Eclaire mencoba menemui Azran di rumah Azran.
Ia membunyikan bel rumah Azran.
Dan ternyata yang membuka adalah Ibu Azran.
"Nyonya Choi... Saya mau mencari Azran."
Azran pun tiba- tiba muncul mengetahui jika Eclaire akan datang ke rumahnya.
"Ada apa Kau mencari Azran?" tanya Inhwa dengan dingin.
"Nan... Nan...." Eclaire tak bisa melanjutkan kata- katanya. Ia merasa kelu.
"Eomma, biarkan Eclaire masuk." Azran tiba- tiba muncul dari belakang.
"Azrana... Kau tahu kan Eomma tidak suka Kau bergaul dengan Eclaire. Gara- gara Eclaire kau hampi saja kehilangan nyawamu Nak!" ujar Inhwa mencoba menasihati Putranya.
"Eomma, itu tidak benar. Eclaire sama sekali tidak melakukannya. Aku dan Eclaire, kami berdua saling mencintai." Azran menegaskan lagi- lagi hubungannya dengan Eclaire.
"Aniya... Kalian tak boleh melanjutkan hubungan kalian!" ujar Inhwa.
"Eomma..."
"Eclaire, kau mengerti kan apa yang aku katakan?" Inhwa menatap Eclaire.
Eclaire pun mengangguk.
"Aku pulang ya Azran..."
"Keundae..."
Azran sontak tak ingin melepaskan Eclaire. Ia mencengkram tangan Eclaire.
"Azran... lepaskan Eclaire!" ujar Inhwa.
"Azran, dengarkan Ibumu! Aku tak mau kau menjadi anak durhaka gara- gara Aku!" protes Eclaire.
"Aku tak jadi anak durhaka hanya gara- gara tidak ingin meninggalkanmu!" ujar Azran.
"Azran, kau jangan keras kepala!" ujar Inhwa.
Eclaire pun melepaskan tangan Azran yang menahan pergelangan tangannya.
Ia pun berjalan meninggalkan Azran dan tak menoleh lagi ke belakang. Aku tak akan menoleh lagi ke belakang. Batinnya.
Eclaire sudah pasrah dengan hubungannya kini dengan Azran. Apakah Ia harus putus dengan Azran.
Tuhan... jika benar Aku dan Azran sudah tak ada harapan lagi, tolong jangan buat aku menoleh kepada Azran lagi. Ini sangat menyesakan dadaku. Namun jika memang aku dan Azran ditakdirkan bersama, kumohon untuk persatukan kami dengan mudah.
**
Azran berada di sebuah rumah besar nan megah.
Ia menunggu seseorang di ruang tamu.
Dua orang wanita turun berbarengan dari tangga dan menghampiri Azran.
"Noona..." sapa Azran kepada dua wanita tersebut.
"Halo Azran, tumben sekali kau mau bermain ke rumah ini?" tanya seorang wanita.
"Adikku yang tampan kenapa? Kau sedang kesasar ya sehingga sampai menginjakan kaki di rumah ini?" tanya wanita yang satu lagi.
"Noona, kalian ingin melakukan apalagi terhadap Ibuku?"
"Wah... kau jadi datang kesini karena Ibumu?" tanya wanita salah seorang wanita.
Dua waita yang ada di hadapan Azran adalah Kakak seayah Azran, yang satu bernama Choi Yuran, dan yang satu bernama Choi Yuri. Mereka berdua adalah anak hasil dari pernikahan Ayah Azran sebelum dengan Ibu Azran.
"Aku tahu Noona pasti yang menyebarkan fitnah ini!" Azran pun meletakan surat kabar yang ada berita mengenai Ibunya.
'Ketua PKK Korea; istri dari Ex-Kepala Polisi Seoul menuntut harta gono- gini dari mantan istri Ex-Kepala Polisi Seoul'
Yuri mengambil surat kabar tersebut dari meja ruang tamu.
"Jadi karena ini?" Ia tersenyum simpul. "Ibumu memang bukan meminta harta yang kini dimiliki Ibuku? Dengar ya, ini berita sama sekali tidak salah kok!"
Yuran tersenyum sinis. "Azran, sebaiknya kau kesini lagi lain kali jika memang kau punya bukti jika beritanya salah dan kau punya bukti kami yang menyebarkan!"
Diam- diam Azran yang sering kesal dengan Ibunya, Ia tak pernah tega jika Ibunya sering dijatuhkan seenaknya oleh keluarga Ayahnya. Ia tahu jika semua berita negatif tentang Ibunya di media adalah perbuatan dari Kakak tirinya.
