"Apa kamu sudah siap bertemu dengannya?" tanya kak Lisa. Winda hanya menganggukkan kepalanya.
Kak Lisa segera memeluk Winda, "Kamu harus kuat sepertiku, kendalikan emosimu karena Luis pasti tidak tenang di alam sana jika kamu terus sedih seperti ini" hati nurani Lisa sebenarnya juga rapuh tidak sekokoh yang nampak diluar.
"Apa kamu masih ingin menemuinya?" Lisa memastikan lagi.
"Iya kak, biarkan aku memastikannya"
Lisa dan bunda Puspitasari berjalan mendampingi Winda yang langkahnya mulai gontai.
Winda berdiri terpaku di depan sebuah makam dengan batu nisan berukirkan nama Luis Putra Adijaya bin Adijaya beserta tanggal lahir dan tanggal wafat di bawah namanya.
Tubuh Winda seketika terhuyung ke belakang, kemudian jatuh berlutut dan terduduk lemas, matanya yang sayu tertancap di ukiran batu nisan di hadapanya.
Berarti semalam aku tidak bermimpi, tapi itu merupakan kenyataan, Winda bertanya - tanya dalam hati.