Chereads / I'm Become Necromancer in Another World / Chapter 2 - Act.1:Hutan para peri

Chapter 2 - Act.1:Hutan para peri

Kami berjalan menuju ibukota. Aku menoleh ke arah Shilph, lalu melihat wajah Shilph begitu senang sekali saat bersamaku. Kami akan melewati hutan para peri. Yang kata Shilph, di tempat itu terdapat beberapa monster yang mengerikan.

Hutan para peri ini begitu indah, walau cuacanya sedikit berbeda dengan lapangan yang luas tadi. Di tempat ini dipenuhi dengan cahaya biru. Aku menduga bahwa itu adalah penerang jalan untuk menuju keluar hutan.

"Oi, Shilph."

"Iya?"

"Apa kau yakin ke arah sini tempatnya?"

"Tentu saja. Aku sudah lama mengamati pemandangan di bawah dari atas langit."

Aku terlalu mengandalkan dirinya. Padahal ia hanya tidak tahu dan berpura-pura tahu supaya aku dapat mengandalkannya.

Suara rumput terdengar. Kami dengan cepat bersembunyi di belakang rumah kayu, sepertinya seseorang berada di tempat ini selain kami berdua.

Saat ini aku adalah seorang lelaki yang berumur sekitar 20 Tahun. Walau ini sedikit memalukan dengan usiaku saat itu, yang di dunia sebelumnya sudah berusia 50 Tahun.

"Lihat itu, Regard!"

Shilph menyuruhku untuk melihat sesuatu, aku mengikuti perkataannya itu. Yang aku lihat adalah seorang perempuan dengan telinga runcing, ia terlihat seperti ras Elf.

Memang benar perkataan yang dia bilang kepadaku sebelumnya. Tepat sebelum kami melakukan perjalanan.

"Kenapa kau ikut denganku?"

"Aku tidak mau kau melakukan hal itu kepada perempuan lain."

"Memangnya kau pikir aku ini apa, huh?!"

"So-soal itu... aku hanya ingin ikut denganmu saja."

Menghela napas panjang. Dengan sikap pasrah dan menyerah akan kelakuan aneh dari malaikat ini. Kemudian aku menganggukan kepalaku yang membuatnya terlihat senang atas persetujuan dari anggukan tadi.

"Terima kasih ya, Regard."

"Tu-tunggu. Darimana kau mengetahui namaku?"

"Hehehe, aku mengetahuinya dari data kehidupanmu di dunia sebelumnya."

Terkadang perempuan ini menyebalkan juga ya, sama seperti waktu pertama kali bertemu dengannya.

"Baiklah. Sebelum kita pergi, ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan kepadamu."

"Tanyalah sesukamu maka aku akan menjawab sebisaku."

"Pertama, dimana aku berada saat ini. Kedua, apakah ada jenis ras lain selain manusia seperti diriku. Ketiga, bagaimana sistem dunia ini ?"

Shilph sepertinya senang dengan pertanyaanku ini. Wajahnya menjadi serius. Padahal selama ini aku bertemu dengannya selalu saja berpikir bahwa ia adalah malaikat yang bodoh, tapi dugaanku salah.

"Ehem. Aku akan menjelaskan pertanyaanmu yang pertama dulu."

"Pertama, saat ini kau berada di dunia Symposium. Yang kedua..."

"Di dunia ini ada berbagai macam.."

Aku baru sadar akan hal yang tidak aku mengerti, lalu aku menghentikan pembicaraannya itu.

"Sebentar, Shilph!"

"Iya. Ada apa?"

"Kau bilang bahwa dunia ini adalah symposium, kan?"

"Benar. Dunia ini bisa dikatakan sama seperti dunia game. Dimana semua orang memiliki kelebihan, kehebatan, bakat, dan kemampuan lainnya di setiap orang."

Mengerti dengan ucapan yang ia sampaikan, lalu aku mencoba mengolahnya di pikiranku bahwa dunia ini sama seperti di game. Bedanya adalah kalau di game, aku hanya bermain. Sedangkan dunia ini berbeda, jika aku mati maka tamatlah sudah kehidupanku untuk kedua kalinya.

Selain itu, aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku yang berarti ini. Apalagi ditemani oleh malaikat dengan sifat bodoh dan tubuhnya yang sempurna. Sampai kapanpun aku akan bertahan hidup di dunia ini.

