Chereads / Detak jantung cinta kita / Chapter 37 - Liburan berakhir

Chapter 37 - Liburan berakhir

Luis semakin mendekat, mencium bibir manis Winda, mengulumnya dengan lembut namun bertenaga. Winda pun hanyut dalam indahnya mimpi manis malam ini, Winda hanya mengikuti arah permainan bibir Luis yang menggairahkan.

Untuk kesekian menit mereka hanyut dalam lantunan indah dunia cinta. Bukan hanya mereka berdua, banyak pasangan lain pun melakukan hal romantis di tempat tersebut, suasana sekitar tempat tersebut memang mendukung rencana romantis pasangan kekasih.

Luis dan Winda saling pandang penuh cinta, kemudian Luis merangkul Winda dan mencium keningnya. " Sayang...tahun baru kita kesini lagi, akan sangat indah acara tahun baru disini, kamu mau datang kembali bersamaku?"

Winda menoleh ke arah sumber suara, memandangnya dengan tersenyum manis, "Tentu saja Aku mau" ucap Winda dengan manja.

Luis membelai rambut Winda dengan mesra, wajahnya yang tampan, penampilan yang menarik, dan prilakunya yang berkelas layaknya pria bangsawan akan membuat banyak orang merasa iri jika melihatnya.

"Sudah malam, ayo kita kembali ke pinang" Luis menggandeng tangan Winda dan menuntunya menuju KLIA untuk segera mengudara ke pulau pinang tempat tinggal kak Lisa. Winda nurut saja mengikuti langkah kaki Luis.

Winda duduk di salah satu kursi tunggu di bandara, Luis pergi chek in. Luis berdiri santai dalam antrian sehingga beberapa saat kemudian air muka wajahnya berubah setelah membaca pesan dari Asistennya yaitu Niko di Indonesia.

📨"Tuan muda Luis, maaf mengganggu waktu cuti Anda, tapi ini sangat mendesak. Tuan Jhonas mencabut kontrak kerjasama proyek di Malaysia, dia pesan kalau Beliau kecewa dengan Anda atas permintaannya tempo hari untuk mengunjungi putrinya. Apa yang harus saya lakukan?"

📨"Buatkan janji untuk bertemu dengan Tuan Jhonas besok pagi, malam ini Aku akan kembali ke tanah air". perintah Luis ke Niko.

📨"Baik Tuan".

"Aarrgh...masalah lagi, kenapa Aku tidak bisa berlibur dengan tenang" dahi Luis berkerut dan mulutnya masih menggerutu karena kesal.

Luis mendekati Winda yang masih terduduk manis di bangkunya, "Sayang...Aku sudah selesai chek in, tapi ada sedikit perubahan rencana, kita harus pulang Indonesia sekarang. Sebab ada urusan bisnis yang mendesak". Luis nampak berat menyampaikan keputusannya.

"Begitu seriuskah masalahnya?"

"Tuan Jhonas, orang tuanya Lusi membatalkan kontrak kerjasama proyek yang di Malaysia. Aku harus segera pulang untuk mengurusnya, kalau tidak...Ayah kamu pun akan kena dampaknya". jelas Luis.

Winda nampak sedih dan khawatir mendengar penjelasan Luis, "Ayo..kita harus segera pulang, agar masalah tidak bertambah parah. Semoga Tuan Jhonas mau mempertimbangkan keputusannya". Winda nampak sangat sedih dan bersalah, dia merasa mungkin ini ada kaitannya dengan Lusi. Jadi Winda menyalahkan dirinya sendiri, sebab telah membuat Lusi marah dengan dia bersama Luis sekarang.

Kadang Winda masih berfikir..kalau saja dia tidak hadir di antara Luis dan Lusi, mungkin dua sahabat dari kecil ini bisa bersatu. Namun hati nurani Winda juga berkata, ini bukan sepenuhnya salah dirinya sebab cinta bisa datang kepada siapa pun dan Luis yang terlebih dahulu menyukainya jadi bukan Winda yang merebut, atau mungkin karena memang sudah takdirnya seperti ini.

