"Sayang... tetaplah bahagia, Aku janji demi debaran jantung di dadaku, Aku akan menyelesaikan masalah ini dan segera kembali bersamamu". Kata - kata tersebut seperti masuk dalam mimpi Winda, sebab kini dia bereaksi tersenyum begitu tulus dan ada air mata meleleh menjamah pipinya yang merona.
Luis tidak tidur semalaman sebab dia memeriksa ulang semua dokumen bisnis selama dia cuti dan mempelajari kembali proyek yang di Malaysia, Luis mempelajari itu semua untuk meluluhkan hati Tuan Jhonas, Luis berusaha keras memberikan penjelasan bahwa perusahaan Tuan Jhonas akan meraih untung jika tetap bekerjasama. Sayangnya Luis salah besar, sebab intinya masalah ada pada Lusi, itulah sebab utama mengapa Tuan Jhonas mengambil langkah.
Hari sudah pagi, Luis segera menghubungi Tuan Jhonas untuk segera menyelesaikan masalahnya.
📞"Selamat Pagi Tuan Jhonas, maaf kemarin saya ada kepentingan di Malaysia tapi sekarang saya sudah kembali. Apa kita bisa bertemu untuk membahas proyek kita yang di Malaysia?" Luis berbicara dengan sopan.
"Cukup basa - basinya, Proyeknya sudah Aku serahkan ke Lusi, kalau kamu masih menginginkannya, bernegosiasilah dengan Lusi. Untung Aku menyukaimu...kalau tidak pasti kamu sudah ku habisi" Kata Tuan Jhonas dengan suara berwibawanya.
"Baiklah Tuan Jhonas, bolehkah saya tau alamat Lusi di Australia?"
"Lusi tidak di sini lagi, dia menyusulmu ke Malaysia begitu tau kalau kamu pun disana kemarin. Luis..berbaik hatilah kepada Lusi, dia anakku satu - satunya" Sebenarnya Tuan Jhonas merasa tidak tega memperlakukan Luis seperti ini, namun apa dayanya..sebab permintaan putri semata wayangnya, beliau sebagai orang tua yang baik hanya bisa mendukung dan memberikan apa yang putrinya inginkan.
//Deg// Hati Luis bergetar, apa yang dia khawatirkan sepertinya akan terjadi. Ucapan Tuan Jhonas yang terdengar sederhana namun menganduk makna yang sangat dalam, bahkan Luis merasa berat untuk melaksanakannya.
"Baik Tuan Jhonas, akan saya usahakan yang terbaik yang saya mampu" kata Luis setelah beberapa detik terdiam mencerna maksud dari perkataan Tuan Jhonas. Ini berarti semua masalah akan selesai dengan ijin Lusi.
"Terima kasih, Aku tau kamu bisa diandalkan" Tuan Jhonas memuji Luis sebelum menutup ponselnya.
Luis menggeletakkan ponselnya dengan kasar di atas tumpukan dokumen. Kedua tangannya memegang kepala dan sikunya menopang di atas meja, dia tertunduk dan tenggelam dalam berbagai macam ide - ide gila yang mungkin sedang disusun oleh Lusi.
"Aku tidak bisa hanya diam dan berhayal tentang hal yang tidak pasti, Aku harus segera bertindak untuk mengurai benang kusut masalah ini, ya..itu benar..Aku harus lakukan sesuatu" Luis berbicara pada dirinya sendiri.
Luis mengambil ponselnya dan menekan nomor milik seseorang.
📞"Hallo...Bagaimana kabarmu? sudah lama Aku menunggu panggilan darimu" sapa manja wanita di ujung panggilan.
📞"Kamu dimana sekarang? ayo kita bertemu" kata Luis langsung pada intinya.
📞"Kalau kami ingin sangat bertemu denganku..datanglah ke Kuala Lumpur, nanti Aku kirimkan alamat apartemenku". suara Lusi berubah jutek karena dia tahu, Luis mencarinya hanya karena masalah kerjaan. Lusi segera menutup ponselnya setelah menyelesaikan kalimatnya.
Luis beranjak dari ruang kerjanya, dia pergi ke kamar tamu mencari wanita yang dia cintai. Tempat tidur sudah tanpa penghuni..tertata dengan rapi, suara air shower mengalir terdengar di kamar tersebut, Luis bersandar di pintu luar kamar mandi dan mengetuknya...
"Sayang..lagi apa? boleh Aku masuk?" Luis menggoda Winda.
"Masuklah..." Winda keluar dari dalam kamar mandi.
"Ah..kenap cepat sekali mandinya? setidaknya tunggulah Aku.." Luis menyandarkan kepalanya di bahu Winda.
"Atau...Aku bantu kamu pakai baju?" tangan Luis meraih tali handuk kimono Winda dan akan menariknya.
"Uhm kotornya...rupanya Aku lupa menyapu pikiranmu pagi ini" Winda menepuk tangan Luis yang berusaha menarik tali handuk kimononya.
Winda berbalik berdiri di belakang Luis, mendorong punggunya dan membimbingnya keluar dari kamar, Luis ngomel - ngomel mencoba mempertahankan diri agar tetap berada di kamar tersebut.
"Nanti kita bertemu saat sarapan" Winda tersenyum dan menutup pintu kamarnya dan Luis hanya bisa tertawa konyol.
Di meja makan Luis coba menjelaskan rencananya dalam menghadapi masalah proyek di Malaysia.
"Sayang..bagaimana menurutmu? haruskah Aku pergi menemui Lusi untuk menyelesaikan masalah ini? atau biar Niko saja yang handle?" Luis coba meminta pendapat Winda.
"Temuilah Lusi dan bicarakan baik - baik, kalian sudah bersama sejak kecil, Aku rasa kamu lebih tahu cara menghadapinya, kalian perlu bicara berdua untuk menyelesaikan masalah kalian" Winda memberikan pendapat dengan tulus demi kebaikan semuanya.
"Terima kasih sayang, Aku akan mengantarmu terlebih dahulu, setelah itu baru menemui Lusi" Luis meremas lembut tangan Winda. Winda membalasnya dengan senyuman yang memberikan semangat baru untuk Luis.
Luis segera menuju bandara, menghampiri Niko yang sudah menunggunya disana kemudian mengudara bersama. Tanpa buang waktu Luis segera menuju apartement Lusi di temani Niko untuk berjaga - jaga jika Lusi berbuat gila.
//Ting..tong..//
Tidak lama pintu terbuka, Lusi nampak begitu mempesona dengan gaun berwarna merah muda dengan bahan tipis diatas lutut, sungguh menggoda iman seorang pria normal, namun sayang..mata Luis telah di butakan oleh cinta Winda seorang.
"Kamu sudah datang" nampak jelas Lusi kecewa sebab ada Niko turut serta bersama Luis. "Masuklah.." Lusi berat hati mempersilakan keduanya masuk.
Luis segera menyinggung masalah proyek pembangunan rumah sakit di pulau pinang, menjelaskan keuntungan dan kerugian jika kedua belah pihak bekerja sama.
"Aku bisa bikin semuanya menjadi praktis, tapi ada syaratnya" Lusi memotong penjelasan Luis yang panjang lebar.
"Kamu hanya harus menemaniku selama satu minggu full time, bagaimana? deal?" Lusi mengulurkan tangannya. "Hanya kamu seorang, tanpa...." Lusi melirik ke arah Niko.