"Ada apa, Regard?"

"Ah, tidak ada apa-apa. Oh ya, tentang pertanyaan kedua tadi, bagaimana?"

"Yang kedua adalah di dunia ini memiliki segala macam ras yaitu Djin, monster yang dapat berbicara, Elf, Manusia, Demi-human, Warbeast, dan masih banyak lagi."

"Yang terakhir adalah sistem dunia ini. Di dunia ini sedikit berbeda dengan dunia asalmu itu."

"Huh?! Apanya yang berbeda? Bukankah sama saja?"

"Tidak, yang berbeda adalah sistemnya."

Sistem kah? apakah di dunia ini mirip seperti dalam game-game itu, ataukah berbeda dari yang aku bayangkan?

"Yang berbeda adalah kalian memiliki job, status, dan beberapa skill lainnya," lanjutnya untuk memperjelas perkataannya.

(Skill:Kemampuan)

"Bagaimana caraku untuk melihat status, job dan kemampuanku sendiri?"

Ia membuka layar yang mirip seperti penyimpanan. Kemudian mengambil sebuah kertas berwarna ungu gelap dengan lingkaran biru laut di tengahnya.

"Sentuhlah. Jika kau sentuh maka akan terlihat status, job, dan kemampuanmu itu."

Aku mengikuti perkataannya dengan menyentuh lingkaran di tengah kertas. Sebuah tulisan kuno muncul di kertas tersebut.

"Oh, aku lupa memberimu pengetahuan tentang dunia ini."

Ia kemudian mendekatkan kepalanya sendiri ke kepalaku.

Seluruh pengetahuan memasuki pikiranku. Aku tidak menyangka bahwa ia memiliki semua pengetahuan dunia ini. Sekarang aku telah mengetahuinya melalui sambungan pikiran Shilph.

"Apakah begitu lama?"

"Memang. Awal-awalnya sangat lama karena mereka sedang menganalisa informasi tentang dirimu."

Aku terus melihat kertas itu. Sekarang aku sudah mulai mengerti bahasa kuno ini berkat Shilph tadi. Tulisan itu keluar dengan banyak. Aku dan Shilph bingung dengan tulisan di kertas ini, lalu dia menduga bahwa ini adalah error.

"Ah, sudah selesai," ujar Shilph yang memberitahuku bahwa telah selesai menganalisa.

Aku melihat ke kertas tersebut. Di kertas itu tertulis bahwa kemampuanku tidak diketahui, status yang dimiliki olehku adalah tanda tanya.

Shilph bingung dengan kejadian aneh ini. Baru kali ini ia melihat hal yang serumit ini terjadi kepadaku.

"Coba sekali lagi!"

"Sebentar. Sebelum kau menaruh telapak tanganmu, lebih baik kau fokus dan kosongkan pikiranmu saat menaruh telapakmu disini."

Kali ini aku mengulanginya lagi. Menaruh di atas lingkaran itu dengan pikiran kosong, memejamkan mata dan memusatkan konsentrasiku ke telapak tangan yang berada di kertas ini.

Dia juga menatap kertas itu. Tulisannya muncul begitu cepat, Shilph terkejut akan status dan kemampuanku yang tertulis di kertas ini.

Aku membuka mata untuk melihat kembali ke kertas ini. Apakah sudah kelihatan hasilnya atau belum.

"I-ini serius, kan?"

Dengan berat hati Shilph menganggukan kepalanya dengan wajah yang tidak percaya akan hal ini.

Kertas itu tertulis bahwa:

Regard Arthen

(Lv.20)

Status yang dimiliki saat ini adalah sebagai berikut:

Str:586

Int:911

Vit:375

Agi:90

Dex:242

Crt:100

Kemampuan yang dimiliki saat ini adalah sebagai berikut:

1. Damage on area, yang dilakukan dengan menggunakan transfer kehidupan dari beberapa orang, dan mampu meledakan atau menghancurkan semua dalam sekali serang. (Aktif)

2. Shadow of light, yang berguna untuk memberikan diri sendiri dengan sebuah bayangan, bertujuan untuk membuat bingung lawan. (Aktif)

3. My eyes, yang memiliki fungsi hebat, yaitu dapat melihat sebuah objek dari jarak jauh maupun dekat. (Pasif)

4. Destruction of ghost, yaitu mampu mengendalikan semua roh yang telah aku miliki. (Aktif)

Hanya beberapa skill saja yang baru aku ketahui. Aku melirik levelku di kertas tersebut yang tertulis levelku saat ini adalah level 20, itu sangatlah normal. Yang membuatku terganggu adalah keadaan status dan kemampuan aku saat ini, yang bisa dibilang tidak masuk akal dan seolah-olah seperti Player Cheater.

