Sebuah studio mini bercat coklat dengan tembok kedap suara ini adalah studio yang ada di rumah Azarano Choi. Drum berwarna hitam di ruangan itu dibeli Azran dengan jerih payahnya sendiri selama berkarir di dunia hiburan. Azran, drummer dari grup musik terkenal di Korea yaitu Black-T. Sebagai anak band, jelas Dia memiliki kharisma bisa membuat para gadis-gadis bertekuk lutut. Dirinya sudah sangat tidak asing lagi dikirimi surat cinta oleh Siswa perempuan sejak SMP.
Azran adalah mahasiswa Teknik Informatika di Seoul National University—Universitas negri termahsyur di Seoul, bahkan di Korea Selatan. Mahasiswa yang diyakini memiliki IQ di atas rata-rata dengan kecerdasan yang luar biasa, di SNU lah tempatnya.
Azran memiliki wajah tampan, karir di usia muda yang cukup mapan, akademik yang sangat prestis, serta dari keluarga terpandang karena sang ayah adalah seorang jendral berpangkat tinggi. Pergaulan keluarga Azran jelas adalah pergaulan keluarga kelas atas yang rata-rata adalah old money. Ibu Azran, Han Inhwa adalah ketua Ibu-Ibu PKK di Seoul yang juga sering aktif di berbagai kegiatan sosial.
Ibu Azran tiba-tiba masuk kamar. Ia memergoki Azran yang sedang membaca selembar kertas di studionya. "Azarano, sudah berulang kali Ibu katakan , jangan habiskan waktumu hanya untuk membaca surat-surat tidak penting seperti itu. Masih banyak hal yang bisa kau kerjakan daripada berdiam diri daripada membuka satu-persatu surat-surat itu."
Azran terperangah mendengar ucapan Ibunya. Azran mencoba menjelaskan dengan halus kepada Ibunya, "Ibu... Bagi Azran ini bukan kegiatan tidak beguna. Aku menganggap fans sebagai salah satu bagian terpenting dalam hidupku. Kalau bukan karena fans, aku tidak mungkin bisa seperti sekarang ini Bu. Tapi bagiku, Ibu tetap nomor satu jadi aku akan menuruti kata Ibu."
Nyonya Han tersenyum kecil, " Putra kecil Ibu sudah pandai mengombali Ibunya sendiri. Maaf Ibu tidak mempan kau gombali."
Azran tersenyum kecil. "Ibu, sudah ya... aku ingin istirahat karena minggu ini harus berangkat ke Osaka. Aku harus segera menyelesaikan latihan hari ini."
Azran baru saja keluar dari rumah sakit namun ia tetap harus melaksanakan tugasnya. Dia harus tetap bekerja sebagai drummer Black-T.
***
Eclaire's POV
Derell dan aku pergi ke toko buku. Aku mengantarnya untuk membeli kertas karkir dan buku perkuliahannya. Derell ini rajin sekali sampai harus membeli textbook untuk kuliahannya. Bila dibandingkan denganku, tentu berbeda jauh. Biasanya aku cukup minta slide dari dosen atau minta PDF textbook dari teman-temanku untuk memperlajari materinya. Tapi aku tidak malas untuk mencatat materi di kelas. Catatanku sering difoto oleh teman-temanku untuk disalin di rumah.
Derell dan aku berpencar. Aku iseng melihat ke rak buku bagian majalah. Segala macam majalah ada, mau entertainment, hewan, tumbuhan, masakan, berita, semua lengkap. Aku tertarik dengan sebuah majalah yang di covernya bersampul kampus Seoul National University. Kampus impianku dulu di masa SMA. Salah satu alasan mengapa aku memilih berhenti menjadi idol. Aku sadar jika punya mimpi untuk diterima Perguruan Tinggi bergengsi dan terfavorit seperti SNU tidak mungkin sejalan dengan mimpiku menjadi idol.
Oleh karena itu aku memilih mundur menjadi trainee idol untuk fokus belajar agar masuk di SNU. Namun sayangnya Tuhan berkehendak lain. Terlalu banyak mimpi dan membelokkan fokus di tengah jalan memang bukanlah ide yang bagus. Diriku kadang, bukan kadang-kadang lagi, tetapi terlalu sering bermimpi terlalu tinggi dan tidak realistis. Sampai pada akhirnya jatuh.
"BUKKK!"
"AUUU..."
Buku di rak paling atas jatuh menimpa kepalaku. Aku mengelus kepalaku yang terasa nyut-nyutan tertimpa buku tadi sembari memungut buku besar yang menimpaku. Buku besar ini berjudul "Oracle : Sang Peramal".
Dalam hatiku. Wah buku ini salah tempat, masak iya buku ramalan ditaruh dicampur di majalah. Tunggu-tunggu, oracle? Kok seperti familiar dengan kata oracle. Dimana ya aku pernah mendengar kata oracle?