Luis meraih tangan Winda dan menggenggamnya dengan lembut, coba menenangkan hatinya yang gundah. Luis mengubah posisi duduknya sedikit menyerong ke kiri ke arah Winda, melipat lengannya, menempelkan tangan Winda yang ada di genggamannya ke dadanya, tanga kanan Luis mengusap lembut pipi kiri Winda, memandangnya dengan penuh cinta dan dengan sikapnya yang tenang dia berkata, "Tenang saja, semuanya akan baik - baik saja. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat dan segera memberikan kabar baik untukmu".

Luis berkata penuh keyakinan namun dalam hatinya ada rasa khawatir yang sangat besar, Luis tau betul seperti apa Tuan Jhonas, Beliau memang orang yang baik dan bijaksana namun jika sudah menyentuh tentang putri semata wayangnya, Beliau bisa berubah menjadi orang yang sangat kejam.

Winda menyandarkan kepalanya di pundak Luis, Luis pun mengusap lembut kepala Winda hingga dia terlelap.

Satu jam empat puluh lima menit mengudara, akhirnya mereka sampai di Bandara Adisoedjipto Yogyakarta. "Kamu mau pulang atau bermalam di rumahku?" Luis tersenyum menggoda.

"Kamu nih..masih aja bercanda, padahal sedang ada masalah. Tentu saja Aku mau pulang ke rumah" jawab Winda sedikit kesal.

"Hahaha..justru karena lagi banyak pikiran, makanya harus ada selingan yang menghibur biar tidak terlalu stress. Kamu tau kan stres itu berpengaruh buruk terhadap kesehatan" Luis mencubit gemes pipi Winda dan tertawa semakin keras namun garing.

Winda menepis tangan nakal Luis. "Iya..iya.. ayo antar Aku pulang" kata Winda dengan nada suara yang ngegemesin.

"Pulang ke rumahku saja ya? kasihan Bunda, ini sudah larut...pasti Bunda sedang beristirahat" Luis menunjukkan jam tangannya yang sudah pukul dua malam. Sebenarnya itu hanya usaha Luis untuk bisa lebih lama bersama Winda.

Winda mengalah untuk bermalam di kediaman Adijaya, dia setuju dengan Luis untuk tidak mengganggu Bunda dan merasa tidak tega mengecewakan Luis yang telah menyenangkan hati Winda beberapa hari terakhir.

Sesampainya di rumah Luis, Winda segera menuju kamar tamu untuk membersihkan diri dan bersiap untuk tidur di ranjang empuk yang sudah menantikannya.

📞"Bagaimana? jam berapa nanti Aku bisa bertemu dengan Tuan Jhonas?" tanya Luis kepada Niko di telepon.

📞"Maaf Tuan, tadi saya sudah berusaha membuat janji bertemu tapi Tuan Jhonas menginginkan Anda yang menghubungi beliau secara langsung" Jawab Niko merasa tidak berguna.

📞"Baiklah, terima kasih sudah bekerja keras selama Aku cuti, beristirahatlah. Kita bicarakan lagi besok di kantor". Luis menutup panggilannya.

Luis melihat Winda di kamar tamu, dia mendekat untuk memastikan apakah Winda sudah tidur. Winda terlihat sangat kelelahan..dia tidur begitu nyenyak. Luis mengusap lembut kepala Winda dan mencium keningnya, Winda sama sekali tidak bereaksi.

"Sayang... tetaplah bahagia, Aku janji demi debaran jangtung di dadaku, Aku akan menyelesaikan masalah ini dan segera kembali bersamamu". Kata - kata tersebut seperti masuk dalam mimpi Winda, sebab kini dia bereaksi tersenyum begitu tulus dan ada air mata meleleh menjamah pipinya yang merona.