Melirik ke arah Shilph. Dia menyadari tatapanku yang mengarah ke arahnya, lalu dia mengalihkan pandangannya ke sekitar lapangan. Aku merasa bahwa ia mengetahui sesuatu tentang hal ini.

Mendekatinya lalu mendorongnya ke tanah rerumputan. Dia terlihat sedikit trauma dan takut akan kejadian yang sama seperti sebelumnya.

"Apa kau mengetahui sesuatu, Shilph?"

"Ah, soal itu..."

"Cepat katakan!" Gertak aku yang mulai marah dengan dirinya yang menunda ucapannya itu.

"Ba-baiklah-baiklah. Tapi sebelum itu, kau harus menyingkir dulu dari tubuhku."

Aku tidak sengaja bertindak seperti ini. Kemudian aku bangun dan meminta maaf kepadanya. Wajahnya merona merah dan tersipu malu, lalu dia mencoba untuk menenangkan dirinya.

"Sebelumnya aku minta maaf terlebih dahulu. Status milikmu bisa meningkat itu karena.. kau telah menciumku."

"Akh!"

Ucapan yang menyakitkan itu membuatku sakit. Padahal aku tidak sengaja melakukan hal itu kepadanya, tapi yang ada hanyalah peningkatan statusku dengan cepat dan pesat.

Itu berarti aku dapat melakukan skill yang sama seperti dirinya.

"Apakah kau berpikir bahwa kau bisa melakukan skill yang sama sepertiku? Kalau kau berpikir seperti itu, maka jawabannya adalah mustahil."

Aku terdiam mendengar hal itu. Dia sepertinya menjelaskan hal itu secara rinci dan membuatku bingung harus melakukan apa dengan semua yang aku miliki saat ini.

"Kenapa bisa mustahil?"

"Kenapa katamu? Karena skill yang aku miliki dapat mengurangi nyawa kehidupan manusia biasa seperti kalian."

Menelan ucapannya mentah-mentah, lalu aku menjadi lemah setelah mendengar hal itu.

Tadinya aku berpikir bahwa ini sangatlah hebat. Tapi kalau pun aku punya skill itu, yang ada hanya akan menyakiti diriku sendiri dan membuatku mati untuk kedua kalinya sehingga orang yang aku harapkan kali ini benar-benar akan menjemputku.

Elf itu sepertinya sedang mencari sesuatu, lalu dia menatap ke arah kami yang sedang bersembunyi. Aku begitu panik dengan dirinya, jika ia menyerang kami berdua maka tamatlah sudah.

"Keluarlah kalian, jangan bersembunyi saja!"

Mendengar kata yang barusan dikeluarkan oleh Elf itu membuatku tersentak kaget.

Aku menjadi panik dan takut dengan keadaan yang tidak menguntungkan ini. Shilph menepuk pundakku, lalu menggelengkan kepalanya agar aku tenang.

"Cepat keluarlah atau kalian akan aku serang."

"Oi, oi, bagaimana ini, Shilph?"

"Tetap tenang saja disini!"

"Tetap tenang bagaimana?! Kau enak bilang seperti itu, sedangkan aku bisa mati beneran kali ini."

Kemudian ia menoleh ke arahku, menarik tanganku dan keluar dari persembunyian kami. Elf itu sudah mengetahuinya dari awal bahwa kami berdua sudah berada di hutan peri ini.

Ketika kami keluar, ia tersenyum tulus kepada kami. Shilph begitu tenang, ia mungkin mengira bahwa Elf ini bukanlah ancaman. Tentu saja, aku masih belum yakin dengan pendapatnya Shilph. Bisa saja Elf ini membohongiku di saat-saat seperti ini.

Elf menghampiri kami. Shilph terdiam dan terlihat tenang sedangkan aku mundur perlahan untuk menjaga jarak darinya. Shilph hanya tertawa pelan melihat sikapku. Tetapi Elf yang ingin mendekatiku tiba-tiba wajahnya menjadi sedih.