Aku hanya memandang buku tebal ini tanpa aku buka halaman pertamanya.
Oh iya, buku ini kan tak bersegel, buka sajalah.
Aku membuka halaman buku ini secara random.
"Kau... lancang sekali mengatakan jika aku akan mengalami kehancuran?" Zeus murka akan ramalan
"Anda tidak bisa semena-mena menjadi seorang Dewa, Tuan. Jika anda ingin dihormati oleh pengikut anda, anda harus menjadi lebih bijaksana dan..." Oracle menghentikan ucapannya.
"Dan apa?"
"Anda... Anda harus jujur kepada Dewi Hera. Dewi Hera sudah setia menemani Anda namun Anda telah banyak mengkhianatinya."
"Tahu apa kau tentang Dewi Hera... Omong kosong kau peramal penipu!"
"Saya hanya melihat apa yang ada di visual masa depan saya, hubungan percintaan Anda sangat berhubungan ke karir politik anda."
Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku.
Aku kaget.
"Kau sedang membaca buku apa?" tanya Derell. "Sepertinya menarik."
"Tidak tahu juga sih, mungkin sejarah non-fiksi tentang Dewa-Dewi Yunani."
Aku membolak-balikan buku ini ingin tahu informasi lebih lanjut.
"Lihat saja sinopsisnya di paling belakang," tutur Deerell.
"Oh iya..." Dalam hatiku. Cleire, kapan jeniusnya sih?!
"Oracle adalah salah satu peramal termasyur di zaman Yunani kuno. Ia membantu meramalkan dunia politk dan percintaan Dewa-Dewi Yunani."
"Peramal ya? Kau percaya ramalan?" celetuk Derell.
"Saya tidak percaya lah."
"Kenapa memang?"
"Aku percaya pada Tuhan. Hanya Tuhan yang tahu takdir dan nasib manusia."
Derell hanya diam. "Awalnya aku ingin mengajakmu pergi ke peramal Ibu Geumshin."
"Ibu peramal tarot yang terkenal itu?"
"Iya..."
"Maaf, Der. Saya tidak percaya, sayang juga uangnya jika pergi kesana. Pasti mahal."
Mata Derell tidak pernah gagal membuatku gagal untuk mengiba. Sosok misterius yang tidak bisa dekat dengan banyak orang. Siapa sangka jika dia percaya pada peramal. Pria yang berotak jenius seperti dia masih percaya ramalan di abad 21 seperti ini? Ku kok menjadi sedikit lebih jumawa ya, karena aku bisa berpikir lebih realistis.
Eclaire's POV End
***
Azran menabuhkan drumnya mengikuti irama alunan bass dan gitar.
"Dag... dig... duk...." suara drum.
"Zran, kau yakin sudah sehat!" tiba-tiba Sanders, ketua geng Black-T alias leader Black-T menghentikan permainan gitarnya menoleh ke arah Azran.
Azran mengatupkan mulutnya, seperti biasanya memamasang wajah imut, dan menganggukan kepalanya.
"Eh Awas aja tiba-tiba pingsan!" sindir Sammy atau Syam, basis dari Black-T.
"Saya pingsang juga nggakpapa, kan ada Syam Hyung yang ngangkat!"
"Eleu-eleuh... Sekate-kate si Azran kalo ngomong! Yang ada badan Gue yang rontok ketiban badan lo deh!"
"Jran, pulang dari rumah sakit kayanya nafsu makan makin bertambah ya?" tanya Liam, gitaris Black-T sekaligus teman dekat Azran.
"Perbaikan giji lah Am, di rumah sakit masakannya kaga ada rasa. Mending masakan nyokap!" jawab Azran.
"Hyung nggak akan melarang kamu makan apa, yang penting sehat dan nggak sakit lagi!" ujar Jerry.
"Lagian si Ajran ade-ade aje... digebukin ama geng motor, udah gitu dilepas lagi geng motornya, bukannya masukin aja ke penjara." Syam kembali menyetel senar bassnya.
Kejadian 2 minggu lalu itu sengaja disembunyikan oleh Azran, yang tahu mengenai musibah tersebut hanya Jerry dan Liam. Jerry adalah Abang yang paling dekat dan sudah menjadi kakak kandung sendiri bagi Azran, selain itu Ia adalah perpanjangan tangan dari Tuan Hwan Jungmin, jadi pasti harus diberitahu. Liam adalah teman seumuran sekaligus sahabat terdekat sejak kecil yang juga wajib diberitahu. Sedangkan Syam dan Sanders sengaja tidak diberitahu oleh Azran karena tak ingin kedua Abangnya tersebut menjadi ikut khawatir, selain itu Ia tahu jika kedua abangnya itu juga sangat sayang padanya sehingga pasti tidak akan membiarkan perbuatan Jo Hajung. Sedangkan kejadian ini harus dirahasiakan.
***