Chereads / Moonsun: Lost in Joseon / Chapter 10 - 10. Adikku Pulang

Chapter 10 - 10. Adikku Pulang

"Chu! Chu! Chu!"

Sorak-sorai pemandi sorak di lapangan sangat riuh dan ditambah suara penonton yang begitu semangat menyaksikan para pemain basket beraksi di lapangan.

Seorang pemain dengan sigap merebut bola dari sang lawan dan seketika membidik bola untuk di lempar ke ring. Bola masih berputar-putar di ring basket.

Dan...

Bump!

Bola tersebut tidak jadi masuk ke ring. Jatuh ke kanan sisi luar ring.

Pluit tanda istirahat dibunyikan oleh wasit. Permainan pun diberhentikan.

"Sayang sekali, padahal kalo tadi masuk kita bisa dapat 3 point Der!" ungkap rasa kekecewaan Eclaire yang menonton dari tribun kanan penonton.

"Untuk selanjutnya pasti bisa dijadikan pelajaran," jawab Derell.

Eclaire terus memperhatikan jam. Detik demi detik berjalan.

Tiik! Tiik! Tiik!

Dalam hati Eclaire. Waduh gimana ya aku harus bilang ke Derell kalau udahan aja sekarang nontonnya. Aku haus sampai di Stadiun Seoul maksimal jam delapan lewat dua puluh. Berarti harus pergi sekarang.

Eclaire memantau kakaotalknya. Azran tak kunjung membalas pesan Katalknya.

Semua pesan Eclaire belum ada tanda "r".

Derell memperhatikan Eclaire yang tengah sibuk sendiri.

"Cleire, kamu nggakpapa?"

Eclaire tersenyum menggelang. "Aku nggakpapa. Kenapa emang?"

"Bukan begitu, sepertinya ada sesuatu yang sedang mengusik pikiranmu saat ini."

"Mengusikku? Hehehe." Eclaire tersenyum cengar-cengir dan menggeleng.

Eclaire ingin memulai aksinya untuk bisa datang ke Stadiun Seoul tempat berlangsungnya Festival musik Seoul.

"Aduh..." Eclaire memegang perutnya mengaduh kesakitan.

Derell panik. "Kamu kenapa Cleire?"

"Perutku sakit Der."

"Yaudah kamu mau pulang?"

Eclaire mendengar tawaran Derell, dalam hatinya. YES, Berhasil. Hip-hip hura-hura...

Dengan nada sedikit mendramatisir. "Hiks! Hiks! Nggak usah Der, kita harus tetep nonton pertandingan ini sampai selesai."

"Tapi kamu kan..."

"Apapun yang terjadi, kamu harus nonton sampai akhir karena kamu adalah salah satu penyemangat anak basket Der!"

Dalam hati Eclaire. Please aktingku berhasil dong, please...

"Anak basket akan ngerti kok, kalau kamu sakit."

"Nggak papa Der, aku bisa pergi sama abang taksi yang siap mengantar sampai tujuan," cegah Eclaire.

"Cleire, udah ya jangan keras kepala. Ayo aku antar kamu pulang!"

Batin Eclaire. Mampus saya... Derell nggak bisa dibujuk segampang ini. Mana Katalk nggak diread-read pula sama Azran.

Eclaire melihat Derell sedang sibuk dengan gadgetnya. Ia pun segera ambil posisi berjogkok di bawah bangku agar tidak ketahuan.

Eclaire menyudahi teleponnya.

Ketika dia hendak bangun, dia kaget dan tersungkur.

Derell membantu Eclaire bangun.

"Au..." rintih Eclaire.

"Hati-hati, Cleire!" Derell mendudukan Eclaire kembali ke bangku.

"I... iya maka sih Der!"

Sontak para penonton lain langsung memperhatikan ke arah Derell dan Eclaire karena kegaduhan tersebut.

Eclaire berdiri. "Tidak ada apa-apa. Saya hanya terjatuh karena ceroboh. Minta maaf karena telah membuat gaduh!"

Penonton lain kembali ke aktivitasnya masing-masing.

"Cleire, kamu kenapa telepo Azran?"

"Aku janji mau nonton konser Black-T."

"Udah gitu aja?"

Eclaire mengangguk ragu.

"Der, a.. aku..."

"Kamu mau aku anterin ke tempat Black-T manggung?" tanya Derell tanpa basa-basi.

"Eng... Enggak perlu!"

"Aku pikir kamu lagi nggak akur sama Azran."

Eclaire dalam keadaan yang sangat canggung. "Der, aku sama Azran dari dulu kan temen."

"Kalo Cuma temen kok kayanya kamu gelisahnya seperti sangat berlebihan ya dari tadi aku perhatiin?"

Eclaire melihat jam sudah menunjukan jan 20.15.

"Der... Sebenernya, aku sama Azran..."

"Sebenernya kenapa? Kalian udah pacaran?"

Batin Eclaire . Deg. Derell enak banget nanyanya, aku yang bingung jawabnya.

"Aku cuma temen deket aja Der sama Azra, maksudnya temen yang lebih dari temen biasa."

Derell dan Eclaire melanjutkan menonton pertandingan basket yang kembali dimulai. Mereka memutuskan menonton acara closing pertandingan basket sampai selesai.