Dia sepertinya memiliki suatu masalah. Mungkinkah dia ingin meminta bantuan kepada kita? Tidak, tidak. Dia itu adalah Elf, ras yang memiliki banyak sihir dan kekuatannya yang melebihi akal sehat manusia.

"Kenapa kau sedih seperti itu, Elf?"

"Oi Shilph, kenapa kau menanyakan hal seperti itu?"

Dia mengangguk. Dugaan Shilph terhadapnya ternyata benar, tidak mungkin ia menunggu kehadiran kami kalau tidak membutuhkan bantuan.

"Apakah ada yang ingin kau sampaikan kepada kami berdua?"

"Ada."

"Apa itu?"

"Aku membutuhkan kalian untuk membantu kami."

"Ka-kami?! itu berarti kau bukan sendirian yang tinggal di tempat ini?"

Elf itu menganggukan kepalanya lagi. Aku menjadi lebih takut dan waspada dengan Elf ini.

Bisa saja ia melakukan penyerangan secara berkelompok untuk melakukan penyiksaan terhadap kami, lalu aku pun menuju ke alam baka untuk selama-lamanya.

"Mari ikuti aku!"

Elf itu berjalan menuju lebih dalam hutan peri ini sedangkan aku dan Shilph mengikutinya dari belakang.

"Oi, Shilph. Apa kau yakin dengan hal ini?"

"Tentu saja. bukankah ini sangat menguntungkan buatmu?"

"Buatku? untuk apa?"

Dia tidak menjawab pertanyaanku, hanya membalasnya dengan senyum kecil di wajahnya.

Elf itu berhenti. Lalu kami melihat ke seluruh tempat di sekitar sini, ini tempat yang buruk dan parah.

Semua yang ada disini berwarna hitam gelap. Hewan dan bangsa Elf seperti dirinya juga terbaring di tanah hitam ini. Di sini juga bau, aku saja tidak tahan dengan bau busuk seperti ini.

Elf itu memiliki bentuk tubuh yang indah. Berambut pirang, memiliki mata yang berwarna biru laut dan ia memiliki tongkat yang cantik.

Dia mengucapkan sesuatu, cahaya hijau menyelimuti tubuh mereka. Aku tidak tahu apa yang ia lakukan barusan, tapi setelah melihat hal ini membuatku yakin bahwa dunia ini sama seperti game. Aku tahu dunia game saat aku beranjak 15 tahun dan itu juga waktu aku masih kelas 1 SMA.

"Kalian berdua, cegah monster itu untuk tidak menyerangku."

"Mo-monster?"

*Dem, Dem!

Getaran tanah yang hebat dapat di rasakan di sekitar sini. Aku dan Shilph melihat ke arah seluruh tempat, tetapi tidak ada apa-apa disini. Wajah Shilph menjadi marah lalu ia terbang ke langit untuk melihat situasi saat ini.

Sayap yang ia miliki sedikit berbeda dengan yang waktu itu. Ini terlihat seperti sayap iblis dan sayap malaikat yang bersebelahan.

Pakaian yang ia kenakan juga sedikit berbeda dari pertama kali aku bertemu dengannya. Dia memakai sebuah pakaian yang anggun dengan sayap hitam yang berada di sebelah kiri dan sayap putih yang berada di sebelah kanan. Mata Shilph juga berubah, yang tadinya berwarna kuning menjadi warna ungu muda menyala. Aku dan Elf sedang menjaga jarak dari sesuatu yang datang ke arah kami.

Sekumpulan monster datang ke arah kami berdua. Kumpulan monster itu adalah Orc, mereka semua membawa segala macam senjata. Orc berbadan gemuk membawa sebuah palu yang besar, Orc berbadan sedang membawa perisai dan pedang yang berukuran sedang, Orc berbadan kurus membawa sebuah tombak panjang.

"Sial, mereka sudah sampai sini saja," keluh Elf itu dengan wajah kesal.

"Kenapa dengan monster itu?" Tanya aku yang penasaran dengan keluhannya.

Kemudian kami melompat ke arah batang pohon yang besar sedangkan sekumpulan orc masih berlari menuju ke arah kami.

"Karena itu sangatlah berbahaya."

"Berbahaya?"

