Ayo masuk, anak-anak sudah kumpul di dalam.
Rizal tau tujuan Elin malam ini ikut dengannya adalah untuk memastikan video dan foto di hp nya. Aga malam ini pasti datang, karena malam ini dia akan menjadi melodies untuk band pendamping artis yang perform.
Ketika beberapa anggota mereka datang Lotusa mulai di penuhi pengunjung, mereka mulai main di dalam untuk mereka berlima sedangkan yang lain bermain di luar. Ferry sengaja membukakan pintu ruangan VVIP itu. Elin hanya duduk sambil sesekali meneguk minumannya.
Rizal memberi ruang untuk Elin melihat-lihat ke luar. Sedangkan dia bermain dengan Bang Johan. Beberapa anggota yang datang membawa pasangan memperkenalkan pada Ferry dan lainnya. Tapi sesuai perintah, mereka semua duduk di luar jadi tidak ada yang bisa mendekati Elin.
Rizal membawakan buah potong ke depan Elin. Di luar dia sudah melihat bahwa Aga sudah datang. Dia sedang berkompromi sama anggota band lainnya. Dia pasti belum tau jika Elin di sini.
Elin kamu tidak nyaman tanya Anas!
Tidak kak...
Apakah di dalam ini tidak nyaman?
Tidak, di sini sangat nyaman.
Tapi aku perhatikan kamu melihat keluar terus, apa ada yang kamu cari.
Aku ingin ke toilet kak...
Kamu mau ke toilet tanya Rizal meletakkan stiknya.
Tidak kak, kamu lanjutkan saja main dengan Bang Johan.
Aku akan temani ujar Anas, kamu lanjut main saja.
Tidak apa2 kak, Elin bisa.
Di luar lagi ramai sekali, nanti kamu tersesat ujar Ibam. Biar Anas mengantarmu.
Ayo ujar Anas, yang sudah berdiri di depan pintu.
Nas Mau kemana teriak Ferry yang sedang mengobrol dengan beberapa orang di depan stage.
Ke toilet dulu ya...
Okey okey teriak Ferry, jaga Elin baik-baik. Di sini lagi ramai sekali.
Anas mengacungkan tangannya, memberi isyarat ok ke Ferry.
Aga yang sedang menyetel gitarnya langsung mengangkat kepala dan melihat ke arah Ferry.
Di merasa mendengar lelaki ini menyebut nama Elin.
Tapi tidak mungkin Elinnya. Karena Elin pasti tidak akan di bolehkan pergi ke tempat seperti ini oleh Mamanya dan Aga juga belum pernah melihat lelaki ini di circle zone Elin.