Ia sering tak bersikap baik kepada Ibunya namun sebenarnya Ia sangat menyayangi Ibunya tersebut.
"Azran, kau jangan bersikap seolah kau adalah Putra mahkota yang teraniaya dan selalu ditindas! Kau pikir kau adalah Putra Mahkota yang sesungguhnya?" Yuran menyipitkan matanya kepada Azran. "Kau ini harusnya sadar, kau hidup layaknya Putra Mahkota seperti sekarang ini adalah karena Kakakku tak ingin terlibat sama sekali ke perusahaan Appa! Kau harus sadar ya Azran, kau ini hanya anak seorang pelakor! Kau, Ibumu, juga Adikmu, kalian bertiga hanya kuman saja! Tak lebih dari itu!"
"Hidup orang- orang seperti kalian kelak akan menderita dan mendapat balasan yang setimpal. Kalian pikir kalian akan hidup bahagia dengan merebut kebahagiaan orang lain?!" Yuri ikut menimpali.
"Noona, aku tak peduli Kalian menghinaku, tapi aku tak ingin mendengar kalian menghina Ibuku, juga Adikku, mereka selama ini hanya bisa tutup kuping mendengar serangan dari kalian!"
"Azrana... aku akui kau tak serta merta pantas dihina, kau masih punya harga diri, kau bukan anak pemalas, kau penuh dengan kerja keras, namun darah pelakor telah mengalir deras di darahmu, pengaruh Ibumu di hidupmu sangat kuat, Aku rasa kau juga akan hidup seperti Appa, hidup dikelilingi banyak wanita. Lihat saja popularitasmu di dunia hiburan, aku yakin jika kau sangat menikmati ini semua!" Yuri tersenyum sinis.
"Terserah apa penilaianmu padaku, terserah kalau kau menganggap aku seperti apa." Azran pun mencengkram surat kabar tersebut dan melemparnya.
Mereka berdua membiarkan Azran mau melakukan hal apapun.
"Azran sudah gila!" ujar Yuri.
Azran memang dibesarkan di keluarga yang tampaknya bahagia,namun kenyataanya Sang Ibu adalah pelakor, dimana sebelum menikah resmi dengan Suaminya sekarang, Ia menjadi wanita impanan Choi Jungchool selama 8 tahun sebelum akhirnya resmi dinikahi oleh Choi Jungcool. Sang Ibum Jun Inhwa adalah seorang model ternama di masanya. Ia rela menjadi simpanan Jungchool demi harta serta jabatan sebelumnya oleh Jungchool.
Jungchool akhirnya ketahuan oleh istri pertamanya jika telah bermain api dengan pernikahan mereka hingga akhirnya Ia menuntut cerai dari Jungchool. Terlebih yang membuat syok adalah dari perselingkuhan mereka, telah dikaruniai dua anak, Azran dan Falla. Istri pertama Jungchool yang bernama Mirae pun akhirnya merelakan suaminya diambil wanita lain. Ibu Azran. Inhwa memang berusia jauh lebih muda dari Jungchool dan Mirae. Azran dan tiga kakaknya juga memiliki perbedaan usia yang sangat jauh, yaitu dengan Yuri, 12 tahun, dengan Yuran 14 tahun, dengan Kaka terteua yang bernama Choi Hejae 17 tahun.
**
Di sebuah cafe yang terletak di dekat tepi sungai Han.
Azran duduk sembari menunggu seseorang di cafe tersebut.
Tak lama, seseorang yang dimaksud Azran pun tiba.
Ia masuk dan menghampiri Azran.
"Azrana... Kau benar- benar membuatku khawatir tahu!"
Wanita yang dimaksud adalah Milka, sahabat Azran sejak kecil.
"Aku akan telepon Liam dulu!"
"Changkaman... Andwaeyo Milkaya." Azran melarang Milka menghubungi keempat personel dari Black-T.
"Liam, Jerry Oppa, Syam Oppa, dan Sanders Oppa, mereka nyariin kamu Jran!" Milka menghela nafas panjang.
"Milka, aku butuh waktu untuk merenung. Aku tak ingin diganggu oleh siapapun sekarang ini."
Milka menatap Azran dengan penuh rasa iba. Ia tahu jika Azran yang kini di hadapannnya bukanlah Azran yang biasanyanya selalu ceria dan bersemangat. Ingin rasanga Ia bisa menghibur Azran untuk mengurangi beban hatinya.
**