"Benar. Dia dapat membunuh manusia atau ras lain untuk dijadikan makanan baginya."

"Itu mustahil, kan?"

Ia menggelengkan kepalanya.

Kemudian segerombolan orc berada tepat di bawah pohon. Mereka sedang melakukan sesuatu kepada pohon besar ini, seperti menebangnya dan memotongnya. Jika kami jatuh dari batang pohon, maka mereka akan menghabisi kami berdua.

Tombak yang dimiliki oleh orc dilempar ke arah kami. Hujatan tombak begitu banyak dan cepat mengarah ke arah kami.

"Mulailah berkumpul dalam satu titik, Wall of shield!"

Sebuah roh keluar secara tiba-tiba, lalu roh itu membentuk sebuah garis yang dapat menghasilkan sebuah sihir dengan cara berputar dalam bentuk lingkaran.

Cahaya hijau muda menyala, lalu muncul cahaya putih dalam jangka yang lebar. Aku terkagum akan kehebatan Elf ini. Mungkin saja aku bisa melakukan hal yang sama seperti dirinya.

Aku mencoba mengikuti gerakannya dengan menggunakan tangan kosong. Melakukannya dengan kosentrasi lalu mengarahkannya kepada mereka. Mungkin saja aku bisa melakukannya, apalagi jika aku bisa K**e*a maka hancurlah segerombolan orc ini.

Tombak mengarah ke arahku, hujatan tombak menjadi lebih banyak dari lemparan sebelumya. Sebelum aku menyelesaikan gerakan itu, mereka sudah melempariku dengan beberapa tombak.

Goresan dari tombak mengenai tubuhku. Aku hanya menahan rasa sakit tersebut, namun tubuhku sudah tidak kuat lagi menahannya. Mungkin gara-gara darah yang keluar begiitu banyak dari tubuhku.

Terhempas ke belakang dan terjatuh ke kerumunan orc yang sudah menungguku untuk jatuh, lalu mereka sudah menyiapkan beberapa senjatanya agar dapat membunuhku.

Ah, kenapa hidupku berakhir sampai disini untuk kedua kalinya.

Aku yang berpikir seperti itu dengan penglihatan yang samar. Terlihat sebuah bayangan yang terbang ke arahku, lalu menangkapku dengan cepatdana terbang lagi ke udara.

»»»»»●«««««

Mataku terbuka, aku melihat ke atap dan tubuhku terbaring di sebuah kasur yang halus. Bangun dari tempat itu, lalu mengubah posisi menjadi duduk dan melihat sebuah kamar disini.

Kamar ini begitu sederhana. Furniture bagunannya terbuat dari kayu yang kuat, barang-barangnya juga sama. Seperti lemari, rak baju, jam gantung, dan beberapa aksesoris lainnya seperti bangku dan meja.

Pintu terbuka lebar, aku melihat Shilph sedang menuju kemari dari arah pintu yang ia buka tadi. Berada dekat denganku, lalu mengecup keningku dengan wajah tulus, setelah itu ia tersenyum.

Shilph duduk di ranjang kasur, ia berada tepat di sebelah kiri. Ia sepertinya senang dengan kejadian hari ini, bahkan aku saja tidak ingat setelah terjatuh tadi.

"Apa kau sudah baikan?"

"Ya, sepertinya begitu."

"Syukurlah!"

Suara langkah kaki terdengar dari kamar ini. Ada seseorang yang mau menuju ke kamar ini. Bayangan sudah terlihat di pintu, bentuknya seperti seorang perempuan.

"Permisi. Eh? Kau sudah baikan?"

"Y-yah, sepertinya begitu."

Rasa takutku saat melihat bayangan tadi telah hilang.

Awalnya aku berpikir bayangan itu adalah penagih kontrakan yang selalu datang ke rumah tanpa permisi. Oleh sebab itulah, aku masih trauma akan hal itu.

Dia membawa tiga gelas teh hijau dengan nampa dibawahnya. Mendekati kami berdua, lalu menaruh nampa yang di atasnya ada tiga gelas meja. Setelah itu ia berdiri di depanku dan tersenyum padaku.

"Ah, aku baru ingat. Aku mau ke toilet seben.."

Aku bangun lalu berdiri dari ranjang kasur. Saat mau berjalan, aku merasakan luka yang bekas goresan tadi masih terasa sakit. Kemudian mereka berdua menahanku untuk tidak banyak bergerak.