***

Seorang gadis berambut sebahu yang dibiarkan terurai dengan kacamata bulat mengenakan tas ransel kotak dan membawa 3 buku yang tebalnya seperti ensiklopedia itu berjalan menuju depan perpustakaan.

Azran berdiri di depan perpustakaan sambil membawa satu cup starbuck.

Gadis tersebut menabrakan buku yang dibawanya ke tubuh Azran.

"Au sakit !" Azran menjerit kesakitan.

Gadis tersebut mengisyaratkan Azran untuk menerima buku-buku yang dibawanya.

"Gue yang bawa?"

Gadis tersebut mengangguk.

Azran membuang cup starrbucknya ke tong sampah di dekat tiang untuk menerima buku-buku itu.

"Alah, gini aja nggak kuat katanya atlit karate!" Sontak saat baru menerima buku-buku tersebut Azran merasa keberatan atas buku yang kini di genggamannya tersebut. "Buset nih buku berapa ton beratnya?!"

"Tuh lihat, siapa yang lemah sekarang???" ledek gadis tersebut. "Dan saya itu anak taekwondo bukan karate!" protesnya.

"Oke-oke, saya yang lemah Milk!" Azran mengalah. "Sama-sama beladiri padahal, taekwondo, karate, pencak silat," gerutunya.

"Ya beda Zran, coba kalo saya samakan Black-T dan The Sherlock kamu mau nggak? Dengan dalih sama-sama band!"

Azran diam saja.

Langkah kaki gadis tersebut semakin cepat meninggalkan Azran.

"Azran, jalannya cepet!!!"

"Iya, saya udah kaya pembantu disuruh-suruh terus."

"Enggak kok, emang saya nyuruh-nyuruh kamu?" ucap gadis tersebut dengan memasang wajah polos.

Gadis yang sedang bersama Azran ialah Milka Min. Si gadis cerewet yang merupakan teman Azran dari SMA. Milka ini berpenampilan tomboy dan cupu. Ia memiliki perang yang serius dan cuek.

Mereka sampai di salah satu meja yang ada di perpustakaan Seoul khusus fakultas Computer Science.

Milka dan Azran sedang asyik dengan laptop mereka masing-masing.

Bisa dilihat di layar laptop mereka masing-masing jika mereka sedang megerjakan konfigurasi jaringan menggunakan windows server 2008. Mereka berdua sebenarrnya sedang bekerja bersama namun tidak saling bicara melainkan hanya saling chat menggunakan akun sosial media Seoul National University. Web SNU sudah dilengkapi fitur chating dan bisa menyimpan E-Learning semua mata kuliah.

Kretek! Kretek!

Milka menggelengkan kepalanya ke atas kiri dan atas kanan sehingga bunyi tersebut keluar.

Azran hanya melihat apa yang dilakukan Milka. Batinnya. Milka ini kalo punya cowok, kaya gimana ya bentuknya...

***

Langit di Kota Seoul mendung, kepingan-kepingan salju, sisa-sisa musim dingin nampak menghiasi puhon dan genting rumah-rumah, serta jalanan.

Eclaire menengadahkan kepalanya ke atas melihat awan yang kelam. Berat langkahnya untuk pulang. Kakinya terseok-seok sambil menendangi batang pohon.

Dari belakang, seseorang menyenggolnya.

"Noona!" tegur pria tersebut.

"Nathan!"

Sontak Eclaire kaget melihat siapa yang dihadapannya tersebut. Nathaniel adik kandungnya yang selama ini sekolah di Jepang, tinggal bersama Ibunya.

"Noona, rindu!!!" Nathan memeluk Eclaire. Bocah yang tingginya 14 cm lebih tinggi dari Eclaire ini memelukmnya dengan kencang.

"Tan, Tan-tan... Lepas! Noona bilang LEPAS!!!" suara Eclaire menggelegar.

"A... arasso Noona..."

"Buat apa kau ke Korea?"

"Surprise... Aku akan sekolah di Korea."

"Ya... kok..."

"Tahun ini aku baru masuk SMA Noona, aku sekarang sudah SMA loh Noona. Ingat ya!"

Eclaire kaget. "Wae neo kapchagi (kenapa kau tiba-tiba)?"

"Bunda sibuk bekerja, Ayah tiri tidak pernah ada di rumah. Bunda hanya ingin aku masuk di sekolah favorit. Bayangkan saja, masak iya aku harus minimal masuk Harvard? Dipikir Bunda, aku anak jenius apa?!"

"Lalu... kau kabur kesini?"

"Noona pintar!"

"Memang Bunda mengijinkan?"

"Aku minta Bunda berhenti kerja jika tetap ingin aku tinggal bersamanya. Tapi... Bunda lebih cinta kerja daripada aku, yasudah!!!"

"Jadi gara-gara Bunda nggak ingin berhenti kerja kau dikirim ke Korea?"

"Hehehe." Nathan meringis cengengesan. "Tidak juga sih."

"Lalu?"

"Noona Polwan apa ya? Lalu... lalu... Lalu lintas."

"Kemudian?"

"Aku merengek minta adik untuk dijadikan teman. Dia kaget dan langsung mengijinkanku ke Korea."

"Ya iyalah adikku sayang jika Bunda marah." Eclaire kesal ia menyeret adiknya pulang ke rumah. Eclaire menarik hoodie sweater Nathan. Nathan pasrah dengan kekejaman kakaknya.

***