"Biar aku saja yang membawakanmu botol."

"Eh, bo-botol? Tu-tunggu dulu. Aku bukan mau..."

Shilph melangkah keluar dari kamar demi mencari sebuah botol untuk pembuanganku. Aku hanya heran dengan dirinya di dunia ini.

Padahal aku hanya ingin p**p tapi kenapa malah pakai botol. Aku bergumam dalam hati sambil menghela napas.

Aku jadi merepotkan mereka semua. Seandainya saja ada kamar mandi di dekat sini, aku jadi tidak perlu membuang air di botol yang kecil begitu.

Melihat ke sekitar ruangan ini, ada dua pintu di kamar ini. Kemungkinan yang aku pikirkan adalah salah satu pintu yang berada di dekat dapur. Biasanya setiap ruangan di dekat dapur pasti ada toiletnya.

"Tu-tunggu, Regard!"

Aku mencoba berjalan ke pintu yang dekat dengan dapur. Elf itu mencoba menghentikanku, tapi aku terus melangkah ke pintu tersebut, walaupun harus mendorong dirinya.

Ia terhempas ke lantai. Aku tahu bahwa sikapku ini sudah kelewatan, tapi bukan berarti aku mau melakukan hal itu dengan sebuah botol.

Menahan rasa sakit sambil memegang luka di perutku, ini begitu sakit. Tapi jika aku mengikuti rasa sakit ini, maka sama saja aku akan buang air di botol.

Sampailah di depan pintu. Elf itu terus menerus bilang kepadaku bahwa itu bukanlah pintu toilet. Tapi aku tidak terlalu mendengarkannya.

Membuka pintu, lalu terlihat ruangan yang berbeda dari dugaanku, yaitu adalah perpustakaan.

"I-ini..."

"Bukankah sudah aku katakan bahwa itu bukanlah pintu toilet."

"Kenapa kau baru bilang kepadaku?"

"Baru bilang? Bukankah aku tadi sudah teriak kepadamu."

Perasaan kecewa menyelimuti hatiku. Kemudian mendercikkan gigiku dan tatapanku menjadi kecewa.

Elf itu mendekatiku yang masih merenungkan tentang hal itu.

"Ayo ikut!"

"Tu-tunggu. Mau kemana kita?"

"Sudahlah, pokoknya ikuti aku saja!"

Menarik lenganku, membuatku terkejut akan hal itu, lalu ia membawaku ke suatu tempat.

Kami keluar dari rumah kayu menuju ke tempat yang akan ia bawa. Aroma tubuh dan rambut Elf ini begitu harum, ia juga sepertinya orang baik dan suka menolong.

"Ada tempat yang pas untuk p**p seperti dirimu."

"Dimana itu, Elf?"

"Ya ampun. Kenapa manusia sepertimu selalu saja memanggilku dengan sebutan Elf."

Wajah Elf itu begitu mengeluh, nada bicaranya juga kecil dan tatapannya menjadi pasrah.

Masuk lebih dalam ke hutan ini. Suasananya mulai berbeda dengan apa yang ada di hutan tadi. Dari pemandangan yang indah menjadi pemandangan yang mengerikan.

Hutan ini berbeda dengan yang tadi. Rumputnya yang kering, tanah yang tandus, pepohonan yang sudah tumbang, semua hutan di sekitar sini berubah warna menjadi abu-abu. Di sepanjang hutan ini penuh dengan tulang-tulang yang berserakan. Perasaanku menjadi tidak enak dan menjadi waspada terhadap Elf ini.

"Kita sudah sampai."

"I-ini..."

Sampai di tempat yang ia tuju. Tempat ini adalah rawa yang memiliki air berwarna ungu. Menatap ke arah Elf yang matanya tidak terlihat karena rambut miliknya menutupi matanya, dan membuatku tidak dapat melihat tatapannya saat ini.

Aku yakin ada suatu peristiwa besar di tempat ini. Dari segi penglihatan saja sudah membuatku yakin akan dugaan ini. Dugaan yang mengatakan bahwa hutan ini telah terjadi kecelakaan secara besar-besaran, ia kemudian menarik bajuku.

Itu membuatku kaget, lalu menoleh ke arahnya. Ternyata wajahnya sudah terlihat kembali.

"Sekaranglah. Bukankah tadi kau bilang ingin melakukannya?"

"Y-yah, aku memang pengen sih. Tapi dilihat bagaimana pun juga, ini tetap mengerikan."

Ia tertawa pelan. Aku tidak menyangka bahwa aku bisa menghibur dirinya. Memang, ini begitu sulit untuk diterima olehnya, terlebih lagi hanya dia yang berada di hutan peri ini.

"Cepatlah. Apa kau mau buang air di botol?"

"U-uh, jangan mengingatkan aku akan hal itu lagi."

Aku berjalan menuju rerumputan. Elf itu terdiam dan menatapku yang telah menganggap ucapan darinya dengan serius.

Sesampainya di belakang rumput, aku melihat rawa disini ternyata lebih tinggi dan menghampiri tanah. Kemudian aku melakukannya di sini, tanpa ada rasa ragu maupun takut akan kejadian tak terduga nantinya.

.....

"Kami pulang!"

Di rumah kayu sudah ada Shilph, ia sepertinya khawatir dengan keadaanku saat ini. Berlari menghampiriku lalu memelukku dengan erat sekali.

"Duh, kemana saja kau?"

"Ah, soal itu..."

"Kami habis dari suatu tempat."

Elf mengucapkan hal itu dengan wajah tersenyum. Wajah Shilph terlihat memerah, ia juga terlihat kesal mendengar hal itu.

"A-apa itu benar, Regard?"

"Ah, yah.. tu-tunggu sebentar, Shilph."

Aku mencoba menahan marahnya, namun ia tetap marah kepadaku. Kemudian Shilph mengucapkan sebuah mantra.

"O-oi, su-sudah aku bilang bahwa ini adalah salah paham."

Muncul sebuah garis berbentuk seperti huruf X. Warnanya adalah kuning muda lalu menyala.

Elf itu hanya terdiam setelah mengatakan hal itu, bukannya membantuku untuk menjelaskan padanya.

"Sudah terlambat bagimu untuk menjelaskannya kepadaku."

Cahaya itu begitu cepat mengarah kepadaku. Aku hanya terdiam dengan mulut terbuka dan mata yang tidak menyangka hal ini.

Tubuhku yang tadinya sudah baikan, kini terluka lebih parah dari sebelumnya. Cahaya yang ia lempar begitu mengerikan, bukan cuma terkena sekali goresan tapi terkena berkali-kali.

Setelah beberapa jam di rumah kayu ini, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke kota. Yang kata Shilph disana banyak sekali orang-orang yang mirip sepertiku.

"Huh, akhirnya bisa kembali lagi."

"Kau benar-benar tidak tahu malu ya, Regard."

"Justru aku yang seharusnya bilang seperti itu kepadamu."

Elf berjalan dengan cepat ke depan kami berdua, membalikkan tubuhnya ke arah kami dengan tiba-tiba.

"Terima kasih ya, semuanya."

"Terima kasih? Buat apa?"

"Fu fu fu, tentu saja. Aku ini kan lebih hebat dibanding orang ini."

"K-kau ini..."

Wajah Elf itu tersenyum sedangkan aku masih jengkel dengan sikap Shilph yang sombong terhadap kekuatannya sendiri.

"Baiklah. Kalau begitu biar aku antar kalian sampai keluar dari hutan ini sebagai ucapan terima kasihku."

"Baiklah!" Ucap aku dan Shilph secara bersamaan.

Bersambung...

============================

Ketemu lagi dengan saya dalam cerita yang berbeda. Yap, seperti biasanya aku membuat cerita yang bergenre fantasi, dikarenakan ada imajinasi yang liar, oleh sebab itulah aku menulisnya di dalam cerita ini.

Oh ya, ada sedikit tambahan untuk tanda yang »»»»»●««««« sm tanda .... artinya sama cuma berbeda dikit saja.

»»»»»●««««« : iklan sejenak, biasanya dalam anime ada tulisan atau apalah gitu.

.... : beberapa jam kemudian atau bisa dibilang beberapa hal yang tidak penting di skip saja.

Dan tambahan lagi, yaitu tanda * artinya sfx atau pertempuran atau bunyi² lainnya.

Dh itu saja, see you good bye (sok bahasa inggris ya saya :v)

Sampai nanti lagi.